Obyek Wisata Surplus Konsumen

alpinus, Owa Hylobates moloch, Trenggiling Manis javanica, Landak Hystrix branchura, Surili Presbytis comata, Kijang Munticus muntjak dan Kancil Tragulus javanicus. Adapun jenis mamalia lainnya adalah Bajing, Monyet ekor panjang, Lutung dan Babi hutan. Jenis burung yang dilindungi di Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah Elang Bondol Haliastur Indus, Alap-alap Accipiter virgatus, burung Sesep Madu Aethopyga eximia, burung Kipas Riphidura javanica, Cekaka Halcyon chloris, burung Madu Kuning Nectarinia jugularis, burung Madu Merah Aethipiga sipraja, burung Madu Pipi Merah Anthreptes singalensis, burung Cabe Dicaeum trochileum. Sedangkan jenis burung lainnya antara lain Kutilang, Betet ekor panjang, Prenjak Tuwu, Emprit, Cipoh, Kepondang, Tulung Tumpuk dan ayam hutan.

5.5. Obyek Wisata

TWA Situ Gunung memiliki obyek dan daya tarik wisata yang cukup beragam seperti panorama alam, flora dan fauna serta kualitas udara yang sejuk. Selain itu, TWA Situ Gunung memiliki obyek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi, diantaranya yaitu : 1. Danau Situ Gunung adalah sebuah telaga buatan yang luasnya sekitar 10 Ha dengan panorama yang indah dikelilingi bukit dan tegakan pohon damar. Salah satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Danau Situ Gunung yakni menaiki perahu. 2. Air terjun yang terdapat di kawasan TWA Situ Gunung adalah Curug Cimanaracun dan Curug Sawer. VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG

6.1. Karakteristik Responden

Penentuan karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100 orang responden yang terdiri dari 69 orang laki-laki dan 31 orang perempuan. Pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh laki-laki yang sebagian besar datang secara berkelompok.

6.1.1. Umur

Menurut karakteristik umur, sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung adalah kaum muda yang berusia antara 18-25 tahun yaitu sebanyak 49. Pengunjung yang usianya berkisar antara 26-33 tahun sebanyak 22. Selain itu, pengunjung yang berusia di atas 33 tahun sebanyak 15 dan 14 sisanya merupakan pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun. Pengunjung yang berusia di bawah 18 tahun tersebut didominasi oleh pelajar. Hal ini merepresentasikan keadaan di lapangan dimana banyak ditemui kaum muda di tempat wisata tersebut. Proporsi jumlah responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini. 14 49 22 15 18 tahun 18-25tahun 26-33 tahun 33 tahun Gambar 8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.2. Daerah Asal

Berdasarkan karakteristik daerah asal, pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung didominasi oleh mereka yang berasal dari Sukabumi yakni sebesar 71. Pengunjung yang berasal dari daerah Jakarta dan sekitarnya sebanyak 19. Sisanya merupakan mereka yang datang dari daerah Bandung 8 dan dari daerah lainnya sebanyak 2. Data tersebut disajikan dalam Gambar 9 berikut. 19 71 8 2 Jakarta dan sekitarnya Sukabumi Bandung dan sekitarnya Lainnya Gambar 9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 Data di atas menunjukkan wisatawan lokal yang masih berasal dari Sukabumi merupakan konsumen potensial bagi tempat wisata ini. Hal tersebut bisa dikarenakan masih minimnya tempat wisata di wilayah Sukabumi sehingga banyak wisatawan yang menentukan pilihannya pada TWA Situ Gunung. Ini dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam memaksimalkan berbagai fasilitas dan daya tarik wisata untuk menarik perhatian wisatawan lokal lebih banyak lagi. Namun demikian, dari data tersebut diketahui juga bahwa TWA Situ Gunung masih memerlukan upaya promosi agar keberadaanya dapat lebih diketahui khalayak ramai sehingga dapat meningkatkan kunjungan dari luar daerah Sukabumi.

6.1.3. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan faktor tingkat pendidikan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung merupakan lulusan SMA yakni sebanyak 43. Pengunjung yang berpendidikan akhir SMP sebanyak 23 dan SD sebanyak 1. Sedangkan 33 sisanya berpendidikan akhir Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan akhir pengunjung diharapkan akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman mereka akan pentingnya menjaga keberlanjutan dari suatu sumber daya alam dan meminimalisir kerusakan akibat esploitasi alam yang terjadi sehingga keberadaan dari TWA Situ Gunung dapat terus dijaga. Terkait dengan karakteristik tingkat pendidikan pengunjung TWA Situ Gunung, pengelola sebaiknya dapat menambah dan meningkatkan sarana informasi wisata serta petunjuk-petunjuk yang mudah dipahami oleh wisatawan, sehingga pemanfaatan lokasi tersebut dapat terarah dan terkelola dengan baik. Proporsi mengenai tingkat pendidikan responden ditunjukkan pada Gambar 10 berikut ini. 1 23 43 33 SD SMP SMA PT Gambar 10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.4. Pekerjaan

Jenis Pekerjaan dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung sangat beragam, namun sebagian besar merupakan pegawai swasta 32. Pelajar dan mahasiswa 28, wiraswasta 19 dan sisanya merupakan Pegawai Negeri Sipil, ibu Rumah Tangga dan buruh pabrik. Hal ini dapat menjadi penyebab TWA Situ Gunung lebih ramai didatangi pada hari libur, dimana para pengunjung memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan rekreasi. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dapat menambah sarana dan prasarana serta atraksi wisata alam terutama pada hari libur sehingga dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi. 9 19 28 9 32 3 PNS Wiraswasta PelajarMahasiswa Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Buruh Gambar 11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.5. Tingkat Pendapatan

Berdasarkan tingkat pendapatan, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan kurang dari Rp 1.500.000,00. Gambar 12 menunjukkan 25 pengunjung memiliki pendapatan antara Rp 1.000.001,00 - 1.500.000,00. Pengunjung yang berpendapatan antara Rp 500.000,00 - 1.000.000,00 sebanyak 24 dan 22 lainnya memiliki pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Faktor pendapatan dapat mempengaruhi kegiatan konsumsi termasuk konsumsi wisata dimana kebutuhan wisata merupakan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, konsumen akan mengutamakan kebutuhan primer dan sekundernya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berwisata. Diharapkan dengan semakin tingginya pendapatan, alokasinya terhadap kegiatan rekreasi juga semakin meningkat sehingga nilai kesediaan membayar dari pengunjung juga dapat bertambah. Hal ini dapat menjadi dasar pertimbangan pengelola dalam menentukan harga tiket yang berlaku demi perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana pariwisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung. 22 24 25 9 7 4 9 500.000 500.000-1.000.000 1.000.001-1.500.000 1.500.001-2.000.000 2.000.001-2.500.000 2.500.001-3.000.000 3.000.000 Gambar 12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.6. Cara Kedatangan

Sebagian besar pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung mendatangi tempat wisata tersebut secara berkelompok baik dengan keluarga, teman-teman maupun rekan kerja di perusahaan. Pengunjung yang datang dengan cara demikian yaitu sebesar 85. Pengunjung lainnya memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut bersama pasangannya sebanyak 13 dan 2 sisanya datang untuk berwisata sendirian. Berdasarkan informasi tersebut, penyediaan paket-paket wisata dapat menjadi alternatif tawaran bagi pengunjung TWA Situ Gunung yang datang secara berkelompok, sehingga aktivitas wisata dapat lebih terorganisir. Gambar 13 menunjukkan proporsi cara kedatangan pengunjung TWA Situ Gunung. 85 13 2 Kelompok Pasangan Sendiri Gambar 13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.7. Jumlah Rombongan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa wisatawan yang mengunjungi TWA Situ Gunung sebagian besar memutuskan untuk datang secara berkelompok dengan jumlah anggota rombongan 10 orang 69. Pengunjung lainnya datang dengan jumlah rombongan antara 10-27 orang 27 dan sisanya datang dalam jumlah rombongan yang besar yakni di atas 27 orang 4. Adapun wisatawan yang berkunjung dengan jumlah rombongan relatif banyak, biasanya merupakan perusahaan ataupun rombongan mahasiswa yang melakukan aktivitas outbond. Hal ini kembali dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk meningkatkan fasilitas wisata, baik mengenai lahan parkir maupun fasilitas lainnya, agar kapasitas dari tempat wisata tersebut dapat mencukupi jumlah rombongan atau wisatawan yang datang. Adapun proporsi jumlah rombongan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini. 69 27 4 10 orang 10-27 orang 27 orang Gambar 14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.8. Alat Transportasi

Berdasarkan alat transportasi yang digunakan wisatawan menuju tempat wisata, sebagian besar pengunjung TWA Situ Gunung datang dengan menggunakan kendaraan roda dua yakni sebanyak 47. Pengunjung lainnya datang dengan menggunakan mobil pribadi sebanyak 22. Sisanya memutuskan untuk mengunjungi lokasi wisata dengan menggunakan kendaraan umum 17, kendaraan charter atau bus 9 dan berjalan kaki 5. Wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini didominasi oleh mereka yang datang berkelompok dengan menggunakan motor pribadi. Selain dianggap lebih ekonomis, kendaraan ini juga dinilai lebih sesuai dengan aksesibilitas di lokasi wisata tersebut. Kendaraan roda empat umumnya digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan keluarganya. Bus biasanya digunakan oleh rombongan karyawan perusahaan atau pun rombongan mahasiswa yang hendak melakukan aktivitas outbond. Sedangkan mereka yang memilih berjalan kaki merupakan wisatawan lokal yang bertempat tinggal tidak jauh dari Taman Wisata Alam Situ Gunung. Gambar 15 menunjukkan sebaran alat transportasi yang digunakan pengunjung TWA Situ Gunung. 22 47 17 9 5 mobil motor umum charterbus berjalan kaki Gambar 15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.9. Sumber Informasi Lokasi

Menurut sumber informasi keberadaan TWA Situ Gunung, sebagian besar pengunjung mengetahuinya dari teman atau saudara yaitu sebanyak 60. Pengunjung yang mengetahui dengan sendirinya sebanyak 35. Mereka yang menjawab demikian sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang telah lama tinggal di sekitar tempat wisata ataupun wilayah Sukabumi dan mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung sejak lama sehingga sulit untuk menentukan dari mana sumber pengetahuan mengenai TWA Situ Gunung tersebut. Sisanya pengunjung mengetahui keberadaan tempat wisata dari media cetak atau elektronik seperti koran, televisi maupun internet sebanyak 5. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi pengelola untuk meningkatkan kegiatan promosinya lebih baik lagi baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga dapat menambah jumlah kunjungan wisatawan luar daerah. Sebaran sumber informasi mengenai keberadaan TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 16 berikut ini. 5 60 35 Koran-Tv-Internet TemanSaudara Tahu Sendiri Gambar 16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.10. Lama Mengetahui Lokasi

Berdasarkan karakteristik lama mengetahui tempat wisata yang dihitung dalam tahun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 17, diketahui bahwa 41 pengunjung TWA Situ Gunung baru mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut dalam kurun waktu 1-4 tahun. Sebanyak 23 lainnya telah mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung lebih dari 18 tahun yang lalu. Mereka yang termasuk dalam kelas tersebut sebagian besar merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Sukabumi. Selain itu, 22 pengunjung telah mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut selama 10-18 tahun dan 14 sisanya sudah mengetahui TWA Situ Gunung selama 5-9 tahun. 41 14 22 23 1-4 tahun 5-9 tahun 10-18 tahun 18 tahun Gambar 17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.11. Tujuan Wisata

TWA Situ Gunung mempersembahkan suasana yang begitu dekat dengan alam. Panoramanya yang memikat mampu menarik minat banyak wisatawan yang datang berkunjung hanya untuk sekedar menikmati keindahan alam dan suasana sejuk di tempat tersebut. Wisatawan semacam ini banyak ditemui di lokasi dan sangat mendominasi motivasi kunjungan yakni sebesar 77. Adapula pengunjung lain yang datang ke TWA Situ Gunung melakukan aktivitas piknik bersama keluarga ataupun rekan kerja sebesar 11, 7 datang untuk berolah raga dan 5 sisanya untuk melakukan kegiatan lain. Sebaran tujuan wisata pengunjung TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 18. Terkait dengan tujuan wisata, perawatan fasilitas yang baik sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dalam menikmati keindahan alam yang ditawarkan TWA Situ Gunung. 77 7 11 5 Menikmati Alam Olahraga Piknik Lainnya Gambar 18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.12. Lama kunjungan

Lama kunjungan diartikan sebagai waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung. Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa 41 pengunjung menghabiskan waktu di lokasi tersebut hanya 1-2 jam. Biasanya mereka berkunjung dengan tujuan menikmati pemandangan alam dan suasana sejuk di lokasi tersebut. Sehingga waktu yang dihabiskan di lokasi hanya sebentar. Pengunjung lainnya memerlukan 3-4 jam untuk melakukan aktivitas wisata 37. Pengunjung yang menghabiskan waktu di lokasi hingga 5-6 jam sebanyak 13 dan 7-8 jam sebanyak 6. Pengunjung sisanya menghabiskan waktu untuk berwisata di TWA Situ Gunung lebih dari 8 jam 9. Pengunjung yang demikian sebagian besar meluangkan waktunya sejak pagi untuk melakukan aktivitas survei ataupun outbond. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola agar menambah atraksi wisata alam yang menarik minat pengunjung, dengan demikian diharapkan akan meningkatkan antusiasme mereka untuk menghabiskan waktu berwisata lebih lama lagi. Proporsi mengenai waktu yang dihabiskan pengunjung dalam berwisata di TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 19 berikut ini. 41 37 13 9 1-2 jam 3-4jam 5-6jam 6jam Gambar 19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.1.13. Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh

Berdasarkan hasil observasi lapang, diketahui bahwa responden TWA Situ Gunung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah yang relatif dekat dengan lokasi wisata. Sebagian besar pengunjung menempuh jarak 2-32 km untuk mencapai lokasi 65. Diperkirakan mereka merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah Sukabumi dan sekitarnya. Selebihnya menempuh jarak lebih dari 33 km, kemungkinan besar merupakan pengunjung yang berasal dari luar kota. Sebaran jarak yang ditempuh pengunjung menuju TWA Situ Gunung ditunjukkan pada Gambar 20 berikut ini. 65 6 6 9 3 2 5 4 2-32 km 33-63 km 64-94 km 95-125 km 126-156 km 157-187 km 188-218 km 218 km Gambar 20. Sebaran Jarak Tempuh Ke Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi, sebagian besar responden memerlukan waktu 1-2 jam untuk pulang pergi yakni sebanyak 60. Jumlah waktu tersebut diperkirakan dibutuhkan oleh mereka yang masih berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Selain itu, 15 responden membutuhkan waktu sebanyak 5-6 jam. Jumlah waktu sekian pada umumnya dibutuhkan oleh mereka yang berasal dari daerah Cianjur, Bogor dan Sukabumi selatan. Jumlah waktu 3-4 jam dan 7-10 jam masing-masing 10 dari keseluruhan responden. Pengunjung sisanya memerlukan waktu lebih dari 10 jam untuk pulang pergi dari TWA Situ Gunung hingga ke daerah asal sebanyak 5. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kemacetan yang mungkin terjadi di ruas jalan. Sebaran waktu tempuh yang dibutuhkan pengunjung menuju TWA Situ Gunung disajikan pada Gambar 21 berikut ini. 60 10 15 10 5 1-2 jam 3-4 jam 5-6 jam 7-10 jam 10 jam Gambar 21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009

6.2. Persepsi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung

Melalui wawancara dan kuesioner, peneliti juga mencoba untuk menggali informasi mengenai penilaian pengunjung terhadap TWA Situ Gunung. Adapun informasi tersebut meliputi keadaan keamanan objek wisata, penyediaan fasilitas rekreasi, pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung, penyediaan informasi, dan kemudahan mencapai lokasi atau aksesibitas. Selain itu pengunjung diminta untuk menilai faktor lingkungan yang terdiri dari faktor kebersihan, kualitas udara dan tingkat kebisingan. Hal ini perlu dilakukan agar pengelola dapat mengetahui faktor apa saja yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan dalam mengelola TWA Situ Gunung.

6.2.1. Keamanan

Hasil observasi lapang terhadap pengunjung TWA Situ Gunung mengenai tingkat keamanan di tempat wisata tersebut 74 responden menyatakan aman. Pengunjung lainnya menyatakan sangat aman sebanyak 19 dan sisanya 7 menyatakan kurang aman. Adapun kriteria aman yang dimaksud meliputi kecelakaan fisik akibat aktivitas rekreasi maupun kriminalitas seperti terjadinya kehilangan materi ataupun benda lain akibat pencurian. Berikut merupakan proporsi penilaian pengunjung mengenai keamanan TWA Situ Gunung. 19 74 7 sangat nyaman aman kurang aman Gambar 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Keamanan Tahun 2009

6.2.2. Penyediaan Fasilitas Rekreasi

Berdasarkan sarana dan prasarana wisata di TWA Situ Gunung, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23, 68 responden menyatakan bahwa fasilitas di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Responden yang menyatakan fasilitas wisata disana memadai sebesar 26 dan sisanya menyatakan sangat memadai sebesar 6. Adapun responden yang menyatakan kurang memadai melihat bahwa fasilitas yang ada di lokasi tersebut kurang terawat dan sangat perlu untuk diadakannya fasilitas tambahan. 6 26 68 sangat memadai memadai kurang memadai Gambar 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 Beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki antara lain WC umum, tempat ibadah dan tempat parkir. Sedangkan fasilitas yang menurut responden perlu untuk ditambahkan yaitu tempat berteduh, tempat sampah dan fasilitas bermain. Berikut merupakan gambar fasilitas yang terdapat di TWA Situ Gunung. Gambar 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung Sebagian fasilitas yang disebutkan sebelumnya telah tersedia di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Akan tetapi kondisinya dinilai cukup tidak nyaman untuk dimanfaatkan. Oleh karena itu perhatian pengelola akan perbaikan dan penambahan fasilitas sangat diperlukan dalam pengembangan tempat wisata tersebut lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan kualitas dari tempat wisata itu sendiri.

6.2.3. Pelayanan Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung

Berdasarkan faktor pelayanan pengelola dalam menerima pengunjung yang melakukan rekreasi atau kegiatan lainnya di TWA Situ Gunung, Gambar 25 menunjukkan 7 dari pengunjung menilai bahwa pelayanan pengelola dalam menerima kunjungan wisatawan sangat baik. Pengunjung yang berpendapat pengelola cukup baik dalam melayani dan menerima kunjungan wisatawan sebanyak 72. Sebanyak 19 dari pengunjung menilai pelayanan pengelola wisata setempat kurang baik bahkan 2 sisanya menyatakan sangat kurang baik. Berdasarkan informasi tersebut, diperlukan perhatian dari pengelola tempat wisata untuk membangun citra yang baik sehingga pengunjung tertarik untuk melakukan kunjungan kembali ke TWA Situ Gunung. 7 72 19 2 sangat baik baik kurang baik sangat kurang Gambar 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009

6.2.4. Penyediaan Sarana Informasi

Sarana informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup buku petunjuk, peta ataupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan informasi pengunjung mengenai Taman Wisata Alam Situ Gunung. Hasil penelitian menunjukkan 46 wisatawan menyatakan sarana informasi di tempat wisata tersebut masih kurang memadai. Hanya 3 responden yang menyatakan sangat memadai, 24 lainnya berpendapat sarana informasi yang diberikan itu memadai. Sebanyak 27 sisanya bahkan menilai tidak ada. Hal ini dapat dikarenakan baik peta wisata maupun papan petunjuk jalan serta bentuk informasi lainnya masih sulit untuk ditemukan sehingga sebagian pengunjung lebih memilih bertanya langsung kepada pengelola maupun pedagang di sekitar kawasan untuk mengetahui informasi wisata yang diperlukan. Gambar 26 berikut menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai penyediaan informasi di TWA Situ Gunung. 3 24 46 27 sangat memadai memadai kurang memadai tidak ada Gambar 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009

6.2.5. Aksesibilitas

Menurut segi aksesibilitas yang meliputi kondisi jalan, mudah atau tidaknya menemukan kendaraan umum serta alur jalan yang dilalui, 13 responden menilai sangat mudah. Sebagian besar responden berpendapat bahwa aksesibilitas menuju Taman Wisata Alam Situ Gunung relatif mudah yakni sebesar 50. Sebanyak 31 responden mengatakan sulit dan hanya 6 sisanya yang berpendapat aksesibilitas menuju tempat wisata tersebut sangat sulit untuk dilalui. Mereka yang berpendapat bahwa aksesibilitas menuju TWA Situ Gunung sangat sulit untuk dilalui, sebagian besar merupakan pengguna kendaraan pribadi. Adapun penilaian tersebut berdasarkan alur jalan yang berkelok-kelok serta kondisi jalan dalam kawasan wisata yang berbatu dan berlubang. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya dari pengelola lokasi wisata setempat untuk memperbaiki jalan dalam kawasan wisata sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang membawa kendaraan. Gambar 27 menunjukkan proporsi penilaian responden mengenai aksesibilitas di tempat wisata tersebut. 13 50 31 6 sangat mudah mudah sulit sangat sulit Gambar 27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009

6.2.6. Kebersihan Tempat Wisata

Faktor kebersihan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan dan pengembangan lebih lanjut dari suatu kawasan wisata. Menurut hasil penelitian, hanya 6 yang mengemukakan bahwa kebersihan TWA Situ Gunung tidak ada masalah. Responden menyatakan sedang karena belum merasa terganggu dengan kondisi kebersihan di kawasan wisata tersebut sebanyak 59. Sisanya 35 merupakan pengunjung yang menyatakan bermasalah. Dinilai demikian dikarenakan banyaknya sampah yang berserakan akibat aktivitas wisata, kurangnya tempat pembuangan sampah, rumput yang tumbuh tinggi serta minimnya petugas kebersihan. Menurut hasil observasi diketahui bahwa proses pembuangan sampah dilakukan oleh para pedagang yang melakukan aktivitas ekonomi di lokasi tersebut. Oleh karena itu, perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menambah unit kebersihan dalam pengelolaan sampah serta perawatan ruang terbuka hijau agar tercipta lingkungan yang bersih, indah dan nyaman bagi pengunjung yang melakukan rekreasi. Gambar 28 berikut menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kebersihan di TWA Situ Gunung. 35 59 6 bermasalah sedang tidak ada masalah Gambar 28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kebersihan Tahun 2009

6.2.7. Penilaian Wisatawan terhadap Kualitas Udara

Kualitas udara di TWA Situ Gunung dinilai masih sangat sejuk dan belum terganggu oleh polusi akibat kendaraan maupun aktivitas ekonomi. Sebagian besar responden berpendapat demikian yakni sebanyak 78 dan sisanya 22 menyatakan tingkat polusi udara sedang dengan alasan bahwa aktivitas rekreasi yang dilakukan akan mempengaruhi kualitas udara di kawasan tersebut terlebih bagi mereka yang menggunakan kendaraan ke dalam kawasan wisata. Gambar 29 menunjukkan proporsi responden mengenai penilaian kualitas udara di TWA Situ Gunung. 22 78 sedang tidak ada masalah Gambar 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009

6.2.8. Penilaian Wisatawan terhadap Tingkat Kebisingan

Faktor lingkungan yang juga dinilai oleh responden adalah tingkat kebisingan. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, 75 pengunjung berpendapat bahwa tidak ada masalah polusi suara di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Sebanyak 25 menyatakan sedang dengan alasan suara yang dihasilkan dari aktivitas wisata berpotensi menciptakan kebisingan. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Gambar 30 berikut ini. 75 25 sedang tidak ada masalah Gambar 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2009 VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN

7.1. Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model

Model permintaan rekreasi di TWA Situ Gunung diturunkan melalui pendekatan model persamaan regresi Poisson dengan menggunakan beberapa variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Pada penelitian terdahulu, pengujian jumlah kunjungan wisata sering didasarkan pada ordinary regression method yang mengestimasi permintaan rekreasi dengan menggunakan Ordinary Least Square OLS. Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa estimasi fungsi permintaan melalui OLS kurang sesuai untuk digunakan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi permintaan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung beserta interpretasi variabel-variabel yang mempengaruhinya.

7.1.1. Fungsi Permintaan Wisata

Guna menentukan fungsi permintaan wisata di TWA Situ Gunung, sebelumnya ditentukan beberapa independent variable yang diperkirakan dapat mempengaruhi wisatawan dalam menentukan jumlah kunjungan per tahun terhadap TWA Situ Gunung. Terdapat 13 independent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan dependent variable yakni biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan akhir, umur, jumlah rombongan, jarak tempuh, waktu tempuh, lama kunjungan, lama mengetahui tempat wisata, daya tarik wisata, status hari kunjungan, jenis kelamin dan jumlah tanggungan. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan stata 9 yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi poisson. Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan regresi poisson. Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Poisson Independent Variable Coef. Std. Err. z P|z| Biaya Perjalanan X 1 -0.0000333 9.83E-06 -3.38 0.001 Pendapatan X 2 0.1114163 0.0320345 3.48 0.001 Pendidikan Akhir X 3 -0.0303855 0.0238202 -1.28 0.202 Umur X 4 -0.0203148 0.0102944 -1.97 0.048 Jumlah Rombongan X 5 0.0027026 0.0043563 0.62 0.535 Waktu Tempuh X 7 -0.0516224 0.0337729 -1.53 0.126 Lama Kunjungan X 8 0.0403546 0.0333285 1.21 0.226 Lama Mengetahui X 9 0.0287231 0.0079508 3.61 0.000 Daya Tarik D 1 0.7351865 0.4818184 1.53 0.127 Status Hari D 2 -0.107277 0.1274805 -0.84 0.400 Jenis Kelamin D 3 0.3098775 0.1353350 2.29 0.022 _cons 0.7201758 0.5827132 1.24 0.216 Sumber : Data Primer Diolah oleh Penulis Tahun 2009 Keterangan tabel:  nyata pada taraf uji 1  nyata pada taraf uji 5  nyata pada taraf uji 15 Pengujian multikolinearitas terhadap ke-13 variabel diperlukan untuk memperoleh ketepatan dalam pengukuran surplus konsumen. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, dapat dikatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi. Jika data hasil pengamatan terdiri dari banyak variabel, perlu diukur seberapa kuat hubungan antara variabel itu terjadi, dengan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel. Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk pengujian tersebut. Perlakuan ini menyebabkan variabel yang sebenarnya berpengaruh terpaksa dikeluarkan untuk membentuk model yang terbaik. Menurut uji korelasi Pearson, diketahui bahwa variabel jarak tempuh memiliki korelasi variabel waktu tempuh. Selain itu, diketahui pula variabel jumlah tanggungan berkorelasi dengan variabel umur. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai derajat hubungan yang dihasilkan oleh variabel jarak tempuh terhadap waktu tempuh di atas 0,5 yaitu 0,8263. begitu pula dengan variabel jumlah tanggungan yang memiliki nilai derajat hubungan sebesar 0,6174 terhadap variabel umur. Berdasarkan kriteria tingkat hubungan dari suatu nilai koefisien korelasi, diketahui bahwa variabel yang memiliki nilai derajat hubungan melebihi 0,5 diduga memiliki hubungan korelasi 6 . Guna memperoleh model yang terbaik dan bebas dari masalah multikolinieritas, maka variabel jarak tempuh dan jumlah tanggungan dikeluarkan dari model. Interpretasi pengaruh koefisien independent variable regresi Poisson terhadap dependent variable berbeda dengan interpretasi dalam OLS. Dalam regresi linier, peningkatan koefisien positif akan meningkatkan nilai dependent variable-nya. Jika dalam regresi Poisson, peningkatan nilai independent variable akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian dari dependent variable Hellerstein et al, 1993. Hasil analisis regresi poisson menunjukkan nilai pseudo R 2 sebesar 23,10. Tidak seperti regresi linier biasa yang diduga dengan OLS dimana R 2 bersifat aditif terhadap model, pada regresi poisson nilai R 2 bersifat parametrik dan sudah dimasukkan ke dalam model sehingga tidak perlu diperhitungkan Hellerstein et al, 1993. Berdasarkan analisis tersebut didapat pula fungsi permintaan wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung sebagai berikut : 6 Industrial Engineering. 2005. Statistik Industri http:statistikindustri.blogspot.com200805regresi-dan-korelasi.html. Diakses: 4 September, 2009 Y = 7,2.10 -1 – 3,33.10 -5 x 1 + 1,11.10 -1 x 2 - 3,04.10 -2 x 3 – 2,03.10 -2 x 4 + 2,7.10 -3 x 5 -5,16.10 -2 x 7 + 4,03.10 -2 x 8 + 2,87.10 -2 x 9 + 7,35.10 -1 x 10 – 1,07.10 -1 x 11 + 3,1.10 -1 x 12 + e Hasil analisis menunjukkan nilai P sebesar 0,000 berarti peluang untuk menolak model persamaan tersebut sangat kecil, dengan kesalahan yang terjadi sangat kecil Nurdini, 2004. Berdasarkan hasil pengolahan data ditunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan pada taraf uji 1, 5 dan 15. Pada taraf uji 1 variabel yang berpengaruh secara signifikan antara lain biaya perjalanan x 1 , pendapatan x 2 dan lama mengetahui TWA Situ Gunung x 9 . Selain itu, variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 5 antara lain variabel umur x 4 dan jenis kelamin pengunjung D 3 . Sedangkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 adalah adalah waktu tempuh x 7 dan daya tarik wisata D 1 .

7.1.2. Interpretasi Model

Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi poisson, peningkatan independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata- rata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Situ Gunung. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang mempengaruhi peluang rata-rata jumlah kunjungan wisata di Taman Wisata Alam Situ Gunung. Empat variabel lainnya tidak berpengaruh secara signifikan. Berikut merupakan interpretasi hasil analisis regresi dari variabel-variabel sosial ekonomi terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan di tempat wisata tersebut.  Biaya Perjalanan Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi poisson, diketahui bahwa nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1 sehingga dapat dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisiennya yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai biaya perjalanan maka akan semakin mengurangi peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Begitupun dengan keadaan di lapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata kali kunjungan wisatawan berkurang sejalan dengan semakin tingginya biaya perjalanan dari wisata itu sendiri. Hal ini dapat dikarenakan biaya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan rekreasi.  Pendapatan Keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan konsumsi tidak dapat terlepas dari pendapatan individu tersebut termasuk kegiatan konsumsi rekreasi. Faktor pendapatan secara statistik berpengaruh nyata pada taraf 1 yang berarti faktor ini mempengaruhi jumlah kunjungan wisata secara signifikan. Hasil analisis menunjukkan tanda koefisien pendapatan bernilai positif. Ini mengartikan bahwa semakin tinggi pendapatan wisatawan maka akan semakin tinggi pula peluang rata-rata jumlah kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Hal tersebut diperkirakan karena rata-rata pengunjung TWA Situ Gunung memiliki pendapatan yang relatif rendah sehingga sejalan dengan meningkatnya pendapatan pengunjung maka mereka akan cenderung menambah kunjungannya ke TWA Situ Gunung. Maka dari itu, faktor pendapatan dikatakan sesuai dengan hipotesis awal, dimana dengan semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi konsumsi dan kecenderungan mengalokasikan pendapatannya untuk rekreasi serta pemenuhan kebutuhan tersiernya.  Pendidikan Akhir Pengunjung Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendidikan akhir pengunjung memiliki koefisien negatif, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka justru akan cenderung menurunkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap TWA Situ Gunung. Berlaku demikian diperkirakan karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana lebih baik.  Umur Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor umur memiliki tanda koefisien yang negatif, berarti ada kecenderungan dimana semakin tua usia wisatawan maka peluang rata-rata kunjungannya ke TWA Situ Gunung akan menurun. Variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata pada taraf uji 5. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana pengunjung dari tempat wisata tersebut sebagian besar merupakan kaum muda. Smith 1996 dalam Muntasib 2007 menyatakan bahwa para pemuda mempunyai karakteristik ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang menghadapi tantangan dan berkelana mengarungi alam .  Jumlah Rombongan Jumlah rombongan memiliki koefisien positif tetapi tidak signifikan mempengaruhi peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Ini menunjukkan bahwa dengan semakin banyak jumlah rombongan yang melakukan aktivitas wisata, maka semakin besar peluang kunjungan rata-rata wisatawan. Hal ini dapat dikarenakan TWA Situ Gunung merupakan suatu bentuk wisata alam yang menyediakan fasilitas outbond, perahu serta ruang terbuka hijau yang luas, sehingga memberikan alasan kepada pengunjung untuk datang beramai-ramai.  Waktu Tempuh Waktu tempuh merupakan jumlah waktu pulang pergi yang diperlukan wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat wisata dari tempat keberangkatan hingga kembali ke tempat asal. Pada analisis sebelumnya ditunjukkan bahwa waktu tempuh mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan pada taraf uji 15 dan memiliki koefisien negatif. Dapat diartikan dengan semakin lama waktu tempuh yang dibutuhkan menuju tempat wisata, maka akan semakin tinggi biaya perjalanan yang dikeluarkan, sehingga terdapat kecenderungan wisatawan untuk mengalihkan tujuan wisatanya ke tempat rekreasi yang lebih dekat. Berbeda halnya jika TWA Situ Gunung tergolong tempat wisata yang unik yakni tempat wisata yang memiliki ciri khas tersendiri, dimana waktu tempuh bisa saja berlaku positif yang berarti semakin lama waktu tempuh justru akan semakin meningkatkan peluang rata-rata kunjungan wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, TWA Situ Gunung dapat dikatakan tergolong tempat wisata biasa yakni tempat wisata yang umum terdapat di berbagai daerah.  Lama Kunjungan Waktu yang dihabiskan pengunjung di tempat wisata diartikan sebagai lama kunjungan wisatawan. Hasil analisis menggunakan regresi poisson menunjukkan bahwa lama kunjungan tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan per tahun wisatawan secara signifikan. Tanda koefisien positif menunjukkan dengan semakin lamanya waktu yang dihabiskan wisatawan di TWA Situ Gunung maka akan meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya ke lokasi tersebut. Hal ini dapat dikarenakan pengunjung belum merasa puas dan belum cukup memahami lingkungan setempat sehingga dengan semakin lama waktu yang dihabiskan di lokasi akan semakin menarik pengunjung untuk meningkatkan peluang rata-rata kunjungannya.  Lama Mengetahui Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan mengetahui keberadaan TWA Situ Gunung. Variabel lama mengetahui tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 1. Dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata pengunjung yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak kecil cenderung mengunjungi tempat wisata tersebut lebih sering dibanding mereka yang baru mengetahui satu atau dua tahun. Berdasarkan hasil wawancara pula diketahui bahwa mereka yang mengetahui TWA Situ Gunung sejak lama merupakan wisatawan lokal yang berasal dari daerah sekitar Sukabumi. Hal tersebut menginterpretasikan tanda koefisien positif dari variabel lama mengetahui tempat wisata.  Daya Tarik Variabel daya tarik menjelaskan seberapa besar objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung mempengaruhi penentuan frekuensi kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa variabel tersebut memiliki koefisien positif dan berpengaruh nyata pada taraf uji 15. Dapat dikatakan semakin sering seseorang berkunjung ke Taman Wisata Alam Situ Gunung maka semakin tinggi peluang rata-rata kunjungannya di masa yang akan datang.  Status Hari Hasil analisis menunjukkan bahwa status hari tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan. Adapun status hari ini dibedakan menjadi hari libur dan hari biasa. Nilai koefisien negatif menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisata pada hari biasa lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan pada hari libur.  Jenis Kelamin Jenis kelamin berpengaruh nyata pada taraf 5 terhadap frekuensi kunjungan wisatawan TWA Situ Gunung. Nilai koefisien positif menjelaskan bahwa wisatawan yang berjenis kelamin laki-laki akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal tersebut yang berlaku di lapangan dimana karakteristik pengunjungnya didominasi oleh wisatawan laki-laki. Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa segmen pasar dari TWA Situ Gunung merupakan kaum muda dan berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk pengembangan TWA Situ Gunung lebih lanjut. Pengelola dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok dengan jiwa kaum muda. Selain itu, dengan melihat faktor pendapatan yang memiliki kecenderungan pengunjung dengan pendapatan menengah ke bawah, dapat disimpulkan tempat wisata tersebut dapat dinikmati hampir oleh setiap kalangan karena biaya wisata yang diperlukan relatif terjangkau. Variabel waktu tempuh diketahui berpengaruh nyata terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan ke TWA Situ Gunung. Hal ini dapat diatasi dengan upaya promosi mengenai kelebihan dari wisata alam yang menawarkan ketenangan dan kesejukkan suasana alam dengan panorama indah dan jauh dari kebisingan. Sangat cocok bagi pengunjung yang suntuk dengan suasana kota besar, sehingga lamanya waktu tempuh akan terbayar dengan jasa lingkungan yang disediakan TWA Situ Gunung. Selain itu, variabel lama mengetahui lokasi juga diketahui berpengaruh terhadap peluang rata-rata jumlah kunjungan, oleh karena itu pengelola sebaiknya meningkatkan upaya promosi melalui berbagai media sehingga sumber informasi mengenai TWA Situ Gunung dapat diakses dengan mudah bagi para calon wisatawan.

7.2 Surplus Konsumen

Penentuan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung didasarkan pada nilai surplus konsumen yang diestimasi dari fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Menurut Fauzi 2006, setelah mengetahui fungsi permintaan, kita dapat mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen total kunjungan per individu dapat diukur melalui formula SK = Y 2 2b, dimana Y adalah jumlah kunjungan yang dilakukan individu dan b adalah koefisien dari variabel biaya perjalanan. Garrod dan Willis 1999 menunjukkan perhitungan surplus konsumen pada dua model persamaan yang disajikan pada Tabel 4 berikut : Tabel 5. Perhitungan Surplus Konsumen Fungsi Permintaan Persamaan Nilai SK Total Kunjungan Per Individu Linier Y =α+βc SK = v2- 2β Semi Log Ln v=α+βc SK = v- β Sumber : Garrod dan Willis 1999 Ket: y : jumlah kunjungan, c: biaya perjalanan, α: konstanta, β: koefisien biaya perjalanan Perbedaan antara WTP wisatawan dengan pengeluaran aktual wisatawan merupakan surplus konsumen. Surplus konsumen dikenal sebagai manfaat bersih dan hal ini merepresentasikan suatu nilai value yang sangat berguna bagi penentu kebijakan, manajer dan pengambil keputusan yang lain berkaitan dengan kegiatan rekreasi dan industri wisata Marsinko et al, 2002 dalam Wijayanti, 2009. Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh nilai surplus konsumen total kunjungan per individu sebesar Rp 277.477,00. Kemudian, diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Konsep surplus konsumen merupakan indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal dari tiket yang berlaku saat ini, yakni sebesar Rp 6.500,00. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009 saat penelitian berlangsung. Adapun jumlah kunjungan pada periode tersebut disajikan pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Total Surplus Konsumen Periode Mei 2008-April 2009 Bulan 2008 Jumlah Kunjungan Surplus Konsumen Rupiah Mei 1851 86.713.513,52 Juni 2377 111.354.955 Juli 3142 147.192.792,8 Agustus 2560 119.927.927,9 September 706 33.073.873,88 Oktober 7131 334.064.864,9 November 1486 69.614.414,42 Desember 2206 103.344.144,2 Bulan 2009 Jumlah Kunjungan Surplus Konsumen Rupiah Januari 1963 91.960.360,37 Februari 1098 51.437.837,84 Maret 2469 115.664.864,9 April 1630 76.360.360,37 TOTAL 28619 1.340.709.910 Sumber : Pengelola Taman Wisata Alam Situ Gunung Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain WC umum, tempat beribadah, tempat parkir dan aksesibilitas, dalam hal ini yakni perbaikan jalan. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah tempat bermain anak playground, tempat berteduh, fasilitas air dan pusat pengamatan fauna. Pengelolaan yang baik dari TWA Situ Gunung sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Situ Gunung. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Situ Gunung dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan