pendekatan Participatory Action Research PAR dinilai lebih ideal, karena berbagai aspirasi dari para stakeholder dapat terwakili.
2.9 Skala Likert
Rensis Likert adalah penemu skala Likert yang mana skala ini sering digunakan secara luas dalam meminta responden menandai derajat persetujuan
atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing serangkaian pertanyaan mengenai obyek stimulus Malhotra, 2005. Seiring perkembangannya, skala Likert tidak
hanya berhubungan dengan derajat persetujuan saja, tetapi juga terkait dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya: senang-tidak
senang, baik-tidak baik, mampu-tidak mampu, dll. Informasi yang diperoleh dari skala Likert berupa skala pengukuran
ordinal. Oleh karenanya peneliti hanya dapat membagi responden ke dalam urutan ranking
atas dasar persepsinya, tanpa dapat diketahui berapa besarnya selisih antara satu tanggapan ke tanggapan lainnya. Selanjutnya, penentuan jumlah skala
Likert juga merupakan hal penting dalam penelitian. Dimana penentuan jumlah skala Likert sangat terkait dengan subjektifitas peneliti. Malhotra 2005
menyatakan bahwa, untuk menghindari kecenderungan responden menjawab netral yang menyebabkan bias tanggapan, maka skala dengan jumlah kategori
genap dapat digunakan.
2.10 Tabulasi Silang Cross Tabulation
Menurut Singarimbun dan Effendi 1995, tabulasi silang crosstabs adalah suatu metode analisa sederhana yang memiliki daya menerangkan cukup
kuat untuk menjelaskan hubungan antarvariabel. Berdasarkan hubungan antarvariabel, analisis crosstabs dibagi menjadi 2 kategori, yaitu: 1 analisis
crosstabs – chi square untuk menguji hubungan antarvariabel data nominal dan
2 analisis crosstabs – correlations untuk menguji hubungan antarvariabel data ordinal. Pada analisis ini, distribusi persentase dalam sel-sel tabel frekuensi
menjadi dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variabel yang diteliti. Cara perhitungan persentase amat menentukan benar tidaknya interpretasi peneliti.
Sebagai acuan untuk mendapatkan interpretasi yang tepat, maka persentase selalu dihitung pada variabel pengaruh.
2.11 Transformasi Indek
Sumardjo 1999 dalam penelitiannya menyatakan bahwa, melalui proses transformasi indek akan diketahui nilai keragaman yang terjadi pada setiap
variabel penelitian yang berskala ordinal. Pengukuran parameter dilakukan untuk mendapatkan informasi tingkat pencapaian dalam kontinuum nilai total terendah
sama dengan jumlah indikator dan tertinggi sama dengan jumlah skor maksimum. Skor setiap indikator merupakan skala ordinalnya itu sendiri.
Dalam pedoman analisis transformasi indek, nilai indek terkecil diberikan untuk jumlah skor terendah dan nilai 100 untuk jumlah skor tertinggi dari tiap
indikator. Nilai indek maksimum sangat bergantung pada banyaknya skala ordinal yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan skala ordinal 1 sampai 4, sehingga
nilai indek transformasi minimum dicapai apabila semua parameter setiap indikator menunjukkan angka skor 1 dan indek maksimum dicapai apabila nilai
skor parameter setiap indikator mencapai skor 4. Berikut disajikan rumus umum transformasi indek:
Nilai indek variabel = indek indikator tiap variabel x 100
…….. 1
total indek maksimum tiap variabel
Keterangan : selang nilai indek 0 – 100
2.12 Structural Equation Modeling SEM