40 sensor proximity. Ketika ketinggian bumbu mencapai batas bawah
maka sensor akan mengaktifkan screw feeder pada hopper feeder di lantai 2. Sejumlah bumbu dialirakan feeder jatuh masuk dari bagian atas
filling unit sampai sensor proximity mendeteksi ketinggian bumbu sudah mencukupi.
Gambar 20. Skema Filling Unit Mesin Pengemas
3. Aliran Proses Produksi
Seorang operator mixer mengambil paket racikan yang telah diracik sebelumnya sesuai dengan varian
yang akan diproduksi dan memasukkannya ke dalam bin penampung yang telah berisi garam dan
MSG. Bin digeser ke atas mixer kemudian penutup bawah bin dibuka sehingga seluruh bahan di dalam bin mengalir ke dalam mixer. Seharusnya
gula juga dimasukkan terlebih dahulu ke dalam bin sama seperti bahan baku lainnya, untuk kemudian dimasukkan ke dalam mixer. Penyobekan
gula dan pemasukan ke dalam mixer dilakukan langsung di inlet mixer setelah bahan yang lainnya masuk ke dalam mixer karena ukuran bin tidak
cukup besar untuk menampung seluruh bahan. Selain faktor ukuran bin,
41 pertimbangan teknis karena harus mengangkat kemasan gula yang cukup
berat 50 kg dengan ketinggian lebih dari 1 meter juga menjadi pertimbangan.
Setelah memastikan seluruh bahan berada di dalam mixer, operator menyalakan mixer. Sejumlah lemak nabati cair yang telah ditakar
sebelumnya dimasukkan ke dalam mixer yang sedang bekerja menggunakan corong pembantu berupa silinder stainless stell yang
berlubang-lubang pada bagian bawahnya yang diletakkan di inlet mixer. Corong pembantu dapat menghasilkan pancuran sehingga lemak nabati
masuk ke dalam mixer dengan debit yang lebih kecil dan tereduksi ukurannya dibandingkan dengan menuangkan secara langsung ke dalam
inlet mixer. Operator mengangkat corong pembantu setelah seluruh lemak nabati masuk ke dalam mixer kemudian inlet mixer ditutup.
Sepasang chopper bekerja bersamaan dengan main shaft plow agitator saat mixer bekerja. Mixer dilengkapi dengan timer yang mulai
menghitung waktu sejak pertama kali dioperasikan oleh operator dari lantai 3. Proses mixing dapat dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama
adalah pencampuran awal seluruh bahan yang dimasukkan ke dalam mixer. Tahap kedua adalah pada saat pencampuran lemak nabati cair ke
dalam mixer sampai proses mixing selesai. Proses mixing selesai setelah proses berlangsung selama waktu yang telah diatur oleh timer. Kedua
chopper dan main shaft berhenti bekerja ketika timer mencapai waktu yang telah ditentukan.
Setelah proses mixing selesai bumbu dikeluarkan dari mixer dan dipisahkan ke dalam kantong-kantong plastik berkisar 15-25 kg setiap
kantongnya. Selama pengeluaran bumbu, agitator utama mixer tetap bekerja agar terjadi pergerakan bumbu di dalam mixer sehingga bumbu
dapat mengalir keluar melalui outlet. Kantong-kantong berisi bumbu tersebut ditumpuk di atas palet dan ditandai nomor batch-nya. Suhu
bumbu di dalam mixer terus naik karena ada gaya gesek diantara partikel bumbu yang terus teraduk oleh agitator utama mixer. Satu batch
menghasilkan dua palet tumpukan bumbu. Bumbu dalam tumpukan
42 kantong tersebut dipindahkan dan didiamkan untuk proses aging di dalam
ruang produksi yang diupayakan suhunya 20-25
o
C dengan RH 50. Proses aging bertujuan untuk menurunkan suhu bumbu sekaligus
menunggu untuk dimasukkan ke dalam hopper yang mulai kosong. Selama proses aging terjadi pengkristalan lemak nabati cair akibat pendinginan.
Derajat pengkristalan lemak nabati belum diketahui secara pasti mengingat sifat polymorphism lemak yang dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan
dan komposisi trigliserida lemak itu sendiri. Bumbu yang sudah mengalami aging minimal 15 menit
dimasukkan ke dalam hopper feeder. Bumbu melewati ayakan 8 mesh dibantu oleh scraper berputar sebelum masuk ke dalam hopper feeder.
Pengayakan bertujuan untuk separasi fisik baik gumpalan-gumpalan bumbu yang terbentuk selama proses mixing maupun benda asing yang
terbawa dalam bumbu. Bumbu yang lolos pengayakan masuk ke dalam hopper dan menunggu untuk dialirkan ke mesin pengemas.
Hopper feeder mengalirkan sejumlah bumbu ke mesin pengemas menggunakan screw conveyor sesuai dengan permintaan mesin. Terdapat
sensor proximity pada hopper filling unit mesin pengemas yang mendeteksi tingkat ketinggian bumbu di dalam hopper filling unit. Ketika
ketinggian bumbu pada filling unit rendah, sensor akan mendeteksi dan mengaktifkan motor penggerak screw conveyor hopper lantai 2 sehingga
sejumlah bumbu terdorong keluar dan jatuh ke dalam filling unit mesin pengemas. Bila ketinggian bumbu di dalam hopper filling unit sudah
mencukupi maka sensor akan mendeteksi dan menghentikan proses pemindahan bumbu dari hopper lantai 2.
Filling unit menakar sejumlah bumbu ke dalam sachet dan langsung di seal. Takaran yang diharapkan untuk varian Ayam dan Sapi
adalah 8 gram dan 6 gram untuk varian Ebi pada setiap sachet. Sachet sebelumnya dibentuk dan diberi kode produksi sebelum dilakukan
pengisian bumbu. Terdapat sebanyak 8 mesin pengemas dengan 5 corong output dan 20 mesin dengan 6 corong output. Mesin pengemas rata-rata
bekerja dengan kecepatan produksi 60 ketukanmenit. Setiap ketukan
43 menghasilkan 5 atau 6 sachet sekaligus tergantung dari banyaknya corong
output yang dimiliki mesin tersebut. Setiap untai terdiri dari 12 sachet produk pelezat serbaguna. Sehingga setiap 12 ketukan mesin, pada mesin
yang memiliki 5 corong output akan menghasilkan 5 untai produk dan pada mesin yang memiliki 6 corong output akan menghasilkan 6 untai
produk secara bersamaan. Untaian produk yang dihasilkan langsung dikemas dalam kemasan
sekunder berupa kardus bergelombang. Kardus-kardus tersebut disusun di atas palet. Kemudian palet tersebut diberi identitas dan dipindahkan ke
bagian gudang. Sebelum keluar dari pabrik, semua produk yang tersimpan di gudang harus menunggu hasil pemeriksaan mutu oleh tim Quality
Control. Produk yang sudah mendapatkan status Release baru boleh dikeluarkan dari gudang pabrik menuju gudang distribusi.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Penelusuran masalah dimulai dengan memahami kondisi inkonsistensi proses penakaran dan mekanisme sistem penakaran pada mesin pengemas
sebagai acuan
dasar untuk
mengidentifikasi permasalahan
atau ketidaksesuaian penyebab masalah inkonsistensi proses penakaran pada
mesin pengemas. Analisis kapabilitas proses dan tren output proses penakaran pada
mesin pengemas
berguna sebagai
analisis terukur
untuk menggambarkan kondisi proses penakaran aktual sekaligus memberikan
petunjuk kemungkinan letak penyebab masalah inkonsistensi penakaran. Pengamatan proses produksi bumbu, analisis kemudahan mengalir bumbu,
dan analisis kemudahan mengalir bahan baku merupakan tindakan lebih lanjut untuk pencarian akar masalah. Pembahasan berikut disusun
berdasarkan kronologi penelusuran masalah yang dilakukan selama kegiatan identifikasi masalah.
1. Inkonsistensi Proses Penakaran
Salah satu tanggung jawab operator mesin pengemas adalah mengendalikan proses penakaran sehingga massa output tetap berada di
dalam spesifikasi yang telah ditentukan yaitu 94-98 gram setiap untai.