1. Tegakan dilokasi dengan elevasi 500 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 2,660 g dan tertinggi 7,895 g dengan rata-rata 5,846 g
2. Tegakan dilokasi dengan elevasi 500-1000 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 3,421 g dan tertinggi 5,829 g dengan rata-rata 4,096 g
3. Tegakan dilokasi dengan elevasi 1000 mdpl mempunyai produksi per Ha terendah adalah 2,224 g dan tertinggi 3,889 g dengan rata-rata 3,090 g.
2.2 Penyadapan Getah Pinus di Perum Perhutani
Menurut Idris dan Soenarno 1983, penyadapan getah pinus merupakan kegiatan di bidang kehutanan yang tidak asing lagi dalam pemungutan hasil dari
tegakan pinus. Cara-cara penyadapan getah tersebut selalu berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kehutanan dan pengalaman-
pengalaman di lapangan. Umumnya pelaksanaan penyadapan getah pinus yang dilakukan di Perum
Perhutani menggunakan sistem quare. Cara penyadapan getah pinus sesuai Petunjuk Penyadapan Getah Pinus Perum Perhutani 2006 dengan sistem quare
adalah : 1. Kegiatan Prasadap
Pada tahap prasadap kegiatan yang dilakukan meliputi sensus dan pemberian nomor pohon, pembagian blok sadap, pembersihan lapangan
sadapan pembersihan kulit pohon, pembuatan rencana quare, serta penyediaan alat-alat dan perlengkapan sadap.
Pelaksanaan kegiatan prasadap ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi tenaga penyadap maupun mandor sadap dalam melakukan
2. Pelaksanaan Sadap Buka Pelaksanaan sadap buka dilakukan setelah tahapan prasadap. Pada tahap
ini penyadap melakukan pembuatan quare permulaan setinggi 20 cm dari permukaan tanah dengan ukuran lebar maksimal 6 cm, tinggi 10 cm dari
permukaan tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 1,5 cm. Sadap buka dilakukan pada tegakan pinus yang telah mencapai umur 11 tahun atau telah
mencapai keliling sebesar 63 cm.
Pada bagian bawah quare dipasang talang yang kemudian dibawah talang tersebut diletakkan tempurung kelapa untuk menampung getah yang telah
keluar. Talang dan tempurung harus dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm. 3. Pelaksanaan Sadap Lanjut
Sadap lanjut merupakan cara dalam melakukan pembaharuan luka dari quare yang telah ada. Jumlah quare pada satu pohon dalam pelaksanaan
pembaharuan luka harus memperhatikan kriteria sebagai berikut : a. Keliling 65-124 sebanyak 1 quare hidup
b. Keliling 125-175 sebanyak 2 quare hidup c. Keliling 176-Up sebanyak 4 quare hidup
Setelah dilakukan pembuatan quare awal dan pembaharuan luka, maka kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah pemungutan getah. Pemungutan
getah umumnya dilakukan setiap 9-10 hari dengan menggunakan alat keruk yang kemudian langsung dibawa ke tempat pengumpulan getah TPG. Untuk
pohon pinus yang bocor getah, pemungutan getah dilakukan setiap 7 hari sekali
Getah yang diterima di TPG ditimbang beratnya, ditentukan mutunya, dan dibuang kandungan air serta kotorannya hingga didapat kadar yang
diperbolehkan yaitu sebesar 5. Setalah diperiksa, getah tersebut kemudian didiamkan beberapa waktu hingga siap diangkut ke pabrik gondorukem dan
terpentin PGT dengan jangka waktu tidak boleh lebih dari 7 hari.
2.3 Tata Usaha Hasil Hutan TUHH Getah Pinus di Perum Perhutani