BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pelaksanaan Penyadapan Getah Pinus Sebelum Desain CoC Lacak Getah Pinus
Pelaksanaan penyadapan getah pinus sebelum desain CoC lacak getah diketahui berdasarkan hasil pengamatan terhadap penerapan Standar Operasional
Prosedur SOP Sadapan Getah Pinus Tahun 2007 KPH Banyuwangi Utara dan SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus Dalam Rangka CoC Tahun
2008 KPH Banyuwangi Utara di lapangan. Hasil pengamatan tersebut kemudian disesuaikan dengan standar FSC mengenai CoC agar diketahui permasalahan yang
timbul dan digunakan sebagai dasar dalam pembuatan desain.
5.1.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus
Pengamatan terhadap pergerakan fisik getah pinus dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap penyadapan getah di hutan, penerimaan getah di TPG,
pengangkutan, dan penerimaan getah di PGT.
5.1.1.1 Kegiatan Penyadapan Getah Pinus di Hutan
Tabel 12 Hasil pengamatan penyadapan getah pinus di hutan
No Kegiatan Uraian Kegiatan Berdasarkan
SOP Sadapan Getah Pinus Tahun 2007
Hasil Pengamatan di Lapangan Pembuatan batas petak
sadapan, pembagian blok, sensus pohon,
pembersihanpembabatan lapangan sadapan, dan
pembuatan TP Getah. Yang dilakukan hanya pembuatan
TPG dan pembersihan lapangan. Sensus pohon tidak dilakukan.
Pelaksanaan pembuatan blok sadapan tidak di lakukan dilapangan
Pembuatan quare awal Dilakukan sesuai ketentuan
1. Prasadap
Pengadaan peralatan dan perlengkapan
Dilakukan sesuai ketentuan namun masih terdapat kekurangan
Pembaharuan luka Dilakukan setiap 3 hari
Pemberian CAS Socepas 235 AS
Dilakukan dengan komposisi 3 CAS : 2 Air tergantung musim dengan
frekuensi pemberian setoap 3 hari Pemungutan Getah
Dilakukan tiap 7 hari sekali 1 minggu
Pengangkutan ke TPG Dilakukan tiap selesai pungutan
dengan cara dipikul atau menggunakan sepeda motor
2. Sadap Lanjut
Penggunaan alat APD Dilakukan, namun masih ada beberapa
penyadap yang tidak menggunakan Ket : Untuk keperluan CoC wadah getah perlu diberikan nomor yang permanen
Penyadapan getah pinus diawali dengan melakukan kegiatan prasadap yang meliputi pembuatan batas petak sadapan, pembagian blok, pembersihan
pembabatan lapangan sadapan, dan pembuatan TPG. Berdasarkan hasil pengamatan, didapat bahwa pelaksanaan sensus pohon, pembuatan batas petak,
dan blok sadapan tidak dilakukan di lapangan. Hal tersebut menyebabkan usaha pengawasan terhadap perkembangan tegakan tidak dapat terpantau secara jelas
karena tidak ada data jumlah pohon secara akurat yang dapat berakibat produksi getah pinus menjadi tidak sesuai target yang telah ditetapkan
Berdasarkan pengamatan di lapangan mengenai pembuatan quare awal, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut telah dilakukan secara
optimal dengan mempertimbangkan besar keliling pohon berikut kedalaman quare yang diperbolehkan. Pembuatan quare yang telah mempertimbangkan prinsip
kelestarian tersebut dapat dilakukan karena KPH Banyuwangi Utara telah memberikan penyuluhan kepada para penyadap mengenai cara penyadapan yang
benar sehingga dapat mengurangi tingkat kerusakan pada pohon. Kesesuaian antara prosedur yang dibuat dengan penerapannya di lapangan,
juga ditemukan pada pengadaan alat sadap. Namun, pada beberapa alat sadap terutama wadah penampung getah ember dan drum fiber tidak disertai dengan
pemberian nomor yang jelas dan konsisten untuk keperluan CoC. Menurut Matangaran 2006, kejelasan dan konsistensi penandaan pada fisik merupakan
salah satu sistem dalam CoC yang digunakan untuk memudahkan proses sertifikasi, namun karena pemberian tanda pada fisik getah sulit dilakukan maka
sebagai gantinya pemberian tanda sebaiknya dilakukan pada wadah penampung getah. Tidak adanya tanda fisik pada wadah penampung getah dapat
mengakibatkan kegagalan proses pelacakan getah karena tidak adanya tanda secara visual yang konsisten. Melihat pentingnya pemberian tanda tersebut dalam
usaha lacak getah, maka pengadaan alat sadap terutama wadah penampung getah perlu disertai dengan pemberian tanda yang jelas dan konsisten.
Kegiatan sadap lanjut merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan prasadap. Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh bahwa secara keseluruhan kegiatan
sadap lanjut telah dilakukan sesuai dengan SOP Sadapan Getah Pinus 2007. Akan tetapi dalam hal penggunaan alat pelindung diri APD tidak dapat
dilakukan secara optimal karena masih ditemukan beberapa penyadap yang belum menggunakan APD dengan alasan ketidaknyamanan. Untuk menanggulangi hal
tersebut, maka perlu dilakukan sosialisasi lebih mendalam kepada para penyadap mengenai arti penting penggunaan APD dalam melakukan pekerjaan dihutan.
5.1.1.2 Kegiatan Penerimaan Getah Pinus di TPG