Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN
TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(2)
RINGKASAN
RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.
Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.
Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.
Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay
sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1.340.709.910.
(3)
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN
TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN H44052011
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(4)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA
ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN”
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Rani Aprilian H44052011
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan
Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun
1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat
Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk
dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan
sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun
skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman
Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini
memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka
terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata
serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui
pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala
keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, September 2009
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
pengarahan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah
memberikan informasi dalam skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan
curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy,
Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman
seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42
untuk kebersamaannya selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN... i
RIWAYAT HIDUP... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Pariwisata ... 9
2.2. Rekreasi... 10
2.3. Bentuk-Bentuk Pariwisata... 11
2.4. Taman Wisata Alam... 13
2.5. Barang Publik... 14
2.6. Penilaian Manfaat Ekonomi... 15
2.7. Permintaan Wisata ... 16
2.8.Willingness To Pay... 20
2.9. Regresi Poisson ... 21
2.10. Pendugaan Surplus Konsumen... 22
2.11. Penelitian Terdahulu ... 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN... 26
3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik... 26
3.2. Permintaan Wisata ... 26
3.3. Metode Biaya perjalanan... 28
3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen... 29
3.5. Kerangka Operasional... 29
IV. METODE PENELITIAN... 34
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
4.2 Metode Pengambilan Contoh... 34
4.3 Pengolahan Data... 35
4.4 Pendugaan Surplus Konsumen... 37
(9)
V. GAMBARAN UMUM... 39
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis... 39
5.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung... 41
5.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung ... 42
5.4 Potensi Biotik Kawasan ... 43
5.5 Obyek Wisata ... 44
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG... 45
6.1 Karakteristik Responden ... 45
6.1.1 Umur ... 45
6.1.2 Daerah Asal... 46
6.1.3 Tingkat Pendidikan ... 47
6.1.4 Pekerjaan ... 47
6.1.5 Tingkat Pendapatan... 48
6.1.6 Cara Kedatangan ... 49
6.1.7 Jumlah Rombongan... 50
6.1.8 Alat Transportasi... 51
6.1.9 Sumber Informasi Lokasi... 52
6.1.10 Lama Mengetahui Lokasi... 53
6.1.11 Tujuan Wisata ... 54
6.1.12 Lama Kunjungan... 54
6.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ... 55
6.2 Persepsi Pengunjung ... 57
6.2.1 Keamanan... 57
6.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ... 58
6.2.3 Pelayanan Pengelola... 59
6.2.4 Penyediaan Sarana Informasi... 60
6.2.5 Aksesibilitas ... 61
6.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ... 62
6.2.7 Kualitas Udara... 63
6.2.8 Tingkat Kebisingan ... 64
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN... 65
7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model ... 65
7.1.1 Fungsi Permintaan Wisata ... 65
7.1.2 Interpretasi Model ... 68
7.2 Surplus Konsumen ... 74
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN...
78
8.1 Kesimpulan ... 78
8.2 Saran... 79
IX. DAFTAR PUSTAKA... 81
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002
(dalam persen)... 3
2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data ... 38
3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008 -April 2009 ... 41
4. Hasil Analisis Regresi Poisson ... 66
5. Perhitungan Surplus Konsumen... 75
(11)
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN
TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(12)
RINGKASAN
RANI APRILIAN. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL.
Krisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara di dunia. Sebagai upaya dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, Indonesia memacu laju pertumbuhan ekonominya melalui berbagai sektor. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih lagi, kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan ekonominya. Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan tempat wisata yang menawarkan objek rekreasi yang tergolong pada sumberdaya yang bersifat barang publik dimana manfaat ekonomi yang diberikan bersifat intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar. Adapun salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method).
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA Situ Gunung, (2) mengkaji fungsi permintaan wisata dengan metode biaya perjalanan dan (3) menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pengelola TWA Situ Gunung dan studi literatur atau referensi lainnya yang berupa jurnal, artikel, serta penyusuran data melalui internet. Analisis menggunakan Metode Biaya Perjalanan dengan alat pengolah data Stata 9 dan pendugaan surplus konsumen untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi diolah dengan Microsoft Excel 2003.
Hasil pengolahan data menunjukkan terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan secara signifikan. Adapun variabel-variabel tersebut yaitu :biaya perjalanan, tingkat pendapatan, lama mengetahui TWA Situ Gunung, umur, jenis kelamin pengunjung, waktu tempuh dan daya tarik wisata. Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan atau menurunkan jumlah kunjungan wisata.
Guna menentukan nilai manfaat ekonomi total dari TWA Situ Gunung, surplus konsumen diestimasi berdasarkan fungsi permintaan rekreasi yang telah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai surplus konsumen per kunjungan per individu sebesar Rp 46.847,00. Surplus konsumen merupakan proxy dari Willingness To Pay dari tempat rekreasi yang dikunjungi. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan Willingness To Pay
sehingga dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan periode Mei 2008-April 2009, saat penelitian berlangsung. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai manfaat ekonomi lokasi sebesar Rp 1.340.709.910.
(13)
ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN
TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN
METODE BIAYA PERJALANAN
RANI APRILIAN H44052011
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(14)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
“ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA
ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN”
BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG
DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Rani Aprilian H44052011
(15)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 8 April 1987. Penulis
merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Dayat Hidayat, BA dan
Aan Hasanah Spd. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kenari pada tahun
1993, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Dasar Negeri Cisaat
Gadis. Pada Tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Cisaat, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Umum Negeri 1 Sukabumi selama 1 semester yang kemudian
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Bogor dan masuk
dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan
sebagai staf divisi Study Research and Development Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) periode 2007/2008. Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Bendahara II dari Unit Kegiatan Mahasiswa
(16)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun
skripsi ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini berjudul Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman
Wisata Alam Situ Gunung dengan Metode Biaya Perjalanan. Penelitian ini
memberi gambaran mengenai karakteristik pengunjung dan penilaian mereka
terhadap Taman Wisata Alam Situ Gunung, mengkaji fungsi permintaan wisata
serta menduga nilai manfaat ekonomi dari tempat wisata tersebut melalui
pendugaan surplus konsumen dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dari skripsi ini baik dari segi isi maupun teknik penulisan
sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, dengan segala
keterbatasannya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, September 2009
(17)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala ridho dan Rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan
pengarahan kepada penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T sebagai dosen penguji utama.
4. Ibu Pini Wijayanti, SP Msi. sebagai dosen penguji wakil departemen.
5. Pengelola objek wisata Taman Wisata Alam Situ Gunung yang telah
memberikan informasi dalam skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
7. Ibunda, Ayahanda, kakak serta adik-adikku yang telah memberikan
curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
8. Sahabat-sahabatku, Ani, Meita, Danti, Asri, Gita, Gian, Ade, Hans, Rendy,
Pram, Andita, Tri F, Gusty, Mutiara, Buja, Sahata serta teman-teman
seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 42
untuk kebersamaannya selama ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas
(18)
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN... i
RIWAYAT HIDUP... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Pariwisata ... 9
2.2. Rekreasi... 10
2.3. Bentuk-Bentuk Pariwisata... 11
2.4. Taman Wisata Alam... 13
2.5. Barang Publik... 14
2.6. Penilaian Manfaat Ekonomi... 15
2.7. Permintaan Wisata ... 16
2.8.Willingness To Pay... 20
2.9. Regresi Poisson ... 21
2.10. Pendugaan Surplus Konsumen... 22
2.11. Penelitian Terdahulu ... 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN... 26
3.1. Objek pariwisata merupakan barang publik... 26
3.2. Permintaan Wisata ... 26
3.3. Metode Biaya perjalanan... 28
3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen... 29
3.5. Kerangka Operasional... 29
IV. METODE PENELITIAN... 34
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
4.2 Metode Pengambilan Contoh... 34
4.3 Pengolahan Data... 35
4.4 Pendugaan Surplus Konsumen... 37
(19)
V. GAMBARAN UMUM... 39
5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis... 39
5.2 Latar Belakang Taman Wisata Alam Situ Gunung... 41
5.3 Sejarah Taman Wisata Alam Situ Gunung ... 42
5.4 Potensi Biotik Kawasan ... 43
5.5 Obyek Wisata ... 44
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG... 45
6.1 Karakteristik Responden ... 45
6.1.1 Umur ... 45
6.1.2 Daerah Asal... 46
6.1.3 Tingkat Pendidikan ... 47
6.1.4 Pekerjaan ... 47
6.1.5 Tingkat Pendapatan... 48
6.1.6 Cara Kedatangan ... 49
6.1.7 Jumlah Rombongan... 50
6.1.8 Alat Transportasi... 51
6.1.9 Sumber Informasi Lokasi... 52
6.1.10 Lama Mengetahui Lokasi... 53
6.1.11 Tujuan Wisata ... 54
6.1.12 Lama Kunjungan... 54
6.1.13 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh ... 55
6.2 Persepsi Pengunjung ... 57
6.2.1 Keamanan... 57
6.2.2 Penyediaan Fasilitas Rekreasi ... 58
6.2.3 Pelayanan Pengelola... 59
6.2.4 Penyediaan Sarana Informasi... 60
6.2.5 Aksesibilitas ... 61
6.2.6 Kebersihan Tempat Wisata ... 62
6.2.7 Kualitas Udara... 63
6.2.8 Tingkat Kebisingan ... 64
VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DAN SURPLUS KONSUMEN... 65
7.1 Fungsi Permintaan Wisata dan Interpretasi Model ... 65
7.1.1 Fungsi Permintaan Wisata ... 65
7.1.2 Interpretasi Model ... 68
7.2 Surplus Konsumen ... 74
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN...
78
8.1 Kesimpulan ... 78
8.2 Saran... 79
IX. DAFTAR PUSTAKA... 81
(20)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002
(dalam persen)... 3
2. Keterkaitan antara Tujuan, Jenis Data, Metode Pengambilan Sampel dan Metode Analisis Data ... 38
3. Jumlah Kunjungan di TWA Situ Gunung Periode Mei 2008 -April 2009 ... 41
4. Hasil Analisis Regresi Poisson ... 66
5. Perhitungan Surplus Konsumen... 75
(21)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007... 2
2. Klasifikasi valuasi non-market... 16
3. Kurva Permintaan Wisata ... 17
4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata ... 20
5. Total Surplus Konsumen... 23
6. Surplus Konsumen ... 29
7. Alur Kerangka Pemikiran ... 33
8. Sebaran Umur Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 45
9. Sebaran Derah Asal Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 46
10. Sebaran Pendidikan Akhir Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 47
11. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 48
12. Sebaran Pendapatan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 49
13. Sebaran Cara Kedatangan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 50
14. Sebaran Jumlah Rombongan Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009... 51
15. Sebaran Alat Transportasi yang digunakan Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 52
16. Sebaran Sumber Informasi Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 53
17. Sebaran Lama Mengetahui Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 53
18. Sebaran Tujuan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 54
19. Sebaran Lama Kunjungan Wisata Responden Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 55
20. Sebaran Jarak Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA Situ Gunung Tahun 2009 ... 56
(22)
21. Sebaran Waktu Tempuh Menuju Lokasi Pengunjung TWA
Situ Gunung Tahun 2009 ... 57 22. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Keamanan Tahun 2009 ... 58 23. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Fasilitas Wisata Tahun 2009 ... 58 24. Fasilitas Wisata di TWA Situ Gunung... 59 25. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Pelayanan Pengelola Tahun 2009 ... 60 26. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Penyediaan Informasi Tahun 2009... 61 27. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Aksesibilitas Tahun 2009... 62 28. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Kebersihan Tahun 2009 ... 63 29. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
Mengenai Kualitas Udara Tahun 2009 ... 64 30. Penilaian Responden Pengunjung TWA Situ Gunung
(23)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel ... 85 2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian Variabel ... 87
(24)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangKrisis ekonomi global saat ini mulai mengancam beberapa negara. Kondisi
tersebut mengharuskan setiap negara tidak terkecuali Indonesia untuk dapat
memacu laju pertumbuhan ekonominya sebagai upaya antisipasi terhadap krisis
ekonomi tersebut. Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi, Indonesia
diharapkan mampu mendorong perkembangan di berbagai sektor.
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup berperan besar dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor tersebut mampu
meningkatkan cadangan devisa negara, meningkatkan perekonomian masyarakat
di sekitar tempat wisata serta memperluas lapangan kerja. Apabila dikembangkan
dengan baik diharapkan sektor pariwisata dapat membantu sebagai katalisator
pembangunan di Indonesia (Yoeti, 2008).
Pada tahun 1960an sampai dengan 1970an pariwisata mulai berperan
sebagai salah satu sumber utama penerimaan devisa. Pada tahun 1980an sampai
dengan 1990an pariwisata mulai menjadi perhatian karena dampak positifnya
dalam perekonomian baik langsung maupun tidak langsung terhadap penerimaan
pemerintah, pendapatan nasional dan tenaga kerja. Secara umum pariwisata
merupakan sektor yang tumbuh secara pesat di negara berkembang yang
mempunyai dampak multidimensi (Lumaksono, 2009). Menurut Yoeti (2008),
dengan melihat pertumbuhan kunjungan wisatawan dan perolehan devisa, cukup
meyakinkan bahwa sektor pariwisata tetap memberikan yang terbaik bagi
perekonomian di indonesia. Berikut merupakan data perolehan devisa dari sektor
(25)
4037.32
4797.9
4521.9
4447.98
5345.98
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Juta US $
2003 2004 2005 2006 2007
Tahun
Devisa
Gambar 1. Penerimaan Devisa Pariwisata, Tahun 2003-2007
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2009) mengenai perkembangan
pariwisata dan transportasi nasional, secara keseluruhan jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2008 mencapai 6,23 juta orang
atau meningkat 13,24 persen jika dibanding jumlah wisatawan mancanegara tahun
2007 sebesar 5,51 juta. Selanjutnya, penerimaan devisa tahun 2008 mencapai
US$ 7,5 milyar atau naik 41,5 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya
yang mencapai US$ 5,3 milyar. Kenaikan ini disebabkan karena
meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara dan pengeluaran per kunjungan,
sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri jumlahnya lebih besar lagi dan
kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional (Santosa,
2002).
Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif
oleh pemerintah dengan harapan dapat menggantikan sektor migas yang selama
(26)
memang cukup menjanjikan untuk turut membantu menaikkan cadangan devisa
dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Situasi nasional yang kini
mulai memperlihatkan perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang
politik dan keamanan akan memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan
asing untuk masuk ke wilayah Indonesia. Berikut merupakan tabel mengenai
besarnya pendapatan Indonesia dari berbagai sektor.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Negara Indonesia Tahun 1999-2002 (dalam persen)
Sumber devisa 1999 2000 2001 2002
Migas Pariwisata Tekstil Garmen Kayu Lapis 40,8 19,6 14,3 15,9 9,4 47,2 18,9 11,9 15,4 6,5 45,8 19,6 11,6 16,2 6,8 46,8 19,5 11,9 15,0 6,8 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi
ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Beragam
sumberdaya alam yang ada dapat menjadi modal dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat terhadap
wisata saat ini, pemerintah mulai menyadari bahwa sektor pariwisata dapat
memberikan keuntungan jangka panjang jika pengelolaan yang dilakukan
menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan berwawasan lingkungan. Sebagai
upaya pencapaian kondisi tersebut, diperlukan suatu kerja sama dan koordinasi
yang baik antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang berperan
(27)
wilayahnya. Terlebih lagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah yang
memberikan kewenangan pada pemerintah di daerah untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan warganya dengan menggali dan mengelola sumberdaya alam yang
dimilikinya.
Pengelolaan sumberdaya yang optimal ditunjukkan melalui kesesuaian
tarif masuk dengan nilai manfaat yang sebenarnya dirasakan wisatawan termasuk
biaya pemeliharaan tempat wisata. Selain itu, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pengelolaan dan pengembangan potensi lain yang dimiliki
suatu tempat wisata, maka penting untuk mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi nilai manfaat ekonomi dari suatu objek wisata, serta karakteristik
dari pengunjung dan respon yang timbul jika terdapat perubahan tarif masuk dari
tempat wisata tersebut.
Kabupaten Sukabumi berpotensi cukup besar untuk dikelola menjadi
daerah tujuan wisata karena terdapat beragam sumberdaya alam menarik di
dalamnya. Posisi wilayahnya yang berada di dataran tinggi memberikan nilai
tambah untuk menghasilkan suasana sejuk yang alami. Selain itu, akses
transportasi terhadap tempat wisata relatif mudah dijangkau. Salah satu obyek
wisata di daerah Sukabumi yang potensial menarik perhatian wisatawan domestik
adalah Taman Wisata Alam Situ Gunung.
Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan suatu tempat wisata
yang menawarkan objek rekreasi dan daya tarik yang beragam seperti panorama
alam yang indah, danau atau situ, air terjun, flora dan fauna serta sejuknya udara
pegunungan. Objek rekreasi yang terdapat di TWA Situ Gunung tersebut
(28)
dilakukan seseorang terhadapnya, tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
terhadap barang tersebut. Selain itu, barang publik memberikan manfaat ekonomi
yang intangible, yaitu manfaat ekonomi yang tidak dapat dihitung secara riil karena belum memiliki nilai pasar seperti rasa nyaman, pemandangan yang indah,
udara yang sejuk dan lain sejenisnya.
1.2. Perumusan Masalah
Pariwisata merupakan sektor yang berperan besar terhadap penerimaan
negara. Hal tesebut mendorong pemerintah untuk mengembangkan berbagai
potensi wisata yang ada, dimana mencakup beragam sumberdaya alam di
Indonesia. Pengembangan sektor wisata melalui peningkatan kualitas pengelolaan
serta pendugaan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang
dijadikan objek rekreasi menjadi penting untuk dilakukan.
Indonesia memiliki sumber daya alam beranekaragam serta kehidupan
sosial budaya yang jarang ditemui di negara lain. Potensi ini menjadikan daya
tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga prospek perkembangan pariwisata di
Indonesia khususnya untuk wisatawan mancanegara akan berkembang secara
positif sejalan dengan upaya pemerintah untuk membenahi unsur-unsur yang
berkaitan dengan pariwisata. Guna mendukung hal tersebut, diperlukan peran
serta dari berbagai lapisan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
masyarakat sekitar tempat wisata untuk menjaga, mengembangkan dan
melestarikan potensi wisata yang dimilikinya.
Ratusan potensi ekowisata di Jawa Barat hingga kini belum tergarap
optimal menjadi obyek kunjungan yang bernilai ekonomi tinggi. Padahal, prospek
(29)
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Jika potensi obyek wisata
berbasis alam dikelola optimal, maka akan berpeluang meningkatkan pendapatan
daerah1.
Pada umumnya potensi wisata yang dimiliki di berbagai daerah merupakan
wisata berbasis alam dan lingkungan. Seperti halnya TWA Situ Gunung yang
terdapat di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Tempat wisata
tersebut menawarkan beragam sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan
suatu objek wisata.
Sebagian besar jasa lingkungan yang ditawarkan tidak memiliki nilai pasar
sehingga penentuan tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai
ekonomi yang sebenarnya dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu pendekatan untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa
lingkungan yang ditawarkan dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya
akan dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Pendekatan terhadap harga ini kemudian digunakan untuk mengestimasi
besarnya permintaan, surplus konsumen maupun nilai manfaat ekonomi. Adapun
salah satu pendekatan untuk menilai barang-barang non pasar ini adalah Metode
Biaya Perjalanan (Travel Cost Method). Permintaan rekreasi berupa frekwensi kunjungan yang dilakukan wisatawan dalam periode tertentu terhadap TWA Situ
Gunung tersebut diduga dapat dipengaruhi oleh pendapatan, tingkat pendidikan,
umur, jenis kelamin dan berbagai variabel sosial ekonomi lainnya.
Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh penting untuk mengestimasi
manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Nilai manfaat tersebut
1
Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap Optimal
.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
(30)
meliputi surplus konsumen yang berguna untuk pengambilan keputusan dan bahan
pertimbangan pengembangan tempat wisata sehingga pengelolaan yang dilakukan
mendukung tercapainya alokasi sumberdaya optimum.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka muncul beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakteristik dari pengunjung Taman Wisata Alam Situ
Gunung?
2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi permintaan
wisata terhadap TWA Situ Gunung?
3. Berapakah nilai manfaat ekonomi TWA Situ Gunung yang bersifat barang
publik?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TWA Situ
Gunung.
2. Mengkaji fungsi permintaan wisata TWA Situ Gunung dengan
menggunakan metode biaya perjalanan.
3. Menduga nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan TWA Situ Gunung
berdasarkan nilai surplus konsumen yang diperoleh pengunjung
berdasarkan metode biaya perjalanan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain
(31)
1. Menambah wawasan terhadap aplikasi metode kuantitatif dalam
menentukan nilai manfaat ekonomi dari suatu sumberdaya alam yang
belum memiliki nilai pasar.
2. Bahan pertimbangan bagi pengelola dalam menentukan upaya
pengembangan lebih lanjut potensi TWA Situ Gunung.
3. Hasil dari penilaian manfaat ekonomi diharapkan dapat menjadi dasar
dalam menentukan alokasi sumberdaya yang optimum.
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak
yang terkait dalam pengembangan sumberdaya dan lingkungan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini membahas mengenai pengukuran nilai manfaat ekonomi dari
TWA Situ Gunung berdasarkan metode biaya perjalanan (Travel Cost Method).
2. Penelitian ini membahas satu lokasi wisata dengan karakteristik
sumberdaya alam yang dimilikinya.
3. Permintaan manfaat rekreasi merupakan jumlah kunjungan rekreasi selama
periode tertentu.
4. Pengunjung pada tahun berjalan dianggap mempunyai distribusi yang
sama dengan pengunjung pada saat penelitian.
5. TWA Situ Gunung dianggap menjadi satu-satunya tujuan wisata
(32)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PariwisataDefinisi pariwisata berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990
tentang kepariwisataan Bab I pasal 1 yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan dengan sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di dalamnya.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Wahab (1992) yaitu
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Menurut Sabda
(2003) faktor penting yang terdapat dalam konsep pariwisata adalah : (1)
dilakukan hanya untuk sementara waktu, (2) dilakukan dari satu tempat ketempat
lain, (3) walaupun ada bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan
atau rekreasi dan (4) orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari
nafkah atau mendapatkan penghasilan dan semata-mata sebagai konsumen di
(33)
Pengertian objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang Nomor 9
Tahun 1990 yaitu yang menjadi sasaran perjalanan wisata meliputi :
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora
dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba
dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata
petualangan, taman rekreasi, dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras,
tempat-tempat ibadah, tempat-tempat-tempat-tempat ziarah dan lain-lain.
2.2. Rekreasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), rekreasi adalah
penyegaran kembali badan dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan
menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Adapun ciri-ciri dari rekreasi antara lain
sebagai berikut (Pangemanan, 1993):
1. aktivitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua
kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai aktivitas rekreasi asalkan
dilakukan dalam waktu senggang dan memenuhi tujuan dan maksud
positif dari rekreasi.
2. rekreasi bersifat luwes, ini berarti bahwa rekreasi tidak dibatasi oleh
tempat, dapat berupa rekreasi di dalam ruangan (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), dimana saja sesuai dengan macam dan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan.
(34)
3. rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun kelompok orang.
4. rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, bangsa, jenis kelamin,
pangkat dan kedudukan sosial.
2.3. Bentuk-bentuk Pariwisata
Menurut Wahab (1992), kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk
tunggal. Istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk
perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari kepergian
tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk memperoleh berbagai tujuan dan
memuaskan bermacam-macam keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu
gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain sebagai berikut :
1. menurut jumlah orang yang bepergian
a. pariwisata individu, yakni hanya seorang atau satu keluarga yang
bepergian.
b. pariwisata rombongan, yakni sekelompok orang yang biasanya terikat
hubungan-hubungan tertentu kemudian melakukan perjalanan
bersama-sama misalnya klub, sekolah atau suatu touryang diorganisir oleh suatu usaha perjalanan, dan biasanya rombongan ini didampingi
oleh seorang pemimpin perjalanan. Jumlah peserta rombongan itu
boleh bervariasi tetapi biasanya lebih dari 15 atau 20 orang peserta.
2. menurut maksud bepergian
a. pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, maksud kepergian untuk
memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan
memberikan kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan
(35)
b. pariwisata budaya, bermaksud untuk memperkaya informasi dan
pengetahuan tentang negara lain dan untuk memuaskan kebutuhan
hiburan. Dalam hal ini termasuk pula kunjungan ke pameran-pameran
(fair), perayaan-perayaan adat, tempat-tempat cagar alam, cagar purbakala, dan lain-lain.
c. pariwisata pulih sehat, yang memuaskan kebutuhan perawatan medis
di daerah atau tempat lain dengan fasilitas penyembuhan, misalnya
sumber air panas, tempat-tempat kubangan lumpur yang berkhasiat,
perawatan dengan air mineral yang berkhasiat, penyembuhan secara
khusus, perawatan dengan pasir hangat, dan lain-lain. Pariwisata ini
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu seperti misalnya
kebersihan, ketenangan dan taraf hidup yang pantas.
d. pariwisata sport, yang akan memuaskan hobi orang-orang seperti mengail ikan, berburu binatang liar, menyelam ke dasar laut, bermain
ski dan mendaki gunung.
e. pariwisata temu wicara, pariwisata konvensi mencakup
pertemuan-pertemuan ilmiah, seprofesi dan bahkan politik. Pariwisata jenis ini
memerlukan tersedianya fasilitas pertemuan di negara tujuan dan
faktor-faktor lain yang penting seperti letak strategis, tersedianya
transportasi yang mudah, iklim yang cerah dan sebagainya. Seseorang
yang berperan serta dalam konferensi akan meminta fasilitas wisata
yang lain misalnya tour dalam dan luar kota, tempat membeli cenderamata dan lain-lain.
(36)
3. menurut alat transportasi
a. pariwisata darat (bis mobil pribadi, kereta api)
b. pariwisata tirta (laut, sungai, danau)
c. pariwisata dirgantara
4. menurut letak geografis
a. pariwisata domestik nasional, menunjukkan arus wisata yang
dilakukan oleh warga dan penduduk asing yang bertugas di sana, yang
terbatas dalam suatu negara tertentu.
b. pariwisata regional, yakni kepergian wisatawan terbatas pada beberapa
negara yang membentuk suatu kawasan pariwisata, misalnya
perjalanan wisatawan di negara-negara Eropa Barat
c. pariwisata internasional, yang meliputi gerak wisatawan dari satu
negara ke negara lain di dunia.
5. menurut umur, dibedakan menjadi pariwisata remaja dan pariwisata
dewasa.
6. menurut jenis kelamin, pariwisata dibedakan menjadi pariwisata pria dan
pariwisata wanita.
7. menurut tingkat harga dan tingkat sosial, jenis pariwisata terdiri dari
pariwisata taraf lux, pariwisata taraf menengah dan pariwisata taraf jelata.
2.4. Taman Wisata Alam
Pengertian Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam
dan Kawasan Pelestarian Alam, dalam pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud
(37)
utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
Pengertian Kawasan Alam itu sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu,
baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pada pasal 33 dalam PP RI Nomor 68 Tahun 1998 tersebut dijelaskan pula
bahwa suatu kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Taman Wisata Alam, apabila
telah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta formasi geologi yang menarik,
2. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi
dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam,
3. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
pariwisata alam.
2.5. Barang Publik
Suatu barang publik merupakan barang-barang yang tidak dapat dibatasi
siapa penggunanya dan sebisa mungkin seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mendapatkannya. Barang publik (public goods) adalah barang yang apabila dikonsumsi oleh individu tertentu tidak akan mengurangi konsumsi orang lain
akan barang tersebut. Selanjutnya, barang publik sempurna (pure public goods) didefinisikan sebagai barang yang harus disediakan dalam jumlah dan kualitas
yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat (Aristo, 2005).
Selanjutnya Aristo (2005) menyatakan bahwa barang publik memiliki dua
(38)
Non-rivalry.
Non-rivalry dalam penggunaan barang publik berarti bahwa penggunaan satu konsumen terhadap suatu barang tidak akan mengurangi kesempatan
konsumen lain untuk juga mengkonsumsi barang tersebut. Setiap orang dapat
mengambil manfaat dari barang tersebut tanpa mempengaruhi manfaat yang
diperoleh orang lain. Non-excludable.
Sifat non-excludablebarang publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat menghalangi siapapun untuk memperoleh
manfaat dari barang tersebut, dengan kata lain setiap orang memiliki akses ke
barang tersebut. Dalam konteks pasar, maka baik mereka yang membayar maupun
tidak membayar dapat menikmati barang tersebut. Sebuah barang publik disebut
sebagai pure public goodsatau barang publik murni apabila memiliki dua sifat ini secara absolut.
2.6. Penilaian Ekonomi
Penilaian ekonomi atau economic valuation adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
sumberdaya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi
barang dan jasa tersebut. Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang
tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga
implisit dimana Willingness to Pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini sering disebut teknik yang mengandalkan revealed
(39)
Travel Cost Method, Hedonic Pricing dan teknik Random Utility Model. Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survei dimana
keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung
diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang populer
dalam kelompok ini adalah yang disebut dengan Contingent Valuation Method
(CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2006). Secara skematis, teknik valuasi non-markettersebut dapat dilihat pada tampilan berikut :
Gambar 2. Klasifikasi Valuasi Non-market
Sumber : Fauzi, 2006
2.7. Permintaan Wisata
Definisi permintaan wisata berdasarkan beberapa ahli antara lain2:
1. Ekonomi, dimana permintaan pariwisata menggunakan pendekatan
elastisitas permintaan atau pendapatan dalam menggambarkan hubungan
antara permintaan dengan tingkat harap ataukah permintaan dengan
variabel lainnya. Hal ini dapat diterangkan dalam kurva sebagai berikut :
2
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm
. Diakses: 8 February, 2009.
Contingent Valuation
Contingent Choice
Random Utility Model
Langsung (Expressed WTP)
Travel Cost Method,
Hedonic Pricing
Random Utility Model
VALUASI NON-MARKET
Tidak Langsung (RevealedWTP)
(40)
a.Faktor Harga terhadap Permintaan b.Faktor Nonharga terhadap Permintaan
Gambar 3. Kurva Permintaan Wisata
Sumber: Ariyanto, 2004
Gambar tersebut menunjukkan perubahan yang terjadi pada kurva
permintaan. Pada panel a, perubahan sepanjang kurva permintaan
berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau
makin menurun. Sedangkan pada panel b, kurva permintaan akan
bergerak ke kanan atau ke kiri apabila terdapat perubahan–perubahan
terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- faktor bukan harga.
Seperti jika harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai
faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu
akan menyebabkan kurva permintaan berpindah ke kanan atau ke kiri.
2. Geografi, menafsirkan permintaan dengan lebih luas dari sekedar pengaruh
harga, sebagai penentu permintaan karena termasuk yang telah melakukan
perjalanan maupun yang belum mampu melakukan wisata karena suatu
alasan tertentu.
3. Psikologi, lebih dalam melihat permintaan pariwisata, termasuk interaksi
antara kepribadian calon wisatawan, lingkungan dan dorongan dari dalam
jiwanya untuk melakukan kepariwisataan.
P1 P2
X1
P1
X X
P1 P2
X2 X1
X2
(41)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata adalah3:
1. Harga, dimana dengan harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata
maka akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang
akan bepergian atau calon wisatawan, sehingga permintaan wisatapun
akan berkurang, begitupula sebaliknya.
2. Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka kecenderungan
untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin
tinggi dan bisa jadi mereka membuat sebuah usaha pada daerah tujuan
wisata jika dianggap menguntungkan.
3. Sosial Budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau
dengan kata lain berbeda dari apa yang ada di negara calon wisatawan
berasal, maka peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini
akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian informasi sebagai
khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4. Sosial Politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan daerah
tujuan wisata dalam situasi aman dan tentram, tetapi apabila hal tersebut
berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan terasa dampak
atau pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
5. Intensitas Keluarga, banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta
dalam permintaan wisata. Hal ini dapat diratifikasi bahwa jumlah keluarga
yang banyak maka keinginan untuk berlibur tersebut akan semakin besar,
hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
3
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. http://www.geocities.com/ariyanto_eks79/home.htm
(42)
6. Harga barang Substitusi, disamping kelima aspek tersebut, harga barang
pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang
pengganti dimisalkan sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang
dijadikan cadangan dalam berwisata, seperti: Bali sebagai tujuan wisata
utama di Indonesia, akibat suatu hal Bali tidak dapat memberikan
kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat daerah tujuan wisata sehingga
secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah
terdekat seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Singapura).
7. Harga barang Komplementer, merupakan sebuah barang yang saling
membantu dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang
saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan
obyek wisata lainnya.
Morley (1990) dalam Ross (1998) mengatakan permintaan akan pariwisata
tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan
watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang
untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan
pilihan tempat tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat
dan ciri-ciri tempat tujuan perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya
kegiatan memasarkan tempat tujuan. Kebijaksanaan dan tindakan pemerintah
dapat mendorong atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung
dan sengaja, dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi
(43)
Menurut Wahab (2003), ada banyak faktor ekstern atau intern yang besar
pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk melakukan
kegiatan berwisata atau tidak. Adapun faktor-faktor tersebut ditunjukkan dalam
gambar berikut ini :
Gambar 4. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Wisata
Sumber : Wahab, 2003
2.8. Willingness To Pay
Salah satu tolok ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi
bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian harga (price tag) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan. Maka dari itu,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedatangan wisatawan (permintaan)
IRASIONAL
(dorongan bawah sadar)
- sumber-sumber wisata (asset wisata)-(alam, panorama, warisan budaya, perayaan-perayaan sosial dan lain-lain)
- fasilitas wisata (pengorganisasian industri pariwisata di dalam negara tersebut, transportasi).
- fasilitas wisata (prosedur kunjungan, bea cukai dan lain-lain).
- kondisi lingkungan ( sikap masyarakat setempat terhadap orang asing, keramah tamahan dan sikap mudah bergaul).
- susunan kependudukan (umur, jenis kelamin, dan urbanisasi)
- situasi politik (kestabilannya, tingkat kebebasan warganya).
- keadaan geografis (jarak dari negara pasaran sumber wisatawan, keindahan panorama dan lain-lain).
RASIONAL
(dorongan yang disadari)
- lingkup pergaulan dan ikatan-ikatan keluarga
- tingkah laku prestise - tiruan dan mode
- pengaguman pribadi (dalam pola tingkah laku)
- perasaan-perasaan keagamaan - hubungan masyarakat dan promosi
pariwisata
- iklan dan penyebaran informasi pariwisata
- kondisi ekonomi (faktor pendapatan dan biaya)
(44)
digunakan apa yang disebut dengan nilai ekonomi sumberdaya alam (Fauzi,
2006).
Selanjutnya Fauzi (2006) juga menyatakan secara umum, nilai ekonomi
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Secara
formal, konsep ini disebut keinginan membayar (Willingness To Pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan,
dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang
dan jasa.
Haab dan McConnell (2002), menyatakan bahwa pengukuran WTP yang
dapat diterima atau reasonableharus memenuhi syarat : 1. WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif.
2. Batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan.
3. Adanya konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan perhitungannya.
Pada pengukuran nilai sumber daya alam, nilai tersebut tidak selalu harus
diperdagangkan untuk mengukur nilai moneternya. Adapun yang diperlukan disini
adalah pengukuran seberapa besar kemampuan membayar (purchasing power) masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa dari sumber daya (Fauzi, 2006).
2.9. Regresi Poisson
Pada umumnya analisis regresi menggunakan variabel respon yang
merupakan variabel random kontinu dan berdistribusi normal, tetapi bisa saja
(45)
Jika terdapat variabel respon yang berupa variabel numerik diskrit dan
berdistribusi Poisson, maka analisis regresi linier kurang tepat digunakan, dan
regresi yang tepat digunakan adalah regresi Poisson (Sundayani, 2004). Menurut
Hogg and Craig (1970) dalam Sundayani (2004), jika suatu variabel random
mempunyai tipe diskrit dan menyatakan banyaknya kejadian dalam interval
tertentu (waktu, area, dan lain-lain), maka variabel random tersebut berdistribusi
Poisson.
Menurut Wijayanti (2003), estimator model permintaan rekreasi sering
dibuat dalam bentuk fungsi kontinu, yang diduga dengan OLS (Ordinary Least Square). Namun sifat permintaan rekreasi mengandung masalah-masalah yang rumit, antara lain :
1. Trip (jumlah kunjungan wisata) adalah kuantitas non negatif
2. Metode pengumpulan data adalah survey di lokasi sehingga pengunjung
melakukan kunjungan nol tidak akan diperoleh
3. Trip tidak tersedia dalam kuantitas kontinyu
Menurut Smith dan Desvausges (1985) dalam Rahayu (1999), penggunaan
metode OLS dalam mengestimasi permintaan rekreasi akan menghasilkan
koefisien regresi yang bersifat bias, karena fungsi permintaan rekreasi merupakan
data cacah (count data) dari jumlah kunjungan dalam semusim atau setahun, sehingga dependent variable merupakan bilangan bulat positif..
2.10. Pendugaan Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah ukuran nilai berlebih yang diterima oleh
konsumen dari suatu barang melebihi dari yang mereka bayarkan (Nicholson,
(46)
partisipasinya di suatu pasar. Surplus konsumen dapat dihitung dengan mencari
luas daerah di bawah kurva permintaan dan di atas harga.
Gambar 5 menunjukkan supplybarang X terhadap individu sebanyak 0x1. Nilai marjinal X adalah 0P1. Guna membeli 0x1 barang X, pengeluaran uang
adalah harga dikalikan dengan kuantitas yang dikonsumsi, atau daerah segiempat
0P1AX1. Kemauan membayar total jelas melebihi jumlah ini, karena jumlah
tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marjinal X dari 0 hingga X1, yaitu
daerah 0DAX1. Daerah ini merupakan penggambaran tingkat faedah total dan
merupakan manfaat kotor atau total dalam perhitungan manfaat-biaya. Daerah
yang diarsir DAP1dikenal dengan nama surplus konsumen dan merupakan ukuran
kemauan membayar di atas pengeluaran kas untuk konsumsi (Hufschmidt et al.,
1987).
Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Selain itu,
surplus konsumen haruslah selalu ditambahkan pada nilai pasar barang-barang
dan jasa-jasa yang dikonsumsikan agar diperoleh estimasi yang sebenarnya
manfaat ekonomi total (Hufschmidt et al., 1987).
Gambar 5. Total Surplus Konsumen adalah bidang di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga
Sumber: Hufschmidt, 1987
2.11. Penelitian Terdahulu
Surplus Konsumen
Garis Harga D
0 P1
X1
Banyaknya satuan barang X Harga barang
X tiap satuan
(47)
Pangemanan (1993) dalam penelitiannya di Taman Nasional Bunaken
Sulawesi Utara, menduga fungsi permintaan dan manfaat dengan menggunakan
metode biaya perjalanan. Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan Zonal Travel Cost Method. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai biaya perjalanan dapat digunakan sebagai nilai pengganti bagi harga pasar barang publik (obyek
wisata Bunaken) melalui mekanisme pasar. Hal ini dapat dibuktikan dari tanda
koefisien regresi biaya perjalanan yang negatif dan nyata pada taraf kesalahan 1
persen.
Sabda (2003) menduga fungsi permintaan dan manfaat rekreasi di Obyek
Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Jawa timur. Penelitian tersebut mengkaji
pengaruh dua faktor ekonomi yaitu biaya perjalanan dan pendapatan perkapita
terhadap laju kunjungan wisatawan. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
kedua variabel tersebut mempengaruhi laju kunjungan wisatawan ke Obyek
Wisata Pasir Putih secara nyata, biaya perjalanan merupakan faktor pembatas
partisipasi seseorang dalam menikmati Obyek Wisata Pasir Putih.
Supriyatna (2004) menduga permintaan dan surplus konsumen pengunjung
Taman Wisata Danau Lido dengan menggunakan metode biaya perjalanan dan
metode kontingensi. Pendugaan fungsi permintaan dilakukan melalui Individual Travel Cost Method, pengolahan data dianalisis melalui regresi Linear Berganda. Peneliti mencoba membandingkan nilai WTP yang diperoleh berdasarkan metode
kontingensi dan metode biaya perjalanan. Berdasarkan hasil analisis diketahui
rata-rata kesediaan membayar pengunjung dengan metode kontingensi adalah
sebesar Rp 5.288,00 sedangkan dengan metode biaya perjalanan diperoleh Rp
(48)
biaya perjalanan Rp 1.473.094.600,00 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai
manfaat rekreasi tahunan dengan pendekatan kontingensi Rp 202.530.400.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan biaya
perjalanan lebih tepat digunakan untuk kasus Taman Wisata Danau Lido jika
dibandingkan dengan pendekatan kontingensi.
Suharti (2007) dalam penelitiannya di di Kebun Wisata Pasir Mukti
menduga permintaan dan surplus konsumen dengan menggunakan metode biaya
perjalanan. Nilai manfaat ekonomi tersebut dapat diketahui dengan menggunakan
Individual Travel Cost Method. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar biaya masuk / karcis responden berada di bawah Rp 34.000,00. Adapun
variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 15 % antara lain biaya perjalanan,
pendapatan individu per tahun, jumlah rombongan, jarak tempuh, lama
mengetahui Kebun Wisata Pasir Mukti, jumlah rekreasi selama satu tahun, daya
tarik, tempat wisata alternatif, jenis kelamin dan status hari.
Penelitian-penelitian terdahulu pada intinya membahas hal yang sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun penelitian yang dimaksud
adalah mengenai pengkajian fungsi permintaan wisata serta pendugaan nilai
manfaat ekonomi berdasarkan surplus konsumen. Hal yang yang membedakan
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada alat
analisis. Alat analisis yang digunakan penulis untuk menentukan fungsi
(49)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Objek Pariwisata Sebagai Barang Publik (Public Goods)Beragam potensi pariwisata yang ada di berbagai daerah di Indonesia
sangat erat kaitannya dengan sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam
yang alami pada umumnya termasuk kriteria barang publik. Barang publik atau
public goods merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh seseorang tidak akan mengurangi kesempatan orang lain untuk mengkonsumsi barang tersebut. Selain
itu, barang publik juga memiliki sifat non excludable yang berarti seseorang tidak dapat membatasi akses orang lain terhadap sumberdaya tersebut.
Manfaat ekonomi dari suatu barang publik sulit untuk diukur. Hal ini
dikarenakan belum adanya nilai pasar untuk sumberdaya tersebut, dengan kata
lain bersifat intangible. Maka dengan demikian diperlukan suatu pendekatan untuk mengukur seberapa besar nilai manfaat ekonomi yang dihasilkan dari suatu
sumberdaya alam.
3.2. Permintaan Wisata
Menurut Sinaga (1995), permintaan wisata terbagi ke dalam dua bagian,
yaitu : 1) permintaan potensial (potential demand), yaitu sejumlah orang yang memenuhi syarat minimal untuk melakukan perjalanan rekreasi karena
mempunyai uang, keadaan fisik masih kuat, hanya masih belum mempunyai
waktu senggang untuk bepergian sebagai wisatawan, 2) permintaan aktual (actual demand), yaitu sejumlah orang yang sedang melakukan perjalanan rekreasi ke suatu daerah tujuan tertentu.
Clawson dan Knetsch (1975), mengemukakan faktor-faktor yang
(50)
1. Faktor individu atau faktor yang berhubungan dengan konsumen potensial
a) jumlah individu yang berada di sekitar tempat wisata,
b) distribusi (penyebaran) geografis daerah konsumen potensial yang
berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan untuk mencapai areal
wisata,
c) karakteristik sosial ekonomi seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
jumlah anggota keluarga, dan tingkat pendidikan,
d) pendapatan perkapita rata-rata, distribusi pendapatan masing-masing
individu untuk keperluannya,
e) rata-rata waktu luang dan alokasinya,
f) pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan yang berhubungan
dengan rekreasi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat wisata, adalah:
a) keindahan dan daya tarik,
b) intensitas dan sifat pengelolaannya,
c) alternatif pilihan tempat wisata lain,
d) kapasitas akomodasi untuk keperluan potensial,
e) karakteristik iklim dan cuaca tempat wisata.
3. Hubungan konsumen potensial dengan tempat wisata, adalah:
a) lama waktu perjalanan yang diperlukan dari tempat tinggal ke tempat
wisata,
b) kesenangan (kenyamanan) dalam perjalanan,
(51)
d) meningkatnya permintaan wisata sebagai akibat promosi yang
menarik.
3.3. Metode Biaya Perjalanan
Travel Cost Method atau metode biaya perjalanan digunakan untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya melalui pendekatan
(proxy). Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Metode ini terdiri dari dua pendekatan yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data yang berhubungan dengan zona asal pengunjung (pengelompokan zona asal). Sedangkan ITCM merupakan estimasi Travel Cost Method berdasarkan data survei dari setiap individu (pengunjung), bukan berdasarkan pengelompokan zona.
Pada penelitian ini digunakan pendekatan Individual Travel Cost Method
karena lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik
statistika sehingga hasil yang diperoleh relatif lebih akurat daripada metode
zonasi. Metode biaya perjalanan ini didasarkan pada model yang mengasumsikan
bahwa orang akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat rekreasi
tersebut sampai pada titik dimana nilai marjinal utilitas dari perjalanan terakhir
bernilai sama dengan nilai marjinal biaya baik dalam biaya uang dan biaya waktu
yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi tersebut. Secara umum, jumlah biaya
perjalanan ini adalah biaya pulang pergi ditambah dengan nilai uang dari waktu
yang dihabiskan untuk perjalanan dari rekreasi tersebut. Kemudian fungsi
(52)
perjalanan itu sebagai representasi dari nilai atau harga dari lokasi kunjungan itu.
(Turner et al, 1994).
3.4. Nilai Manfaat Ekonomi atau Surplus Konsumen
Nilai surplus konsumen diartikan sebagai tambahan nilai yang diterima
individu untuk konsumsi sebuah barang melebihi dari yang dibayarkan
(Nicholson, 2002). Nilai yang bersedia dibayar oleh seseorang untuk memperoleh
haknya mengkonsumsi suatu barang pada harga yang sedang berlaku.
Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 6 berikut :
Gambar 6. Surplus Konsumen
Sumber: Nicholson, 2002
Pada harga P0konsumen ini meminta sebesar X0 seperti ditunjukkan oleh
kurva permintaan hx. Jika harga naik ke P1(mengurangi konsumsi X ke kuantitas
nol) konsumen ini akan membutuhkan tambahan pendapatn P1E0P0untuk menjaga
kesejahteraannya tetap sama. Daerah ini disebut surplus konsumen.
3.5. Kerangka Operasional
Pembangunan di Indonesia saat ini mulai berorientasi terhadap
pengembangan di sektor industri pariwisata. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata
dinilai mampu bertahan, tidak terpengaruh krisis keuangan yang terjadi di dalam
negeri serta memberikan efek berantai terhadap distribusi pendapatan penduduk di Harga
P0
E0
0
X0
Kuantitas X per periode P1
(53)
sekitar kawasan wisata. Terlebih lagi sektor pariwisata merupakan sektor yang nir
konflik.
Pada dasarnya potensi objek wisata yang terdapat di daerah-daerah erat
kaitannya dengan sumberdaya alam. Potensi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan
dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap
tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang
lestari.
TWA Situ Gunung yang berada di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten
Sukabumi, merupakan suatu kawasan wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut karena beragam potensi yang terdapat di dalamnya.
Saat ini, objek wisata tersebut selain menjadi kawasan pelestarian juga menjadi
sarana rekreasi. Panorama alam yang indah, danau, air terjun, flora dan fauna serta
sejuknya udara pegunungan menjadi daya tarik dan objek wisata dari tempat
wisata tersebut. Hal tersebut merupakan peluang besar bagi daerah setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui sektor pariwisata. Terlebih
lagi, saat ini motivasi kunjungan wisatawan mayoritas masih berorientasi pada
wisata sumber daya alam.
Peluang besar terhadap pasar yang dimiliki, hingga saat ini dirasa belum
dimanfaatkan secara optimal. Diperlukan pemanfaatan potensi sumber daya alam
secara bijaksana, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dari sisi sumberdaya
alam. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga diperlukan dari sisi kewilayahan.
Selain itu, dari sisi sumber daya manusia diperlukan peningkatan kualitas yang
(54)
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dicirikan oleh tingginya
aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan yang ditawarkan.
Berdasarkan uraian dan kondisi indikator di atas, menggambarkan bahwa
ketersediaan potensi sumber daya dan peluang yang besar belum menjamin
kesejahteraan masyarakatnya. Ini berarti, dalam pengelolaan pariwisata diperlukan
upaya-upaya keras yang bersifat integratif dan kolektif serta terobosan-terobosan
baru yang melibatkan seluruh pihak terkait (multi stakeholders)4.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan
kualitas pengembangan ekowisata, antara lain ekologi, etnologi atau budaya,
ekonomi, edukasi, dan masalah estetika meliputi interior atau konsep bangunan5.
Terkait dengan faktor ekonomi, sebagian besar potensi wisata alam yang
ditawarkan di TWA Situ Gunung tidak memiliki nilai pasar sehingga penentuan
tarif masuk kawasan wisata belum menunjukkan nilai ekonomi yang sebenarnya
dari jasa lingkungan yang didapat. Oleh karena itu, perlu adanya suatu pendekatan
untuk menentukan nilai manfaat ekonomi dari jasa lingkungan yang ditawarkan
dalam suatu kawasan wisata alam yang nantinya akan dijadikan pertimbangan
dalam pengembangan kawasan wisata lebih lanjut.
Potensi alam yang terdapat di TWA Situ Gunung merupakan sumber daya
alam yang tergolong barang publik dimana sumberdaya tersebut memiliki kriteria
non rivalryand non excludable. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu penilaian manfaat ekonomi dari TWA Situ Gunung agar alokasi sumberdaya
tersebut menjadi optimum. 4
Profil Kabupaten Sukabumi. http://ppkipm.sukabumikab.net/?pilih=hal&id=2. Diakses: 4 September, 2009
5
Kompas. 2009. Ratusan Potensi Belum Tergarap
Optimal.http://perumperhutani.blogspot.com/2009/06/ratusan-potensi-belum-tergarap optimal.html. Diakses: 4 September, 2009
(55)
Guna mendapatkan nilai manfaat ekonomi tersebut, maka perlu diketahui
terlebih dahulu karakteristik dari pengunjung TWA Situ Gunung serta
menentukan fungsi permintaan wisata berdasarkan frekwensi kunjungan. Adapun
karakteristik tersebut meliputi faktor sosial ekonomi pengunjung TWA Situ
Gunung seperti pendapatan pengunjung, tingkat pendidikan pengunjung, umur
dan jenis kelamin pengunjung, jumlah anggota rombongan, jarak tempuh, waktu
tempuh, lamanya rekreasi, daerah asal, pengetahuan pengunjung, pekerjaan
pengunjung, daya tarik lokasi, dan status hari kunjungan wisatawan.
Berdasarkan hasil regresi biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial
ekonomi pengunjung maka dapat diestimasi fungsi permintaan TWA Situ
Gunung. Selanjutnya, dari estimasi tersebut maka dapat diduga nilai surplus
konsumen pengunjung. Pada akhirnya, nilai manfaat ekonomi dapat diduga
dengan mengalikan nilai surplus konsumen per kunjungan per individu dengan
total kunjungan selama periode tertentu. Alur kerangka berfikir ditunjukkan pada
(1)
IX. DAFTAR PUSTAKA
Aristo, A. D. 2005. Pendidikan tinggi : Public or Private Goods?.
http://aristodiga.blogspot.com/2005/08/pendidikan-tinggi-public-atau-private.html. Diakses : 20 Maret, 2009.
Ariyanto, E. 2004. Ekonomi Pariwisata. www.geocities.com. Diakses: 8 February, 2009.
Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. Diakses : 2 April,2009.
Clawson, M. and J. L. Knetsch. 1975. Economic Outdoor Recreation. The John Hopkins Press. Baltimore.
Djijono . 2002. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Desertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Garrod, G. And K. G. Willis. 1999. Economic Vluation of The Environment: Method and Case Studies. Edward Elgar Publishing, Massachusetts.
Haab, T.C. and K.E. McConnell. 2002. Valuing Environmental and Natural Resources: The Econometrics of Non-Market Valuation. Edward Elgar Publishing Limited.
Hellerstein, D. and R. Mendelson. 1993. A theoretical Foundation for Count Data Model. Amer.Jour.Agr.Econ. Vol 75, 1993, pp. 604-611.
Hufschmidt, M. M. 1987. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan. (Reksohadoprodjo, penterjemah). UGM Press. Yogyakarta.
Kasiman 1996. Analisis Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Lokawisata Baturraden Kabupaten DATI II Banyumas Jawa Tengah. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Lumaksono, A. Peranan Pariwisata Dalam Neraca Pembayaran.
http://haisstis.org/data/buletin/03213.pdf. Diakses: 2 February, 2009. Mankiw, G. 2006. Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta. Muntasib, H. 2007. Diktat mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata.
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(2)
Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. (Bayu Mahendra dan Abdul Aziz, penterjemah). Jilid pertama. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.
Nurdini. 2004. Analisis Permintaan Ekoturisme Hutan Mangrove Muara Angke dengan Metode Biaya Perjalanan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahayu, 1999. Analisis Nilai Surplus Konsumen Kebun Raya Bogor sebagai Tempat Rekreasi dengan menggunakan Model Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ross, 1998. Psikologi Pariwisata. Pengantar Toeti Heraty Noerhadi. Penerjemah : Marianto Samosir –ed.1 .Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Pangemanan, P.A. 1993. Aplikasi Model Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sabda, A. 2003. Aplikasi Metode Biaya Perjalanan Untuk Menduga Fungsi Permintaan dan Manfaat Rekreasi di Obyek Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santosa, P. S. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. Makasar. www.halmaherautara.com/en/artikel.php. Diakses: 2 February, 2009. Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T.G. Punsalan, B.P. Regala, G.G. Uriarte. 1993.
Pengantar Metode Penelitian (Alimuddin Tuwu dan Alamsyah, penterjemah). UI Press. Jakarta.
Sinaga, A. P. 1995. Studi Manfaat Ekonomi Rekreasi Berdasarkan Model Kesediaan Membayar (Willingness to Pay): Studi Kasus Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sundayani, 2004. Aplikasi Regresi Poisson Untuk Menganalisis Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Jumlah Kematian Ibu Di Propinsi Jawa Timur.
Universitas Airlangga.
Supriyatna, I. A. 2004. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Taman Wisata Danau Lido sebagai Tempat Rekreasi dengan Metode Kontingensi dan Biaya Perjalanan. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(3)
Suharti, F. 2007. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Wisata Pasir Mukti dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Turner, K. D. Pearce, and Bateman, I. 1994. Environmental Economics : An Elementary Introduction. Harvester Wheatsheaf Campus 400. May land Avenue Hemel Hampstead. Hertfordshire.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1990. Kepariwisataan. Nomor 9.
Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan (Frans Gromang, penterjemah). Pradnya Paramita. Jakarta.
Wijayanti, P. 2003. Analisis Permintaan dan Surplus Konsumen Kebun Raya Cibodas Sebagai Tempat Rekreasi dengan Menggunakan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi. Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Wijayanti, P. 2009. Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Yoeti, A. 2008. Ekonomi Pariwisata, Introduksi, Informasi dan Implementasi. Kompas. Jakarta.
(4)
(5)
Lampiran 1. Hasil Olah Data Tanpa Pengujian Variabel
. poisson jmlkjg trvlcst income jaraktmph waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn jmltngn
Iteration 0: log likelihood = -191.58894 Iteration 1: log likelihood = -191.32349 Iteration 2: log likelihood = -191.32261 Iteration 3: log likelihood = -191.32261
Poisson regression Number of obs= 100 LR chi2(13) = 120.14 Prob > chi2 = 0.0000 Log likelihood = -191.32261 Pseudo R2 = 0.2390
jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] trvlcst | -.0000227 .0000108 -2.10 0.036 -.000044 -1.47e-06 income | .1230935 .0327715 3.76 0.000 .0588626 .1873244 jaraktmph | -.004916 .00268 -1.83 0.067 -.0101688 .0003367 waktutmph | .0120847 .0470239 0.26 0.797 -.0800804 .1042498 penakhr | -.0109255 .0293396 -0.37 0.710 -.0684302 .0465791 umur | -.0286343 .0130607 -2.19 0.028 -.0542328 .0030357 jmlrmb | .0035371 .0043855 0.81 0.420 -.0050584 .0121326 lamakjg | .0331437 .0341835 0.97 0.332 -.0338548 .1001422 lamatau | .0291997 .0080403 3.63 0.000 .0134409 .0449584 dytrk | .7579016 .4791031 1.58 0.114 -.1811231 1.696926 sttshri | -.1559718 .1320571 -1.18 0.238 -.414799 .1028554 jnsklmn | .3370954 .1365294 2.47 0.014 .0695027 .6046881 jmltngn | .0520737 .0519496 1.00 0.316 -.0497456 .1538931 _cons | .5051402 .5929144 0.85 0.394 -.6569508 1.667231
(6)
---Lampiran 2. Hasil Olah Data Setelah Pengujian variabel
. poisson jmlkjg trvlcst income waktutmph penakhr umur jmlrmb lamakjg lamatau dytrk sttshri jnsklmn
Iteration 0: log likelihood = -193.39928 Iteration 1: log likelihood = -193.3156 Iteration 2: log likelihood = -193.31541 Iteration 3: log likelihood = -193.31541
Poisson regression Number of obs= 100 LR chi2(11) = 116.16 Prob > chi2 = 0.0000 Log likelihood = -193.31541 Pseudo R2 = 0.2310
jmlkjg | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval] trvlcst | -.0000333 9.83e-06 -3.38 0.001 -.0000525 -.000014 income | .1114163 .0320345 3.48 0.001 .0486298 .1742029 waktutmph | -.0516224 .0337729 -1.53 0.126 -.1178161 .0145713 penakhr | -.0303855 .0238202 -1.28 0.202 -.0770722 .0163013 umur | -.0203148 .0102944 -1.97 0.048 -.0404914 .0001382 jmlrmb | .0027026 .0043563 0.62 0.535 -.0058356 .0112407 lamakjg | .0403546 .0333285 1.21 0.226 -.024968 .1056772 lamatau | .0287231 .0079508 3.61 0.000 .0131397 .0443065 dytrk | .7351865 .4818184 1.53 0.127 -.2091601 1.679533 sttshri | -.107277 .1274805 -0.84 0.400 -.3571342 .1425802 jnsklmn | .3098775 .135335 2.29 0.022 .0446257 .5751294 _cons | .7201758 .5827132 1.24 0.216 -.421921 1.862273