Berdasarkan perhitungan data produksi getah pinus Wijayanti 2007, didapat hasil produksi rata-rata getah pinus pada KU III, KU IV, dan KU V
berturut-turut sebesar 0,938 Kgphth, 1,309 Kgphth, dan 2,146 Kgphth Tabel 21. Dari hasil tersebut, penentuan kisaran produksi untuk mencari nilai kontrol
produksi maksimal, dilakukan dengan metode pendugaan nilai tengah yang berada pada selang kepercayaan 95. Menurut Prihanto B dan Muhdin 2006 apabila
contoh yang diambil kurang dari 30 individu, maka pendugaan nilai tengah dilakukan menggunakan sebaran T-student. Dari hasil perhitungan kisaran
produksi dengan metode tersebut, didapat nilai produksi maksimal untuk KU III sebesar 1,308 Kgphnth; KU IV sebesar 1,904 Kgphnth; dan KU V sebesar
3,199 Kgphnth. Nilai dari produksi maksimal yang didapat, merupakan nilai tertinggi dari kisaran produksi yang telah diketahui. Korelasi yang positif
ditemukan pada peningkatan produksi getah pinus seiring dengan bertambahnya umur tegakan, dimana produksi terbesar ditemukan pada KU V. Hasil tersebut
berbeda dengan hasil perhitungan Wijayanti 2007 dimana pada penelitiannya, nilai tertinggi ditemukan pada KU III. Perbedaan tersebut dikarenakan
perhitungan pada penelitian Wijayanti 2007 dilakukan dengan mengikutsertakan pohon yang diberi perlakuan CAS, sedangkan pada penelitian ini hanya
mengambil pohon contoh kontrol yang tidak diberi perlakuan stimulansia.
5.3.4 Prediksi Produksi Maksimal Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara
Penentuan produksi maksimal untuk KPH Banyuwangi Utara dilakukan dengan membuat prediksi dari produksi maksimal setiap tahun untuk 5 tahun ke
depan. Hal tersebut dilakukan karena suatu perusahaan yang melaksanakan CoC perlu memiliki catatan mengenai input, proses, dan output sesuai kondisi nyata
yang memuat data minimal 5 lima tahun terakhir Gomes et al. 2002. Dengan menggabungkan hasil dari produksi maksimal nyata dan pendugaan produksi
maksimal untuk KU yang akan disadap buka maka perhitungan prediksi produksi maksimal KPH Banyuwangi Utara dapat dilakukan.
Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa keseluruhan petak pada KU II baru bisa disadap pada tahun 2010, karena pada tahun tersebut petak yang
termasuk dalam KU II telah menjadi KU III yang siap untuk di sadap buka. Hal serupa juga ditemukan pada KU VI khususnya pada petak 68O, 72G, dan 73C
yang mengalami peningkatan produksi getah karena telah memasuki KU VII dengan produksi getah berturut-turut sebesar 111.884,1 Kgth, 46.839,9 Kgth,
dan 10.078,8 Kgth. Berbeda dengan petak 74D, petak yang termasuk dalam KU VI tersebut baru mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 dengan
produksi pada tahun tersebut sebesar 10.879,1 Kgth. Secara keseluruhan total produksi maksimal terbesar yaitu sebesar 1.176.513,4 Kgth ditemukan pada
tahun 2010 hingga 2012, karena pada tahun-tahun tersebut tegakan pinus yang saat ini belum disadap sudah bisa disadap dan tegakan pinus yang saat ini masih
berada pada KU VI telah memasuki KU VII sehingga mampu memproduksi getah lebih banyak.
Tabel 22. Prediksi produksi maksimal KPH Banyuwangi Utara 5 tahun ke depan
Produksi Maksimal Kgth KU Petak Umur
Luas Ha
2008 2009 2010 2011 2012 II 73A 9 28,5 -
- 29.822,4 29.822,4 29.822,4
II 74A 9 7,3 - -
12.412,9 12.412,9 12.412,9 VI 68O 30 27,9 96.971,7 111.884,1 111.884,1 111.884,1 111.884,1
VI 72G 30 11 40.596,9 46.839,9 46.839,9 46.839,9 46.839,9 VI 73C 30 2,9 8.735,4 10.078,8 10.078,8 10.078,8 10.078,8
VI 74D 29 4,4 9.429,1 9.429,1 10.879,1 10.879,1 10.879,1
VII Total KU
VII 417,3 954.596,2 954.596,2 954.596,2 954.596,2 954.596,2 Total
Prediksi Prod
Maks 499,3 1.110.329,3 1.132.828,1 1.176.513,4 1.176.513,4 1.176.513,4 Prediksi Prod Maks Setiap Tahun
1.154.540,5
Berdasarkan Tabel 22 juga dapat diprediksi bahwa secara keseluruhan tegakan pinus yang disadap di KPH Banyuwangi Utara dengan luas 499,3 Ha,
memiliki produksi maksimal rata-rata sebesar 1.154.540,5 Kgth dalam jangka 5 tahun ke depan. Nilai tersebut merupakan nilai kontrol yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi pemanenan getah pinus agar berjalan secara lestari sesuai dengan standar FSC 2004 mengenai SLIMF Small and Low Intensity Managed
Forest pada HHBK. Dengan adanya kontrol produksi maksimal tersebut maka pemanenan getah pinus dapat dievaluasi sebagai standar pemanenan yang masih
memiliki intensitas lebih rendah dari standar pemanenan yang tidak bisa dilestarikan secara permanen FSC 2004. Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila
ditemukan produksi nyata getah pinus pada tahun berjalan melebihi prediksi produksi maksimal yang telah diketahui, maka dapat dikatakan bahwa getah pinus
bukan berasal dari hutan dengan pengelolaan yang lestari dan sertifikat FSC terhadap getah pinus yang telah diberikan dapat dicabut.
5.4 Uji Coba Pelaksanaan Lacak Getah Pinus