Suhu Aging Pengamatan Proses Produksi

72 waktu proses aging berdampak terhadap fluktuasi karakteristik fisik bumbu terutama tingkat kelengketan cohesiveness dan kemudahan mengalir flowability bumbu. Dengan demikian parameter waktu aging penting untuk dikendalikan dan dioptimalkan dengan baik untuk memastikan kristalisasi lemak telah tercapai sebelum bumbu memasuki tahap proses selanjutnya.

d. Suhu Aging

Pengukuran suhu bumbu dilakukan dalam kantong bumbu yang baru dikeluarkan dari mixer. Peningkatan suhu bumbu antara kantong terjadi seiring dengan urutan pengeluaran dari mixer. Suhu bumbu kantong awal memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan kantong- kantong berikutnya dan suhu tertinggi pada kantong terakhir dalam satu batch bumbu. Suhu bumbu pada masing-masing kantong tersebut merupakan suhu awal proses aging pada masing-masing kantong. Data pengukuran suhu proses aging dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pengukuran Suhu Aging Ulangan Waktu menit Awal Tengah Akhir Laju Penurunan Suhu o Cmenit Pinggir Tengah Pinggir Suhu o C 1 40,7 41,9 43,8 0,035 0,009 0,044 120 36,5 40,8 38,5 2 40,4 41,4 43,2 0,035 0,007 0,038 120 36,2 40,5 38,7 3 39,8 40,4 42,5 0,027 0,006 0,052 120 36,6 39,7 36,3 Pengukuran juga menunjukkan bahwa posisi penumpukan berpengaruh terhadap laju penurunan suhu. Penurunan suhu kantong yang ditumpuk pada bagian pinggir relatif lebih besar dibandingkan kantong yang ditumpuk pada bagian tengah. Hal ini disebabkan faktor perbedaan luas kontak permukaan kantong bumbu dengan udara ruang produksi. Pada bagian pinggir luas permukaan kantong bumbu yang kontak langsung dengan udara ruang produksi lebih besar dibandingkan 73 kantong yang berada pada tumpukan tengah. Dengan demikian laju pindah panas kantong bumbu yang berada pada pinggir tumpukan lebih besar sehingga dalam durasi waktu aging yang sama, kantong yang berada di tumpukan pinggir memiliki suhu yang relatif lebih rendah dibandingkan suhu kantong yang ditumpuk pada bagian tengah. Berdasarkan penjelasan di atas, didapati bahwa kondisi proses aging tidak seragam antara kantong bumbu yang satu dengan yang lainnya yaitu dalam hal suhu awal dan laju penurunan suhu. Suhu awal proses aging ditentukan oleh suhu bumbu saat keluar dari mixer. Laju penurunan suhu pada kantong-kantong yang berada pada bagian pinggir dalam tumpukan relatif lebih besar dibandingkan kantong-kantong yang berada di bagian tengah tumpukan. Besarnya suhu dan variasi suhu setelah proses aging dalam durasi waktu 120 menit menunjukkan kondisi aging belum optimal. Perlakuan waktu proses aging tersebut jauh lebih lama dibandingkan standar perusahaan yaitu minimal 15 menit. Menurut Marangoni 2005, lemak biasanya harus didinginkan di bawah titik lelehnya paling sedikit 5 sampai 10 o C sebelum mulai terjadi kristalisasi dan semakin stabil dengan semakin turunnya suhu di bawah titik lelehnya. Selain faktor suhu, lemak memerlukan waktu untuk mengkristal dengan baik terkait fenomena polymorphic yang dijelaskan oleh Humphrey dan Narine 2005. Data pengukuran menunjukkan bahwa kondisi suhu bumbu sebesar 39,9 ± 2,4 o C setelah dilakukan proses aging selama 120 menit mengindikasikan bahwa kristalisasi lemak di dalam campuran bumbu belum tercapai dengan baik. Pada kisaran suhu tersebut lemak baru mulai mengalami proses kristalisasi dan masih dalam fase semi- solid yang belum membentuk struktur kristal yang stabil. Keberadaan komponen-komponen penyusun formula bumbu sangat mungkin bersifat sebagai pengotor impurities yang mengganggu proses kristalisasi lemak seperti yang dijelaskan oleh Metin dan Hartel 2005 dan Marangoni 2005. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan metode dan kondisi proses aging aktual belum dapat 74 mengakomodir tercapainya kristalisasi lemak yang baik di dalam campuran bumbu. Dari data ulangan, variasi laju penurunan suhu pada kantong tumpukan bumbu bagian tepi sebesar 22,33 mengindikasikan suhu ruangan produksi tempat berlangsungnya proses aging belum terkendali dengan baik. Kondisi demikian mempengaruhi proses kristalisasi lemak sesuai dengan penjelasan Metin dan Hartel 2005 dan Rye et al. 2005, yang mempengaruhi tingkat kristalisasi lemak yang secara nyata terhadap karakteristik fisik bumbu. Untuk memastikan kondisi kestabilan suhu ruang produksi dapat dilakukan pengukuran suhu ruangan lebih lanjut. Apabila suhu ruangan produksi tidak stabil maka perlu dilakukan upaya pengendalian agar tujuan proses aging yaitu kristalisasi lemak dapat tercapai dengan baik. Standar waktu proses biasanya mengasumsikan kondisi tertentu sehingga diperoleh durasi waktu tertentu yang dibutuhkan agar tujuan proses tercapai. Apabila suhu ruangan produksi tidak terkendali maka masih ada peluang tidak tercapainya kristalisasi lemak walaupun proses aging dilakukan sesuai dengan standar waktu proses. Variasi suhu bumbu antar-kantong akibat metode penumpukan juga sebaiknya dipertimbangkan mengingat laju penurunan suhu pada bagian tengah tumpukan relatif jauh lebih kecil daripada bagian pinggir tumpukan.

e. Hopper Feeder