CoC pada Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK

5. Identitas umum FSC. 6. Kemungkinan melakukan bisnis yang menjanjikan dalam waktu yang panjang dan menghindari campur tangan middlemen. Hasil dari CoC merupakan produk yang telah tersertifikasi dan diketahui asal usulnya. CoC hanya memberikan jaminan terhadap bahan baku yang digunakan berasal dari hutan yang telah mendapatkan sertifikat. CoC tidak memberikan jaminan terhadap kualitas produk, kualitas pelayanan yang ditawarkan, dan penetapan harga produk karena jaminan tersebut hanya didapat dari proses produksi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan Gomes et al. 2002

2.5 CoC pada Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK

Hasil hutan bukan kayu HHBK menurut FSC adalah keseluruhan sumber daya atau produk biologis selain kayu yang berasal dari hutan untuk diperjual belikan danatau dimanfaatkan oleh mayarakat sekitar hutan atau masyarakat lokal Gomes et al. 2002 Menurut Gomes et al. 2002, CoC yang dilakukan pada HHBK memiliki standard FSC yang sama seperti pada produk hasil hutan berupa kayu. Akan tetapi CoC pada HHBK memiliki tingkat kesulitan yang tinggi serta kompleks karena keadaan fisik HHBK yang tidak tetap. Penanganan dan inventarisasi produk HHBK selama perjalanan transportasi dari hutan hingga keluar adalah hal yang krusial dalam sertifikasi HHBK. Kegiatan penyadapan getah yang merupakan salah satu kegiatan pemanenan produk HHBK, perlu menerapkan kegiatan CoC sebagai usaha mendapatkan produk yang tersertifikasi. Pelaksanaan penyadapan getah tersebut termasuk ke dalam kegiatan dalam hutan yang memiliki tujuan untuk penyediaan bahan baku atau input ke industri untuk diproses lebih lanjut. Penyadapan getah dalam rangka penyadiaan input perlu memperhatikan beberapa kegiatan yang termasuk dalam rangkaian proses CoC yaitu Gomes et al. 2002 : 1. Identifikasi identification Kegiatan identifikasi yang dilakukan dalam hal ini adalah pemberian tanda pada fisik material HHBK. 2. Pengumpulan storage Kegiatan ini dilakukan agar hasil bahan baku yang telah diambil, dikumpulkan pada suatu tempat guna memudahkan dalam melakukan transportasi lebih lanjut. Pengumpulan juga dimaksudkan untuk memisahkan bahan baku yang tersertifikasi dengan bahan baku yang tidak tersertifikasi. 3. Sistem pengawasan yang terdokumentasi documented control system Pengawasan terhadap dokumen merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan CoC dengan harapan catatan dokumen mengenai bahan baku sesuai dengan keadaan fisik bahan baku. Mengingat penerapan CoC pada hasil hutan bukan kayu belum ada, maka pelaksanaannya dilakukan dengan menerapkan sistem pada hasil hutan kayu dengan beberapa penyesuaian pada proses pergerakan hasil hutan untuk kemudahan pelacakan. Menurut Matangaran 2006, sistem pergerakan hasil hutan berupa kayu adalah konfigurasi hasil hutan, pelaksanaan mutasi bentuk dan jumlah hasil hutan, perangkat pengenal, pencatat, dokumen yang menyertai pergerakan hasil hutan. Untuk memudahkan proses sertifikasi maka sistem yang dibuat sebaiknya mengikuti proses untuk sertifikasi, mulai dari pembuatan Standard Operation Procedure SOP, mempersiapkan dokumen tata usaha, sampai dengan penandaanpenomoran pada fisik hasil hutan. Sistem yang dimaksud dapat berupa: 1. Pembuatan proses yang runtut 2. Setiap tahapan proses yang terjadi dan dijadikan simpul 3. Seluruh proses dilengkapi dengan administrasi perjalanan 4. Penandaan fisik yang jelas dan konsisten 5. Sistem tata usaha yang terkoneksi Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap HHBK, perhatian terhadap kelestarian pemanenan tetap perlu dilakukan. Menurut FSC 1996, pada prinsip ke-5 dan kriteria ke-6 telah diatur bahwa tingkat pemanenan hasil hutan tidak boleh melebihi tingkat yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. Berdasarkan hal tersebut, maka pemanenan HHBK harus dapat dievaluasi sebagai pemanenan dengan intensitas yang lebih rendah dari tingkat pemanenan yang lestari yang telah ditetapkan oleh perusahaan pengusaha HHBK.

BAB III METODOLOGI

Dokumen yang terkait

SISTEM INFORMASI PEMANENAN HASIL HUTAN PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH BANYUWANGI BARAT

0 6 1

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Identifikasi Potensi Limbah Pemanenan Jati di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 15 65

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 4 59

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 13

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 3

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 7

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2