3. Penerimaan getah di PGT untuk mengoreksi kesesuaian isi dokumen dengan kondisi fisik getah yang diterima.
Proses pergerakan getah pinus tersebut harus selalu disertai dengan dokumen.
3.4.2.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus
Sistematika pelaksanaan Chain of Custody CoC pada getah pinus memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat kompleks pada pemberian tanda fisik,
untuk itu penandaan fisik dilakukan pada wadah penampung getah. Untuk kepentingan CoC maka wadah getah perlu diberi identitas yang meliputi : asal
getah, bobot getah, nomor dokumen atau wadah getah, mutu, serta identitas lain yang dapat dijadikan mata rantai. Penandaan tersebut harus dilakukan secara jelas
dan konsisten agar proses pelacakan balik dapat dilakukan Matangaran 2006. Mekanisme pemberian tanda wadah getah dapar dilihat pada Gambar 2.
Identitas wadah Identitas wadah Identitas wadah Identitas wadah
Ember penyadap Drum fiber
Gambar 2 Mekanisme pemberian tanda pada wadah getah pinus
3.4.2.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus
Dokumentasi pergerakan getah pinus dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No : P.55Menhut-II2006 Tentang Penatausahaan
Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. Di KPH Banyuwangi Utara, pelaksanaan tata usaha untuk getah pinus telah diatur dalam SOP Pengendalian
PergerakanAliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Tahun 2008. Penggunaan dokumen dalam rangka tata usaha getah pinus dapat dilihat pada Tabel 3.
Untuk kepentingan CoC selain penggunaan dokumen, mekanisme pengisian dokumen juga perlu diperhatikan agar getah dapat terlacak. Identitas yang terdapat
dalam dokumen harus dapat dijadikan mata rantai serta memiliki kesesuaian TPG
Transportasi
Industri
- BKPH - Petak
- Volume - BKPH
- Petak - Volume
- BKPH - Petak
- Volume - BKPH
- Petak - Volume
Hutan Lestari
dengan identitas yang tercantum dalam wadah getah yang meliputi : asal getah, berat getah, mutu, nomor dokumen atau wadah getah, serta informasi lain.
Tabel 3 Dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan SOP Pengendalian PergerakanAliran Getah
Pinus dalam Rangka CoC
Permenhut Perhutani
Keterangan LP-HHBK
DK 302 a Dokumen penerimaan getah di tempat pengumpulan
DHHBK DK PHT213
Daftar hasil hutan bukan kayu FA-HHBK
FA-HHBK Faktur
angkutan LMHHBK
Perni 51
Dokumen mutasi hasil hutan
bukan kayu
Keterangan : LP-HHBK = Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu
DHHBK =
Daftar Hasil Hutan Bukan
Kayu FA-HHBK
= Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu LMHHBK
= Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu
3.4.2.4 Produksi Maksimal Getah Pinus
Menurut standar FSC-STD-01-001, pengambilan manfaat dari hutan harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat pemanenan yang tidak melebihi tingkat
yang dapat dilestarikan secara permanen. Berdasarkan standar tersebut maka perlu dibuat suatu nilai kontrol yang mampu mengevaluasi tingkat pemanenan yang
dilakukan agar kelestarian hutan dapat terjaga. Kontrol produksi maksimal merupakan suatu pendekatan dalam melakukan evaluasi untuk menjamin bahwa
getah pinus yang dipanen berasal dari hutan yang lestari. Kontrol produksi maksimal pada lacak getah pinus ditentukan dengan
melakukan pengukuran produksi nyata di lapangan dan penelusuran data sekunder dari penelitian yang telah ada untuk menduga produksi getah pada tegakan pinus
yang belum diketahui produksinya. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian digabungkan untuk memprediksi produksi getah pinus setiap tahunnya selama
jangka waktu 5 tahun ke depan. Hal tersebut dilakukan karena setiap pengelola hutan yang sedang dalam proses sertifikasi harus memiliki catatan yang memuat
data mengenai input, proses, dan output sesuai dengan kondisi nyata minimal 5 tahun terakhir Gomes et al. 2002.
1. Pengukuran Produksi Nyata Pengukuran produksi nyata dilakukan dalam 3 cara yakni penimbangan
getah di hutan untuk mengetahui produksi getah tiap pohon, pengamatan penimbangan getah di TPG, dan perhitungan produksi getah berdasarkan data
berat getah di KPH data sekunder. Hasil dari perhitungan ke tiga cara ini kemudian dibandingkan untuk mengetahui alternatif terbaik sebagai dasar
penentuan produksi maksimal nyata getah pinus. a. Cara I Penimbangan getah di hutan
1 Mengelompokkan tegakan pinus menjadi beberapa kelas umur KU berdasarkan tahun tanamnya dengan selang umur setiap 5 tahun.
2 Pengambilan sampel petak dengan ketentuan jumlah sampel tiap KU sebanyak 1 petak. Dari petak tersebut diambil sebanyak 30 pohon
untuk ditimbang produksi getahnya. Kelas umur yang disadap di KPH Banyuwangi Utara adalah KU VI dan KU VII tabel 4.
3 Pohon yang terpilih diberikan nomor dan diidentifikasi kondisi fisiknya dengan mengambil data berupa diameter, warna kayu, bentuk
tajuk, kedalaman alur kulit, ketinggian tempat tumbuh, arah sadap, tinggi pohon, cuaca saat penyadapan, dan jumlah koakan yang ada.
4 Pengukuran berat bersih getah tiap pohon dilakukan dengan cara melakukan penimbangan pada saat pemungutan getah, yaitu setiap 7
hari sekali selama 2 bulan 1 bulan hujan dan 1 bulan kering. Berat bersih getah didapat dengan cara perhitungan sebagai berikut :
W Netto = W Netto + Wadah – Wadah
Ket : W Netto : Berat bersih getah g
Wadah :
Berat wadah
penampung getahtempurung
g
Tabel 4 Kondisi petak penelitian berikut pohon contoh yang diambil
No PetakKU Luas
Ha Total Phn
Ph Prod Getah
KgPhTh Jumlah
PohonHa Pohon
contoh 1 73c
VI 2,9
743 6,43
221 30
2 75e VII
65 8324
6,75 171
30 Ket : Produksi getah didapat dari hasil pengolahan Laporan Kemajuan Sadapan Pinus dalam
3 tahun terakhir
5 Menentukan produksi getah rata-rata per panen dengan rumus sebagai berikut:
n
yp = x
i
n
i =1
Ket : yp : Berat getah rata-rata gpohonpanen xi : Berat getah pada pohon ke = i setiap waktu panen g
n : Jumlah pohon contoh
pohon i : Pohon contoh ke = i
6 Menentukan berat getah per pohon dengan rumus sebagai berikut : y = yp
7 x 1000
Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon Kgpohonhari yp : Berat getah rata-rata gpohonpanen
7 : Waktu panen setiap 7 hari
7 Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus :
Y = y x N x 365
Ket: Y : Produksi getah Kgtahunpetak y : Berat getah rata-rata Kgpohonhari
N : Total Pohon dalam satu petak petak
b. Cara II Pengamatan penimbangan berat getah di TPG : 1 Menentukan tenaga penyadap yang ada di TPG secara acak dengan
ketentuan 10 dari keseluruhan penyadap yang mewakili setiap KU. 2 Melakukan pengamatan penimbangan getah yang dilakukan di TPG
untuk memperoleh data berat bersih getah dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan waktu pemungutan getah setiap 7 hari sekali.
3 Menentukan produksi getah rata-rata per panen untuk tiap penyadap dengan rumus sebagai berikut
n
ypn = x
i
np
i =1
Ket: ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap Kgpenyadappanen xi : Berat getah pada penyadap ke = i Kg
np : Jumlah
penyadap penyadap
i : Pohon contoh ke = i
4 Menentukan produksi getah rata-rata per pohon dari semua pohon yang termasuk dalam blok sadapan milik penyadap yang bersangkutan
dengan rumus sebagai berikut y = ypn
7 x jml phn
Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon Kgpohonhari ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap Kgpenyadappanen
7 : Waktu panen setiap 7 hari Jml phn : Jumlah pohon dalam satu blok sadap pohonpenyadap
5 Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara I.
c. Cara III Perhitungan data berat getah yang terdapat di KPH data sekunder :
1 Mengumpulkan data sekunder di KPH mengenai berat getah dalam 5 tahun terakhir.
2 Mengelompokkan petak-petak yang ada menjadi beberapa KU sesuai dengan tahun tanamnya.
3 Menentukan produksi getah rata-rata pertahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara sebelumnya.
2. Pendugaan Produksi Getah Pinus Pendugaan getah pinus dilakukan karena di KPH Banyuwangi Utara hanya
terdapat tegakan pinus KU I dan KU II yang belum disadap. Untuk mengetahui produksi getah pada KU tersebut ketika disadap yaitu pada saat
mencapai KU III, KU IV atau KU V, maka dilakukan penelusuran data sekunder pada penelitian Wijayanti 2007. Data produksi getah pinus pada
penelitian yang dilakukan di KPH Kediri Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tersebut diambil karena memiliki kondisi lapangan yang relatif sama dengan
kondisi tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara dari segi ketinggian tempat, iklim, curah hujan, kondisi tanah, dan topogafi Tabel 5.
Tabel 5 Kondisi petak penelitian KPH Kediri berikut pohon contoh yang diambil
PetakKU Luas
Ha Bonita
Tahun Tanam
Umur th
Pohon Contoh
85F KU III 12,4
3 1994 12
5 85E KU IV
13,1 2
1990 16 5
68B KU VI 10,6
3 1982 22
5 Sumber : Wijayanti 2007
Data produksi getah pinus dari hasil penelusuran tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi anak petak yang termasuk KU I dan KU II untuk
mengetahui produksi rata-rata getah pinus per tahunnya ketika tegakan tersebut telah memasuki KU III, KU IV, dan KU V yang siap untuk disadap.
Perhitungan kisaran produksi untuk menentukan nilai kontrol maksimal dari hasil perhitungan produksi nyata dan pendugaan produksi getah pinus dicari
dengan menggunakan metode pendugaan nilai tengah parameter. Rumus yang digunakan dalam metode tersebut adalah sebagai berikut
α µ
α
α α
α α
− =
+ 〈
〈 −
− =
〈 〈
− 1
1
2 2
2 2
n s
x n
s x
P T
P
t t
t t
Dengan derajat kebebasan v = n-1 dan selang kepercayaan 95 Kontrol produksi maksimal getah pinus diambil dari nilai maksimal yang
terdapat pada kisaran tersebut. Nilai produksi maksimal getah pinus yang telah diketahui, digunakan sebagai standar maksimal untuk memprediksi produksi
getah pinus yang harus dipenuhi setiap tahunnya. Prediksi tersebut dilakukan terhadap keseluruhan tegakan pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara,
baik yang saat ini berproduksi maupun yang akan berproduksi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Implementasi kontrol produksi maksimal getah dilakukan untuk mengevaluasi produksi getah pinus yang dihasilkan oleh KPH Banyuwangi Utara
per tahunnya untuk setiap petak yang disadap pada tahun tersebut. Selama produksi getah masih berada di bawah nilai kontrol produksi maksimal maka
dapat dikatakan getah tersebut berasal dari hutan yang telah dikelola secara lestari.
3.4.3 Uji Coba Desain CoC Lacak Getah Pinus