dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi
yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah,
udara yang sejuk dan lain sejenisnya.
1.2. Perumusan Masalah
Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai
potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan
serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan.
Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara
positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran
serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan
melestarikan potensi wisata yang dimilikinya. Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap
optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek pengembangan wisata berbasis alam di provinsi ini merupakan yang terbesar
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan
daerah
1
. Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan
wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata
tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan suatu objek wisata.
Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai
ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa
lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun
salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan Travel Cost Method. Permintaan rekreasi berupa frekwensi
kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya. Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi
manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut
1
Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal
.http:perumperhutani.blogspot.com200906ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan
mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung?
2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan
wisata terhadap TWA Situ Gunung? 3.
Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang publik?
1.3. Tujuan