86 Parameter kritis proses kristalisasi lemak nabati adalah waktu dan
suhu pendinginan pada proses aging. Kombinasi yang tepat dari waktu dan suhu pendinginan diharapkan mampu menghasilkan struktur kristal lemak
nabati yang cukup stabil dan seragam di dalam campuan bumbu setelah proses aging. Dengan tercapainya kristalisasi lemak nabati yang baik,
dapat dipastikan terjadi penurunan tingkat kelengketan cohesiveness bumbu sehingga dapat menghilangkan masalah aliran bumbu di dalam
sistem penakaran. Bumbu yang tidak kohesif juga dapat memperkecil peluang terjadinya caking di sekitar sistem penakaran sehingga sebagian
besar penyebab masalah inkonsistensi proses penakaran dapat teratasi. Terowongan pendingin yang dapat diatur suhu dan waktunya dapat
diaplikasikan sebagai alternatif perbaikan proses aging. Kombinasi suhu dan waktu yang tepat dapat mengakomodir harapan pencapaian kristalisasi
lemak nabati di dalam campuran bumbu yang memiliki pengaruh yang besar terhadap karakteristik kelengketan bumbu dan sekaligus mendukung
kebutuhan waktu proses aging yang singkat. Pengendalian suhu dan kelembaban udara di dalam terowongan tersebut relatif lebih mudah
daripada mengendalikan seluruh ruang produksi. Penelitian parameter waktu dan suhu yang optimal perlu dilakukan lebih lanjut baik sebelum
dan setelah pergantian metode proses aging.
4. Modifikasi Desain Hopper Feeder
Teridentifikasi bahwa pola aliran funnel flow bumbu di dalam hopper feeder juga dapat memberi kontribusi terhadap inkonsistensi proses
penakaran. Pola aliran tersebut disebabkan oleh faktor desain hopper feeder dan karakteristik bumbu yang kohesif. Pola aliran mass flow dapat
diusahakan dengan perubahan desain hopper dan screw yang sesuai sehingga mampu mengakomodir pergerakan partikel pada seluruh bagian
bumbu di dalam hopper feeder. Walaupun demikian pola aliran funnel flow masih dapat terjadi apabila karakteristik bumbu masih tetap kohesif
dan memiliki flowability yang rendah. Demikian juga sebaliknya karakteristik bumbu yang mudah mengalir belum tentu menghasilkan pola
87 aliran mass flow apabila desain hopper feeder tidak mampu mengakomodir
terjadinya pola aliran mass flow. Schwedes 2001 telah membahas beberapa bentuk hopper dan
bentuk pyramidal tidak direkomendasikan untuk digunakan. Hopper milik perusahaan berbentuk pyramidal, dan menurut Marinelli 2005 termasuk
golongan conical berdasarkan sudut pandang alirannya. Berdasarkan grafik acuan desain bentuk hopper menurut Carson 2008, desain bentuk
terbaik adalah kategori bentuk planar dengan sudut maksimal 10
o
dari sisi vertikal untuk mendukung terjadinya pola aliran mass flow pada kondisi
material terburuk paling sulit mengalir yang masih mampu ditangani yaitu dengan nilai
φ
w
mendekati 40
o
. Untuk lebih pasti, nilai φ
w
bumbu dapat diketahui dengan uji shear test.
Schulze 2008 telah membahas syarat feeder sehingga dapat mengakomodir mass flow dari desain hopper yang juga mendukung mass
flow. Gambar 31 menunjukkan berbagai desain konfigurasi pitch pada screw yang mendukung terjadinya pola aliran mass flow, kecuali pada
Gambar 31a dan Gambar 31c menunjukkan konfigurasi screw dengan jarak pitch yang seragam tidak mendukung terjadinya mass flow.
Gambar 31. Beberapa Konfigurasi Screw Feeder
Sumber : Schulze 2008
88
5. Modifikasi Filling Unit Mesin Pengemas