Induksi dan Proliferasi Kalus

31 2,4-D dengan persentase kalus yang terbentuk yaitu 96.67, diikuti oleh media yang mengandung 3 mg L -1 picloram dengan persentase eksplan berkalus sebesar 88.33 Tabel 3.3. Penggunaan ZPT 2,4-D dan picloram dalam menginduksi kalus kacang bogor telah dilaporkan oleh Konate et al. 2013. Persentase eksplan berkalus tertinggi didapatkan pada media yang mengandung 0.5 mg L -1 picloram yaitu sebesar 98,89, sedangkan penggunaan 0.5 mg L -1 2,4-D hanya mampu menginduksi kalus sebesar 78.33. Penggunaan auksin yang dikombinasikan dengan berbagai sitokinin BAP, KIN, TDZ dan Zeatin menurunkan persentase eksplan berkalus 10 sampai 65. Induksi kalus embriogenik pada berbagai media induksi dengan komposisi yang berbeda-beda akan menghasilkan respon yang berbeda pula. Hartweck et al. 1988 menyatakan bahwa untuk menginduksi kalus embriogenik sangat bergantung pada kadar auksin di dalam media induksi serta jaringan eksplan yang digunakan. Pada Tabel 3.3 terlihat bahwa eksplan daun muda in vitro memberikan hasil tertinggi dalam induksi kalus 70.69, tidak berbeda nyata dengan eksplan axis 67.29 tetapi berbeda nyata dengan eksplan petiol in vitro 60.94. Konate et al. 2013 melaporkan penggunaan jenis eksplan kotiledon proximal, median, dan distal hanya mampu menghasilkan persentase eksplan berkalus sebesar 39.84 sampai 59.24. Selain jenis eksplan, genotipe tanaman juga berpengaruh terhadap keberhasilan kultur in vitro. Konate et al. 2013 melaporkan pada tanaman kacang bogor, induksi kalus terbaik didapatkan pada genotipe Ci7 sebesar 70. Pada tanaman legume lainnya seperti kacang tanah Sinaga 1998; Zuyasna 2004, Tabel 3.3 Pengaruh 2,4-D, Picloram dan BAP terhadap induksi dan proliferasi kalus kacang bogor 8 MST Perlakuan Persentase Kalus Komposisi Media MS0 tanpa ZPT 0.00 g MS0 + 1 mg L -1 2,4-D 47.93 f MS0 + 3 mg L -1 2,4-D 49.73 f MS0 + 5 mg L -1 2,4-D 96.67 a MS0 + 1 mg L -1 picloram 81.67 bc MS0 + 2 mg L -1 picloram 85.00 bc MS0 + 3 mg L -1 picloram 88.33 b MS0 + 4 mg L -1 picloram 83.33 bc MS0 + 1 mg L -1 2,4-D + 1 mg L -1 picloram 51.67 f MS0 + 1 mg L -1 2,4-D + 0,001 mg L -1 BAP 69.17 ed MS0 + 1 mg L -1 picloram + 0,001 mg L -1 BAP 76.67 cd MS0 + 1 mg L -1 2,4-D + 2 mg L -1 BAP 65.53 e Eksplan Axis 67.29 a Daun 70.69 a Petiol 60.94 b Ket: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT α = 0.05. 32 kedelai Widoretno et al. 2003; Novita 2013 perbedaan kultivar atau genotipe mempengaruhi induksi kalus, persentase embrio berkecambah, perkembangan kalus, dan pembentukan planlet. Tingkat proliferasi kalus pada media yang mengandung picloram lebih tinggi dibandingkan dengan media yang mengandung 2,4-D. Hal ini disebabkan karena pada media yang mengandung picloram kalus yang dihasilkan bertesktur remah sehingga lebih mudah dan cepat untuk berproliferasi, sedangkan kalus yang dihasilkan pada media yang mengandung 2,4-D bertesktur kompak sehingga pertambahan ukuran kalus reelatif lambat. Kalus mulai berproliferasi pada minggu ke-2 setelah kultur. Hal tersebut ditandai dengan penambahan ukuran kalus yang disubkultur. Tingkat pertambahan diameter kalus selama periode proliferasi disajikan pada Gambar 3.6. Kalus yang dihasilkan pada media yang mengandung picloram cenderung berwarna kekuningan dengan skor 3 Gambar 3.7A dengan tekstur kalus yang remah dan berair, sedangkan pada media yang mengandung 2,4-D kalus yang dihasilkan juga berwarna kekuningan dengan tekstur kalus yang kompak Gambar 3.7B.

b. Pembentukan Embrio Somatik