Observasi Lapang Uji Coba Desain CoC Lacak Getah Pinus

Beberapa dasar acuan yang digunakan dalam pembuatan desain Chain of Custody CoC lacak getah pinus antara lain : 1. FSC-STD-01-001 FSC Principle and Criteria for Forest Stewardship 2. FSC-STD-01-003 FSC SLIMF Eligibility Criteria 3. FSC-STD-40-004 FSC Standard for CoC 4. Pedoman LEI Seri 88 5. SOP Penyadapan Getah Pinus KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Tahun 2007 6. SOP Pengandalian Pegerakan Aliran Getah Pinus dalam Rangka COC KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Tahun 2008 7. Petunjuk Penyadapan Getah Pinus Tahun 2006. Biro Bin Prod SDH, Surabaya 8. Permenhut No.P55Menhut2006 Tanggal 29 Agustus 2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal Dari Hutan Negara

3.4.1 Observasi Lapang

Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati seluruh kegiatan penyadapan pinus yakni dari kegiatan penyadapan di hutan, proses penerimaan di TPG, pengangkutan, dan proses penerimaan getah pinus di PGT serta proses pengisian dokumen yang menyertai pergerakan getah pinus. Pengamatan dilakukan untuk membandingkan proses penyadapan getah pinus di lapangan dengan prosedur penyadapan getah pinus yang telah disusun oleh pihak KPH Banyuwangi Utara. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian disesuaikan dengan standar CoC menurut FSC 2004 sebagai dasar pembuatan desain CoC lacak getah pinus.

3.4.2 Pembuatan Desain CoC Lacak Getah Pinus

Pembuatan desain CoC lacak getah pinus dilakukan dengan memodifikasi SOP yang telah dibuat oleh KPH Banyuwangi Utara dengan mengacu pada standar FSC-STD-40-004 mengenai pelaksanaan sistem CoC dan FSC-STD-01- 003 mengenai standar pemanenan yang berdampak rendah. Desain CoC lacak getah pinus merupakan suatu proses pergerakan getah yang jelas dan runtut mengenai pergerakan fisik getah, pemberian tanda pada wadah getah, maupun dokumen yang menyertai pergerakan getah. Pada desain tersebut terdapat penentuan kontrol produksi maksimal yang digunakan untuk mengevaluasi produksi getah pinus agar tidak melebihi standar kelestarian hutan yang tidak dapat dilestarikan secara permanen. Gambar 1. Ket : TPG : Tempat Pengumpulan Getah PGT : Pabrik Gondorukem dan Terpentin : Pergerakan Fisik Getah : Evaluasi produksi getah dengan kontrol produksi maksimal Gambar 1 Skema desain CoC lacak getah pinus

3.4.2.1 Pergerakan Fisik Getah Pinus

Desain pergerakan fisik getah pinus dilakukan dengan memodifikasi SOP Sadapan Getah Pinus dan SOP Pengendalian PergerakanAliran Getah Pinus dalam Rangka CoC dengan standar FSC-STD-40-004 tentang pelaksanaan CoC. Menurut Matangaran 2006, sistem CoC pada kayu harus meliputi pembuatan proses yang spesifik, jelas, dan runtut, sehingga pembuatan desain pergerakan fisik getah dalam rangka CoC juga harus dilakukan dengan memperhatikan hal tersebut dengan beberapa penyesuaian mengingat bentuk getah pinus yang tidak tetap. Proses pembuatan desain pergerakan fisik getah pinus dalam rangka CoC lacak getah meliputi beberapa hal sebagai berikut : 1. Penyadapan getah pinus yang dilakukan didalam hutan oleh para penyadap. 2. Penerimaan getah di TPG yang meliputi penimbangan dan separasi serta pengangkutan getah. PGT Angkutan TPG Hutan WADAH Ember Pikul Asal, no, berat Drum Fiber Asal, no, berat, tgl DOKUMEN Dok. Penerimaan Asal, no, berat, tgl Dok. Penerimaan Asal, no, berat, tgl Dok. Angkutan Asal, no, berat, tgl FISIK GETAH Penyadapan Penerimaan getah Penerimaan getah Pengangkutan PRODUKSI MAKSIMAL 3. Penerimaan getah di PGT untuk mengoreksi kesesuaian isi dokumen dengan kondisi fisik getah yang diterima. Proses pergerakan getah pinus tersebut harus selalu disertai dengan dokumen.

3.4.2.2 Pemberian Tanda Pada Wadah Getah Pinus

Sistematika pelaksanaan Chain of Custody CoC pada getah pinus memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat kompleks pada pemberian tanda fisik, untuk itu penandaan fisik dilakukan pada wadah penampung getah. Untuk kepentingan CoC maka wadah getah perlu diberi identitas yang meliputi : asal getah, bobot getah, nomor dokumen atau wadah getah, mutu, serta identitas lain yang dapat dijadikan mata rantai. Penandaan tersebut harus dilakukan secara jelas dan konsisten agar proses pelacakan balik dapat dilakukan Matangaran 2006. Mekanisme pemberian tanda wadah getah dapar dilihat pada Gambar 2. Identitas wadah Identitas wadah Identitas wadah Identitas wadah Ember penyadap Drum fiber Gambar 2 Mekanisme pemberian tanda pada wadah getah pinus

3.4.2.3 Dokumentasi Pergerakan Getah Pinus

Dokumentasi pergerakan getah pinus dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan No : P.55Menhut-II2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara. Di KPH Banyuwangi Utara, pelaksanaan tata usaha untuk getah pinus telah diatur dalam SOP Pengendalian PergerakanAliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Tahun 2008. Penggunaan dokumen dalam rangka tata usaha getah pinus dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk kepentingan CoC selain penggunaan dokumen, mekanisme pengisian dokumen juga perlu diperhatikan agar getah dapat terlacak. Identitas yang terdapat dalam dokumen harus dapat dijadikan mata rantai serta memiliki kesesuaian TPG Transportasi Industri - BKPH - Petak - Volume - BKPH - Petak - Volume - BKPH - Petak - Volume - BKPH - Petak - Volume Hutan Lestari dengan identitas yang tercantum dalam wadah getah yang meliputi : asal getah, berat getah, mutu, nomor dokumen atau wadah getah, serta informasi lain. Tabel 3 Dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan dan SOP Pengendalian PergerakanAliran Getah Pinus dalam Rangka CoC Permenhut Perhutani Keterangan LP-HHBK DK 302 a Dokumen penerimaan getah di tempat pengumpulan DHHBK DK PHT213 Daftar hasil hutan bukan kayu FA-HHBK FA-HHBK Faktur angkutan LMHHBK Perni 51 Dokumen mutasi hasil hutan bukan kayu Keterangan : LP-HHBK = Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu DHHBK = Daftar Hasil Hutan Bukan Kayu FA-HHBK = Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu LMHHBK = Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu

3.4.2.4 Produksi Maksimal Getah Pinus

Menurut standar FSC-STD-01-001, pengambilan manfaat dari hutan harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat pemanenan yang tidak melebihi tingkat yang dapat dilestarikan secara permanen. Berdasarkan standar tersebut maka perlu dibuat suatu nilai kontrol yang mampu mengevaluasi tingkat pemanenan yang dilakukan agar kelestarian hutan dapat terjaga. Kontrol produksi maksimal merupakan suatu pendekatan dalam melakukan evaluasi untuk menjamin bahwa getah pinus yang dipanen berasal dari hutan yang lestari. Kontrol produksi maksimal pada lacak getah pinus ditentukan dengan melakukan pengukuran produksi nyata di lapangan dan penelusuran data sekunder dari penelitian yang telah ada untuk menduga produksi getah pada tegakan pinus yang belum diketahui produksinya. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian digabungkan untuk memprediksi produksi getah pinus setiap tahunnya selama jangka waktu 5 tahun ke depan. Hal tersebut dilakukan karena setiap pengelola hutan yang sedang dalam proses sertifikasi harus memiliki catatan yang memuat data mengenai input, proses, dan output sesuai dengan kondisi nyata minimal 5 tahun terakhir Gomes et al. 2002. 1. Pengukuran Produksi Nyata Pengukuran produksi nyata dilakukan dalam 3 cara yakni penimbangan getah di hutan untuk mengetahui produksi getah tiap pohon, pengamatan penimbangan getah di TPG, dan perhitungan produksi getah berdasarkan data berat getah di KPH data sekunder. Hasil dari perhitungan ke tiga cara ini kemudian dibandingkan untuk mengetahui alternatif terbaik sebagai dasar penentuan produksi maksimal nyata getah pinus. a. Cara I Penimbangan getah di hutan 1 Mengelompokkan tegakan pinus menjadi beberapa kelas umur KU berdasarkan tahun tanamnya dengan selang umur setiap 5 tahun. 2 Pengambilan sampel petak dengan ketentuan jumlah sampel tiap KU sebanyak 1 petak. Dari petak tersebut diambil sebanyak 30 pohon untuk ditimbang produksi getahnya. Kelas umur yang disadap di KPH Banyuwangi Utara adalah KU VI dan KU VII tabel 4. 3 Pohon yang terpilih diberikan nomor dan diidentifikasi kondisi fisiknya dengan mengambil data berupa diameter, warna kayu, bentuk tajuk, kedalaman alur kulit, ketinggian tempat tumbuh, arah sadap, tinggi pohon, cuaca saat penyadapan, dan jumlah koakan yang ada. 4 Pengukuran berat bersih getah tiap pohon dilakukan dengan cara melakukan penimbangan pada saat pemungutan getah, yaitu setiap 7 hari sekali selama 2 bulan 1 bulan hujan dan 1 bulan kering. Berat bersih getah didapat dengan cara perhitungan sebagai berikut : W Netto = W Netto + Wadah – Wadah Ket : W Netto : Berat bersih getah g Wadah : Berat wadah penampung getahtempurung g Tabel 4 Kondisi petak penelitian berikut pohon contoh yang diambil No PetakKU Luas Ha Total Phn Ph Prod Getah KgPhTh Jumlah PohonHa Pohon contoh 1 73c VI 2,9 743 6,43 221 30 2 75e VII 65 8324 6,75 171 30 Ket : Produksi getah didapat dari hasil pengolahan Laporan Kemajuan Sadapan Pinus dalam 3 tahun terakhir 5 Menentukan produksi getah rata-rata per panen dengan rumus sebagai berikut: n yp = x i n i =1 Ket : yp : Berat getah rata-rata gpohonpanen xi : Berat getah pada pohon ke = i setiap waktu panen g n : Jumlah pohon contoh pohon i : Pohon contoh ke = i 6 Menentukan berat getah per pohon dengan rumus sebagai berikut : y = yp 7 x 1000 Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon Kgpohonhari yp : Berat getah rata-rata gpohonpanen 7 : Waktu panen setiap 7 hari 7 Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus : Y = y x N x 365 Ket: Y : Produksi getah Kgtahunpetak y : Berat getah rata-rata Kgpohonhari N : Total Pohon dalam satu petak petak b. Cara II Pengamatan penimbangan berat getah di TPG : 1 Menentukan tenaga penyadap yang ada di TPG secara acak dengan ketentuan 10 dari keseluruhan penyadap yang mewakili setiap KU. 2 Melakukan pengamatan penimbangan getah yang dilakukan di TPG untuk memperoleh data berat bersih getah dengan alokasi waktu yang disesuaikan dengan waktu pemungutan getah setiap 7 hari sekali. 3 Menentukan produksi getah rata-rata per panen untuk tiap penyadap dengan rumus sebagai berikut n ypn = x i np i =1 Ket: ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap Kgpenyadappanen xi : Berat getah pada penyadap ke = i Kg np : Jumlah penyadap penyadap i : Pohon contoh ke = i 4 Menentukan produksi getah rata-rata per pohon dari semua pohon yang termasuk dalam blok sadapan milik penyadap yang bersangkutan dengan rumus sebagai berikut y = ypn 7 x jml phn Ket : y : Berat getah rata-rata per pohon Kgpohonhari ypn : Berat getah rata-rata tiap penyadap Kgpenyadappanen 7 : Waktu panen setiap 7 hari Jml phn : Jumlah pohon dalam satu blok sadap pohonpenyadap 5 Menentukan produksi rata-rata getah per tahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara I. c. Cara III Perhitungan data berat getah yang terdapat di KPH data sekunder : 1 Mengumpulkan data sekunder di KPH mengenai berat getah dalam 5 tahun terakhir. 2 Mengelompokkan petak-petak yang ada menjadi beberapa KU sesuai dengan tahun tanamnya. 3 Menentukan produksi getah rata-rata pertahun untuk setiap anak petak dengan rumus yang sama seperti pada cara sebelumnya. 2. Pendugaan Produksi Getah Pinus Pendugaan getah pinus dilakukan karena di KPH Banyuwangi Utara hanya terdapat tegakan pinus KU I dan KU II yang belum disadap. Untuk mengetahui produksi getah pada KU tersebut ketika disadap yaitu pada saat mencapai KU III, KU IV atau KU V, maka dilakukan penelusuran data sekunder pada penelitian Wijayanti 2007. Data produksi getah pinus pada penelitian yang dilakukan di KPH Kediri Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tersebut diambil karena memiliki kondisi lapangan yang relatif sama dengan kondisi tegakan pinus di KPH Banyuwangi Utara dari segi ketinggian tempat, iklim, curah hujan, kondisi tanah, dan topogafi Tabel 5. Tabel 5 Kondisi petak penelitian KPH Kediri berikut pohon contoh yang diambil PetakKU Luas Ha Bonita Tahun Tanam Umur th Pohon Contoh 85F KU III 12,4 3 1994 12 5 85E KU IV 13,1 2 1990 16 5 68B KU VI 10,6 3 1982 22 5 Sumber : Wijayanti 2007 Data produksi getah pinus dari hasil penelusuran tersebut kemudian disesuaikan dengan kondisi anak petak yang termasuk KU I dan KU II untuk mengetahui produksi rata-rata getah pinus per tahunnya ketika tegakan tersebut telah memasuki KU III, KU IV, dan KU V yang siap untuk disadap. Perhitungan kisaran produksi untuk menentukan nilai kontrol maksimal dari hasil perhitungan produksi nyata dan pendugaan produksi getah pinus dicari dengan menggunakan metode pendugaan nilai tengah parameter. Rumus yang digunakan dalam metode tersebut adalah sebagai berikut α µ α α α α α − =       + 〈 〈 − − = 〈 〈 − 1 1 2 2 2 2 n s x n s x P T P t t t t Dengan derajat kebebasan v = n-1 dan selang kepercayaan 95 Kontrol produksi maksimal getah pinus diambil dari nilai maksimal yang terdapat pada kisaran tersebut. Nilai produksi maksimal getah pinus yang telah diketahui, digunakan sebagai standar maksimal untuk memprediksi produksi getah pinus yang harus dipenuhi setiap tahunnya. Prediksi tersebut dilakukan terhadap keseluruhan tegakan pinus yang terdapat di KPH Banyuwangi Utara, baik yang saat ini berproduksi maupun yang akan berproduksi dalam kurun waktu 5 tahun ke depan. Implementasi kontrol produksi maksimal getah dilakukan untuk mengevaluasi produksi getah pinus yang dihasilkan oleh KPH Banyuwangi Utara per tahunnya untuk setiap petak yang disadap pada tahun tersebut. Selama produksi getah masih berada di bawah nilai kontrol produksi maksimal maka dapat dikatakan getah tersebut berasal dari hutan yang telah dikelola secara lestari.

3.4.3 Uji Coba Desain CoC Lacak Getah Pinus

Pelaksanaan uji coba desain dilakukan untuk membandingkan antara SOP lacak getah yang disusun oleh KPH Banyuwangi Utara dengan desain CoC lacak getah pinus yang disusun dalam penelitian ini. Ujicoba dilaksanakan pada TPG II Sumber Dilem dan TPG III Matamin selama 2 kali periode pengamatan. Tahapan kerja dalam ujicoba desain CoC lacak getah adalah : 1. Menggambar layout 2. Mengambil keseluruhan drum yang terdapat dalam dokumen penerimaan di PGT yang berasal dari TPG II dan TPG III untuk dijadikan bahan ujicoba desain. 3. Memeriksa informasi yang terdapat di dokumen penerimaan di PGT terhadap informasi yang dapat dijadikan mata rantai pelacakan. Apabila terjadi kegagalan maka dicari penyebabnya, namun jika berhasil pelacakan dilanjutkan untuk dokumen angkutan. 4. Jika pemeriksaan pada dokumen angkutan berhasil maka dilanjutkan dengan memeriksa dokumen penerimaan di TPG. Apabila pemeriksaan dokumen pengangkutan mengalami kegagalan maka di cari penyebabnya. 5. Setelah berhasil menelusuri dokumen penerimaan getah di TPG maka penelusuran dilanjutkan untuk mengetahui kebenaran isi dokumen dengan informasi yang tertera pada fisik drum getah. Apabila pemeriksaan tersebut mengalami kegagalan maka dicari penyebabnya. 6. Pemeriksaan kesesuaian antara dokumen dengan fisik wadah getah dilakukan dengan memeriksa penulisan yang terdapat pada drum yang meliputi asal getah, nomor permanen drum, dan berat drum. Apabila terdapat kesesuaian antara informasi pada drum dengan dokumen, maka getah telah berhasil terlacak Tabel 6. Informasi yang diperiksa pada dokumen tata usaha hasil hutan bukan kayu dalam rangka CoC lacak getah pinus Informasi yang diperiksa pada dokumen No. Dokumen Informasi Lokasi Pemeriksaan 1 Perni 51 Koreksi 1. Asal getah 2. Tanggal 3. No drum konsisten 4. Mutu 5. BeratVolume PGT TPG 2. FA-HHBK DHHBK 1. Asal getah 2. Tanggal 3. No drum konsisten 4. Mutu 5. BeratVolume TPG 3. DK 302a 1. Asal getah 2. Tanggal 3. No drum konsisten 4. Mutu 5. BeratVolume TPG 4 Drum Getah 1. Asal getah 2. No drum konsisten 3. BeratVolume TPG Ket : Dokumen dan informasi secara detil didapat dari hasil pembuatan desain CoC lacak getah

3.4.4 Penentuan Keberhasilan Desain CoC Lacak Getah Pinus

Dokumen yang terkait

SISTEM INFORMASI PEMANENAN HASIL HUTAN PADA PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KPH BANYUWANGI BARAT

0 6 1

Kontribusi pendapatan penyadap getah pinus terhadap kebutuhan rumah tangga masyarakat sekitar hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 3 51

Analisis finansial prospek pengelolaan hutan tanaman pinus di KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 10 111

Identifikasi Potensi Limbah Pemanenan Jati di KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 15 65

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 4 59

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 13

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 3

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 7

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

0 0 2