I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi tersebut  mengharuskan  setiap negara  tidak  terkecuali  Indonesia  untuk  dapat
memacu  laju  pertumbuhan  ekonominya  sebagai  upaya  antisipasi  terhadap  krisis ekonomi  tersebut.  Dalam  rangka  peningkatan  pertumbuhan  ekonomi,  Indonesia
diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam
pertumbuhan  ekonomi  di  Indonesia.  Hal  ini  dikarenakan  sektor  tersebut  mampu meningkatkan  cadangan  devisa  negara,  meningkatkan  perekonomian  masyarakat
di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan dengan  baik  diharapkan  sektor  pariwisata  dapat  membantu  sebagai  katalisator
pembangunan di Indonesia Yoeti, 2008. Pada  tahun  1960an  sampai  dengan  1970an  pariwisata  mulai  berperan
sebagai  salah  satu  sumber  utama  penerimaan  devisa.  Pada  tahun  1980an  sampai dengan  1990an  pariwisata  mulai  menjadi  perhatian  karena  dampak  positifnya
dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan pemerintah,  pendapatan  nasional  dan  tenaga  kerja.  Secara  umum  pariwisata
merupakan  sektor  yang  tumbuh  secara  pesat  di  negara  berkembang  yang mempunyai  dampak  multidimensi  Lumaksono,  2009. Menurut  Yoeti  2008,
dengan  melihat  pertumbuhan  kunjungan  wisatawan  dan  perolehan  devisa,  cukup meyakinkan  bahwa  sektor  pariwisata  tetap  memberikan  yang  terbaik  bagi
perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor pariwisata.
4037.32 4797.9
4521.9 4447.98
5345.98
1000 2000
3000 4000
5000 6000
Juta US
2003 2004
2005 2006
2007
Tahun
Devisa
Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007
Sumber : Badan Pusat Statistik 2008
Berdasarkan  data  Badan  Pusat Statistik  2009  mengenai    perkembangan pariwisata  dan  transportasi  nasional,  secara  keseluruhan  jumlah  wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun
2007    sebesar    5,51    juta.  Selanjutnya,  penerimaan  devisa  tahun  2008  mencapai US  7,5  milyar  atau  naik  41,5  persen  jika  dibanding  dengan  tahun  sebelumnya
yang  mencapai  US    5,3    milyar.    Kenaikan    ini    disebabkan    karena meningkatnya  jumlah  wisatawan mancanegara  dan  pengeluaran  per kunjungan,
sedangkan  jumlah  wisatawan  dalam  negeri  jumlahnya  lebih  besar  lagi  dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional Santosa,
2002. Aktivitas  sektor  pariwisata  telah didorong  dan  ditanggapi  secara  positif
oleh  pemerintah  dengan  harapan  dapat  menggantikan  sektor  migas  yang  selama ini  menjadi  primadona  dalam  penerimaan  devisa  negara. Sektor  pariwisata
memang  cukup  menjanjikan  untuk  turut  membantu  menaikkan  cadangan  devisa dan  mampu  meningkatkan  pendapatan  masyarakat.  Situasi  nasional  yang  kini
mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik  dan  keamanan  akan  memberikan  jaminan  kepercayaan kepada  wisatawan
asing  untuk  masuk  ke  wilayah  Indonesia .
Berikut  merupakan  tabel  mengenai besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 dalam
persen
Sumber devisa 1999
2000 2001
2002
Migas
Pariwisata
Tekstil Garmen
Kayu Lapis 40,8
19,6 14,3
15,9 9,4
47,2 18,9
11,9 15,4
6,5 45,8
19,6 11,6
16,2 6,8
46,8 19,5
11,9 15,0
6,8
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Indonesia merupakan  negara  yang kaya  akan sumber daya  alam.  Kondisi ini memberikan peluang besar bagi  Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat  dengan  mengembangkan  potensi  yang  dimilikinya.  Beragam sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Seiring  dengan  semakin  meningkatnya  permintaan  masyarakat  terhadap
wisata  saat  ini,  pemerintah  mulai  menyadari  bahwa  sektor  pariwisata  dapat memberikan  keuntungan  jangka  panjang  jika  pengelolaan  yang  dilakukan
menerapkan  prinsip-prinsip  keberlanjutan  dan  berwawasan  lingkungan.  Sebagai upaya  pencapaian  kondisi  tersebut,  diperlukan  suatu  kerja  sama  dan  koordinasi
yang  baik  antara  pemerintah  pusat  dengan  pemerintah  daerah  yang  berperan langsung  dalam  menangani  pengelolaan  sumberdaya  alam  yang  ada  di
wilayahnya.  Terlebih  lagi  dengan  adanya  kebijakan  otonomi  daerah  yang memberikan  kewenangan  pada pemerintah  di  daerah  untuk  dapat  meningkatkan
kesejahteraan  warganya  dengan menggali  dan  mengelola  sumberdaya  alam  yang dimilikinya.
Pengelolaan  sumberdaya  yang  optimal  ditunjukkan  melalui  kesesuaian tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk
biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki
suatu  tempat  wisata,  maka  penting  untuk  mengetahui  faktor  apa  saja  yang mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik
dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari tempat wisata tersebut.
Kabupaten  Sukabumi  berpotensi  cukup  besar  untuk  dikelola  menjadi daerah  tujuan  wisata  karena  terdapat  beragam  sumberdaya  alam  menarik  di
dalamnya.  Posisi  wilayahnya  yang  berada  di  dataran  tinggi  memberikan  nilai tambah  untuk  menghasilkan  suasana  sejuk  yang  alami.  Selain  itu, akses
transportasi  terhadap  tempat  wisata  relatif  mudah dijangkau.  Salah  satu  obyek wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik
adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung. Taman Wisata Alam TWA Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata
yang menawarkan  objek  rekreasi dan  daya tarik yang beragam  seperti panorama alam yang indah,  danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara
pegunungan.  Objek  rekreasi  yang  terdapat  di  TWA Situ  Gunung  tersebut tergolong  pada  sumberdaya  yang  bersifat  barang  publik  dimana  konsumsi  yang
dilakukan  seseorang  terhadapnya,  tidak  akan  mengurangi  konsumsi  orang  lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi
yang  intangible,  yaitu  manfaat  ekonomi  yang  tidak  dapat  dihitung  secara  riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah,
udara yang sejuk dan lain sejenisnya.
1.2. Perumusan Masalah