untuk disadap adalah KU III–KU VI sedangkan untuk KU VII tegakan pinus tersebut sudah masuk dalam waktu sadap mati sebelum dilakukan penebangan.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka untuk petak-petak yang termasuk dalam KU VI berpeluang mengalami peningkatan produksi getah pinus karena pada tahun
yang akan datang petak-petak tersebut akan masuk ke dalam KU VII. Petak-petak yang termasuk dalam KU VI adalah petak 68O, 72G, 73C, dan 74D
5.3.3 Pendugaan Produksi Maksimal Untuk Tegakan yang Akan Berproduksi
Tegakan pinus yang berada di KPH Banyuwangi Utara belum sepenuhnya dapat diketahui produksi getahnya secara nyata di lapangan, karena masih terdapat
beberapa anak petak yang masih termasuk ke dalam KU I dan KU II, dimana tegakan tersebut masih belum siap untuk disadap. Menurut Petunjuk Penyadapan
Getah Pinus 2006 kegiatan sadap buka hanya dapat dilakukan pada tegakan pinus yang telah mencapai umur 11 tahun KU III atau kelilingnya telah
mencapai 63 cm. Sedangkan tegakan KU III hingga KU V pada kenyataannya tidak ditemukan di lapangan sehingga menyebabkan produksi getah pinus pada
KU tersebut tidak dapat diketahui secara nyata. Melihat keadaan tersebut maka penentuan produksi maksimal dilakukan dengan menduga produksi getah pada
KU III, KU IV, dan KU V berdasarkan data pada penelitian Wijayanti 2008 yang melakukan penelitian di KPH Kediri. Pengambilan data pada penelitian
tersebut dikarenakan lokasi penelitiannya yang terdapat di KPH kediri memiliki kondisi lapangan yang relatif sama dengan KPH Banyuwangi Utara dalam hal
ketinggian tempat, kondisi tanah, iklim, dan curah hujan Tabel 20. Tabel 20. Kesesuaian kondisi lapangan KPH Kediri dengan KPH Banyuwangi
Utara
No. Kondisi
Lapangan KPH Kediri
KPH Banyuwangi Utara 1 Ketinggian
tempat 0-500 mdpl
0-600 mdpl 2 Tipe
iklim Tipe D
TipeD 3 Curah
Hujan 107 mmbln
150,33 mmbln 4 Jenis
tanah Latosol, cokelat merah
Asosiasi latosol - regosol,
cokelat kemerahan 5 Bentuk
lapangan Landai
sampai curam
Landai sampai
curam Ket : Data KPH Kediri Wijayanti 2007 dan Buku RPKH KPH Banyuwangi Utara Jangka
2003-2012
Menurut Rianto 1980, keluarnya getah pinus pada dasarnya dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor aktif dan faktor pasif yang meliputi kualita
tempat tumbuh, umur, dan ketinggian tempat. Hal tersebutlah yang dijadikan dasar dalam pengambilan data untuk menduga produksi getah pinus pada tegakan
KU III hingga KU V. Namun berdasarkan Tabel 20, ditemui ketidaksesuaian tempat tumbuh bagi pinus di KPH Kediri dan KPH Banyuwangi Utara, yaitu
memiliki tipe iklim D dengan curah hujan berturut-turut sebesar 107 mmbln dan 150,33 mmbln. Sedangkan menurut Darsidi 1983, jenis Pinus merkusii
seharusnya tumbuh pada tipe iklim A dan B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan minimal 1500 mmth. Perbedaan tersebut cukup
mempengaruhi produksi getah yang dihasilkan pada 2 lokasi penelitian menjadi lebih sedikit dari produksi pinus pada umumnya. Namun masih terdapat faktor
lain yang cukup mempengaruhi banyaknya produksi getah yang dihasilkan yaitu faktor ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang dimiliki dua lokasi tersebut
masih termasuk ke dalam elevasi rendah sehingga masih mampu menghasilkan produksi yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan tegakan pinus yang
terdapat dalam elevasi yang tinggi karena dipengaruhi faktor suhu udara yang mampu menghambat keluarnya getah Hermawan 1992.
Selain faktor pasif, keluarnya getah pinus dipengaruhi oleh faktor aktif yang salah satunya adalah penggunaan CAS untuk merangsang keluarnya getah. Pada
penelitian Wijayanti 2007, tegakan pinus yang disadap, diuji dengan menggunakan CAS yang memiliki konsentrasi berbeda. Hal tersebut tidak sesuai
dengan perlakuan yang diberikan pada tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara, karena pada tegakan pinus di lokasi tersebut CAS yang diberikan hanya
menggunakan 1 konsentrasi saja. Untuk menghindari perbedaan tersebut maka pengambilan data produksi getah pinus dilakukan terhadap 5 pohon kontrol yang
tidak diberikan perlakuan CAS dari masing-masing KU yang ada. Tabel 21 Pendugaan produksi maksimal getah pinus untuk KU III, KU IV, dan
KU V
No KU Prod Rata-Rata
Kgphth Ragam
Kisaran Prod. Kgphth
1 III
0,938 0,089
0,569 x 1,308 2
IV 1,309
0,230 0,713 x 1,904
3 V
2,146 0,720
1,092 x 3,199 Keterangan : Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU III
Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU IV Prediksi kontrol produksi maksimal untuk KU V
Sumber : Wijayanti 2007
Berdasarkan perhitungan data produksi getah pinus Wijayanti 2007, didapat hasil produksi rata-rata getah pinus pada KU III, KU IV, dan KU V
berturut-turut sebesar 0,938 Kgphth, 1,309 Kgphth, dan 2,146 Kgphth Tabel 21. Dari hasil tersebut, penentuan kisaran produksi untuk mencari nilai kontrol
produksi maksimal, dilakukan dengan metode pendugaan nilai tengah yang berada pada selang kepercayaan 95. Menurut Prihanto B dan Muhdin 2006 apabila
contoh yang diambil kurang dari 30 individu, maka pendugaan nilai tengah dilakukan menggunakan sebaran T-student. Dari hasil perhitungan kisaran
produksi dengan metode tersebut, didapat nilai produksi maksimal untuk KU III sebesar 1,308 Kgphnth; KU IV sebesar 1,904 Kgphnth; dan KU V sebesar
3,199 Kgphnth. Nilai dari produksi maksimal yang didapat, merupakan nilai tertinggi dari kisaran produksi yang telah diketahui. Korelasi yang positif
ditemukan pada peningkatan produksi getah pinus seiring dengan bertambahnya umur tegakan, dimana produksi terbesar ditemukan pada KU V. Hasil tersebut
berbeda dengan hasil perhitungan Wijayanti 2007 dimana pada penelitiannya, nilai tertinggi ditemukan pada KU III. Perbedaan tersebut dikarenakan
perhitungan pada penelitian Wijayanti 2007 dilakukan dengan mengikutsertakan pohon yang diberi perlakuan CAS, sedangkan pada penelitian ini hanya
mengambil pohon contoh kontrol yang tidak diberi perlakuan stimulansia.
5.3.4 Prediksi Produksi Maksimal Getah Pinus di KPH Banyuwangi Utara