Permasalahan Pergerakan Getah Dalam Rangka Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus

Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa pelaksanaan penerapan SOP mengenai penggunaan dokumen dalam rangka CoC tidak dapat terlaksana sepenuhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengisian dokumen angkutan FA- HHBK yang belum dilakukan dan kegiatan penerimaan getah di TPG yang belum menggunakan dokumen DK 302a melainkan menggunakan DK 302 DK penerimaan kayu tidak bernomor sebagai dokumen penerimaan. Belum digunakannya FA-HHBK dan DK 302a dalam dokumentasi pergerakan getah pinus disebabkan karena dokumen tersebut masih belum disiapkan oleh pihak KPH Banyuwangi Utara. Agar proses pergerakan getah pinus dapat berjalan secara runtut untuk kepentingan CoC maka penggunaan dokumen angkutan perlu secepatnya diadakan karena berfungsi sebagai penghubung antara dokumen penerimaan di TPG dengan dokumen penerimaan di PGT. Pengisian dokumen yang tidak menyertakan nomor seri drum, dapat menyebabkan proses pelacakan getah mengalami kegagalan baik secara dokumen maupun secara fisik karena tidak ditemukan adanya identitas drum yang konsisten dalam dokumen maupun fisik drum itu sendiri. Hal serupa juga dikatakan oleh Gomes et al. 2002, bahwa identitas pada fisik yang konsisten harus dapat teridentifikasi secara visual maupun dokumen untuk kepentingan CoC.

5.1.4 Permasalahan Pergerakan Getah Dalam Rangka Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus

Berdasarkan hasil observasi lapangan mengenai pelaksanaan penyadapan getah pinus, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ditemukan terkait dengan penerapan desain CoC lacak getah pinus yaitu : a. Pengelolaan tegakan pinus belum yang belum dilakukan secara baik Tegakan pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara masih belum dikelola dengan baik karena belum dilaksanakan sensus pohon dan blok sadap di lapangan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pemantauan produksi getah pinus tiap petak menjadi tidak akurat. Beberapa kesulitan yang terjadi karena tidak adanya sensus pohon antara lain : 1 Pengurangan jumlah pohon akibat pohon mati atau roboh karena bencana tidak dapat teridentifikasi. 2 Batasan blok sadap tidak diketahui secara jelas di lapangan b. Penimbangan getah tidak dilakukan untuk masing-masing penyadap Tidak dilakukannya penimbangan getah terhadap seluruh penyadap di TPG dapat menyebabkan adanya ketidaksesuaian antara hasil pungutan yang diterima dengan hasil penimbangan yang tercatat. Selain itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan penyusutan berat getah secara keseluruhan saat diterima di PGT karena getah pinus yang diterima tidak dapat diidentifikasi keaslian karakteristiknya secara nyata. c. Tidak ada konsistensi pemberian nomor pada drum getah Pentingnya pemberian nomor yang konsisten diperlukan agar penelusuran kembali getah hingga ke fisik wadah dalam rangka CoC dapat dilakukan. Konsistensi nomor tersebut sangat memberi pengaruh besar pada kegiatan penelusuran hasil hutan karena penandaan fisik yang jelas dan konsisten merupakan sistem untuk memudahkan proses sertifikasi Matangaran 2006. d. Dokumentasi alur getah tidak lengkap dan tidak saling terkoneksi Pemberlakuan dokumen dalam rangka CoC belum dilakukan sepenuhnya. Hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya dokumen penerimaan DK 302a dan angkutan FA-HHBK. Dokumen pengangkutan dinilai penting untuk diberlakukan karena penanganan dan inventarisasi produk hasil hutan bukan kayu HHBK selama perjalanan transportasi dari hutan hingga keluar adalah hal yang krusial dalam sertifikasi HHBK sehingga pengadaan dokumen angkutan disinyalir perlu untuk diadakan. Dalam hal pengisian, dokumen- dokumen yang ada masih belum mencantumkan identitas yang konsisten dan saling terkoneksi baik antar dokumen maupun dengan fisik wadah. e. Produksi maksimal getah pinus Hal penting dalam sertifikasi HHBK yang tidak ditemukan dalam SOP milik KPH Banyuwangi Utara adalah perhitungan terhadap produksi maksimal getah pinus. Produksi maksimal getah pinus merupakan suatu upaya untuk memberikan jaminan bahwa getah yang dihasilkan berasal dari tegakan pinus yang telah di kelola secara lestari disamping berfungsi sebagai kontrol pasokan materi getah pinus di PGT yang berasal dari KPH tersertifikasi. Hal tersebut telah diatur dalam prinsip ke-5 dan kriteria ke-6 FSC 1996, bahwa tingkat pemanenan hasil hutan tidak boleh melebihi tingkat yang tidak dapat dilestarikan secara permanen.

5.2 Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yang telah disesuaikan dengan standar FSC mengenai CoC, maka desain CoC lacak getah pinus dapat dibuat dengan mengkombinasikan kedua hal tersebut. Desain yang dibuat meliputi desain pergerakan fisik getah, pemberian tanda pada wadah getah, dan dokumentasi pergerakan getah yang runtut serta saling terkoneksi.

5.2.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus

Desain pergerakan getah merupakan suatu proses yang sistematis dan berjalan secara runtut serta saling terkait antara elemen-elemen pergerakan yang ada. Skema desain pergerakan getah pinus dapat dilihat pada Gambar 5. Desain tersebut merupakan modifikasi dari SOP Pengendalian Pergerakan Aliran Getah Pinus dalam Rangka CoC yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara. Beberapa penambahan dalam alur pergerakan dilakukan agar pola pergerakan dapat berjalan lebih spesifik untuk keperluan CoC. Desain pergerakan getah pinus terdiri dari beberapa tahap. Tahap ke-I merupakan tahap awal dari pergerakan getah. Pada tahap tersebut dilakukan penambahan alur proses seperti pemungutan getah di hutan; penerimaan getah dari penyadap; sortasi mutu, volume dan penimbangan berat getah; separasi menurut mutu dan asal petak; dan pembuatan dokumen DK 302a yang sebelumnya tidak diatur dalam SOP. Adapun penambahan alur proses dilakukan agar pergerakan getah dapat berjalan secara jelas dan runtut. Pelaksanaan keseluruhan alur proses pada tahap ini merupakan hal yang paling krusial dalam penerapan CoC, karena pada tahap tersebut getah harus dapat teridentifikasi dan terseparasi dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh FSC mengenai CoC Gomes et al. 2002. Tahap ke-II merupakan tahap pengendapan getah, agar getah terpisah dari kotoran dan air. Pada tahap ini tidak ada perubahan dari SOP yang telah disusun, karena pada tahap ini proses yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan getah pinus.

Dokumen yang terkait

SISTEM INFORMASI PEMANENAN HASIL HUTAN PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH BANYUWANGI BARAT

0 6 1

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Identifikasi Potensi Limbah Pemanenan Jati di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 15 65

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 4 59

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 13

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 3

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 7

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2