Tabel 3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Peeriode Mei 2008-
April 2009
Bulan 2008 Jumlah Kunjungan orang
Mei 1851
Juni 2377
Juli 3142
Agustus 2560
September 706
Oktober 7131
November 1486
Desember 2206
Bulan 2009 Jumlah Kunjungan
Januari 1963
Februari 1098
Maret 2469
April 1630
TOTAL 28619
Objek wisata ini juga memberlakukan tiket masuk bagi orang dewasa yaitu Rp 6.500,00. Berdasarkan cara kedatangan, pengunjung yang menggunakan
kendaraan roda dua dikenakan biaya Rp 1.500,00, kendaraan roda empat dikenakan biaya Rp 2.500,00, dan untuk kendaraan roda enam dikenakan biaya
Rp 6.000,00. Selain itu, TWA Situ Gunung menyediakan fasilitas akomodasi berupa wisma yang disewakan. Tarif wisma dibedakan berdasarkan luasan, antara
lain Wisma Standar dengan tarif Rp 300.000,00, Wisma Deluxe dikenakan tarif Rp 450.000,00, dan Aula dengan tarif sewa Rp 700.000,00. Di samping itu, untuk
fasilitas outbond dikenakan tarif sebesar Rp 500.000,00.
5.2. Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung
TWA Situ Gunung merupakan kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama adalah untuk pariwisata dan rekreasi alam. Situ Gunung ditetapkan sebagai
Taman Wisata Alam TWA berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 6411KptsUm1975 tanggal 27 November 1975. Pada tanggal 4 Juni 1990 SK Dirjen tersebut dicabutdiganti dengan SK Mentri Kehutanan No.
184kptsII1990. Sebagai tindak lanjut dari keputusan tersebut maka disusunlah Rencana Karya Lima Tahun Tahap II sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan
selama lima tahun 1997-2001 yang terarah dan terinci. Sejak tahun 1990 hak pengusahaannya telah diserahkan kepada Perum Perhutani unit III Jawa Barat.
5.3. Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung
Telaga Situ Gunung dibangun pada tahun 1817 oleh Rangga Jagat Syahadana yang lebih dikenal dengan nama Embah Jalun 1770-1841 sebagai
perwujudan rasa bahagia dan bangga karena dikaruniai seorang anak laki-laki yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangannya. Rangga Jagat Syahadana
adalah seorang pejuang keturunan keluarga Raja Mataram yang berhaluan keras dalam menentang penjajah Belanda, kemudian beliau meninggalkan Mataram
untuk bergabung dengan para pejuang dari Banten. Pada tahun 1808 Rangga Jagat Syahadana tiba di Cirebon dan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari
daerah Kuningan. Selama melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang dilakukan
dengan berpindah-pindah beliau pernah beberapa kali tertangkap yaitu tahun 1810 di Sumedang dan tahun 1840 di Sukabumi. Pada penangkapan terakhir Belanda
memutuskan hukuman gantung padanya di sebuah lapangan yang sekarang menjadi alun-alun Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Berkat kesaktian yang
dimilikinya, akhirnya beliau dapat melepaskan diri dan memutuskan untuk pergi ke Banten dengan meninggalkan anak dan istrinya. Namun, karena perjalanan
yang sulit serta usia yang sudah lanjut akhirnya beliau jatuh sakit dan meninggal
dunia di Bogor pada tahun 1841. Telaga Situ Gunung kemudian diambil alih secara paksa oleh Belanda dan dibangun kembali pada tahun 1850. Di kawasan
tersebut pernah dibangun suatu perhotelan dengan nama Hotel Situ Gunung yang saat ini sudah tidak ada.
5.4. Potensi Biotik Kawasan