tahun untuk setiap kelas umur. Dari hasil pengelompokkan tersebut, didapat bahwa KU yang saat ini dimanfaatkan untuk kegiatan penyadapan getah terbagi
menjadi 2, yakni KU VI sebanyak 4 anak petak dengan luasan 46,20 Ha dan KU VII sebanyak 12 anak petak dengan luasan 417,30 Ha. Selain itu terdapat 2 kelas
umur lain yang tegakan pinusnya belum disadap yaitu KU I sebanyak 5 petak dengan luasan 42,70 Ha dan KU II sebanyak 2 petak dengan luasan 35,80 Ha.
5.3.1 Penentuan Alternatif Perhitungan Produksi Nyata Getah Pinus
Penentuan produksi maksimal berdasarkan produksi nyata dilakukan dengan membandingkan antara penimbangan getah di hutan, TPG, dengan data
sekunder yang didapat dari data berat getah pinus seri 5 tahun terakhir. Keseluruhan hasil penimbangan tersebut kemudian dikonversi menjadi satuan Kg
phth. Hasil dari tiga cara pengukuran tersebut dapat dilihat dalam Tabel 18. Tabel 18 Perbandingan produksi nyata getah pinus di hutan, TPG, dan data
sekunder KPH Banyuwangi Utara
Produksi Rata-Rata KU
Luas Ha
NHA PhnHa
Keterangan Hutan
TPG Data
Sekunder Kgphnth 8,03
6,99 6,07
VI 47,6 275
Kgthha 2.209,48 1.922,09 1.668,56
Kgphnth 9,37 7,53
6,18 VII
417,3 242 Kgthha 2.259,97 1.823,16
1.496,05 Ket : Data sekunder didapat dari hasil pengolahan data Laporan Kemajuan Sadapan Getah
Pinus KPH Banyuwangi Utara Tahun 2003-2007
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa berdasarkan ketiga pengukuran yang dilakukan, secara keseluruhan produksi getah pinus mengalami peningkatan
seiring dengan pertambahan umur tegakan dengan nilai produksi yang berada diatas standar produksi getah Pinus merkusii sebesar 6,0 Kgphth Sugiyono et al.
2001. Tingginya nilai produksi tersebut karena penyadapan getah pinus yang dilakukan di KPH Banyuwangi Utara menggunakan Cairan Asam Stimulansia
CAS. CAS tersebut digunakan untuk merangsang pohon agar mengeluarkan getah lebih banyak. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa hasil pengukuran
produksi getah yang dilakukan di hutan memiliki kecenderungan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pengukuran di TPG ataupun berdasarkan
pengolahan data sekunder di KPH. Produksi rata-rata hasil pengukuran getah dihutan sebesar 8,03 Kgphth untuk KU VI dan sebesar 9,37 Kgphth untuk KU
VII. Perbedaan nilai produksi antara pengukuran di hutan dengan TPG disebabkan
karena penimbangan getah di TPG tidak dilakukan untuk keseluruhan penyadap melainkan dengan asumsi bahwa penimbangan satu ember mampu mewakili
keseluruhan berat ember yang lain. Hal ini mengakibatkan banyak berat getah pinus yang tidak terukur secara nyata dilapangan pada saat penimbangan di TPG
Melihat perbedaan tersebut, maka alternatif yang sesuai untuk dijadikan dasar penentuan nilai produksi maksimal nyata getah pinus adalah nilai yang
didapat dari hasil pengukuran di hutan. Karena nilai yang diperoleh berdasarkan hasil penimbangan getah dari pohon secara langsung.
5.3.2 Produksi Maksimal Nyata Getah Pinus