Besaran Pemanfaatan Fasilitas dan Tingkat Pelayanan Kepelabuhanan di

108 6 TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN OLEH PERIKANAN PANCING RUMPON DAN BIAYA TERKAIT PEMANFAATANNYA

6.1 Besaran Pemanfaatan Fasilitas dan Tingkat Pelayanan Kepelabuhanan di

PPN Palabuhanratu 1 Dermaga dan tambat labuh Dermaga di PPN Palabuhanratu sangat berperan penting bagi kapal pancing rumpon sebagai tempat bertambat, tempat pendaratan hasil tangkapan dan tempat memuat perbekalan melaut. Berdasarkan ukuran kapal pancing rumpon 6 GT, kapal pancing rumpon diperbolehkan untuk bertambat di dermaga I yang diperuntukkan bagi kapal dengan ukuran di bawah 30 GT sub bab 5.2 butir 1. Pada kondisi aktual di lapangan, kapal pancing rumpon yang datang ke PPN Palabuhanratu bertambat di dermaga I dan dermaga II. Hal tersebut dikarenakan kondisi dermaga I yang sudah dipenuhi oleh kapal-kapal lainnya, selain itu juga karena kurangnya ketegasan dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu dalam mengatur tata letak dan posisi bertambat kapal-kapal di PPN Palabuhanratu. Kurang tegasnya pengelola PPN Palabuhanratu juga terlihat dari tidak berjalannya aliran kapal di dermaga dari tempat pendaratan sampai ke tempat pengisian perbekalan melaut. Semua kapal pancing rumpon dan kapal lainnya yang bertambat di dermaga I maupun II mendaratkan hasil tangkapan dan memuat kebutuhan melautnya di dermaga tersebut tanpa adanya perpindahan kapal sesuai aliran kapal. Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa kapal pancing rumpon yang bertambat di dermaga I maupun dermaga II PPN Palabuhanratu sebagian besar bertambat dengan posisi melintang dan hanya sebagian kecil kapal pancing rumpon yang bertambat secara tegak lurus. Kapal-kapal pancing rumpon yang bertambat dengan posisi melintang biasanya berlapis 3 sampai dengan 8 unit kapal pancing rumpon. Rata-rata kapal pancing rumpon yang bertambat di dermaga I tahun 2010 berjumlah 35 unit per hari, sedangkan rata-rata kapal pancing rumpon yang bertambat di dermaga II tahun 2010 berjumlah 10 unit per hari Tabel 28. 109 Tabel 28 Jumlah kapal pancing rumpon yang bertambat dan berlabuh di PPN Palabuhanratu tahun 2010 Hari pengamatan Jumlah kapal unit Dermaga I Dermaga II 1 33 12 2 38 14 3 37 8 4 34 7 5 35 9 6 36 6 7 30 13 8 31 10 9 36 9 10 38 13 Rata-Rata 35 10 Kapal rumpon yang bertambat di PPN Palabuhanratu memiliki ukuran 6 GT, sehingga kapal rumpon ini dikenakan biaya tambat labuh sesuai dengan klasifikasi yang sudah ditetapkan oleh PPN Palabuhanratu Tabel 27 yaitu sebesar Rp 500,00 per hari. Rata-rata biaya tambat labuh kapal rumpon di PPN Palabuhanratu per bulan adalah Rp 5.000,00 per kapal. Pihak pengelola PPN Palabuhanratu menyatakan bahwa masih terdapat sekitar 60 kapal rumpon yang tidak membayar biaya tambat labuh kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu. Nelayan pancing rumpon yang membayar biaya tambat labuh sebagian besar membayar karena didatangi dan diminta membayar oleh petugas pos terpadu II divisi jasa, hanya sebagian kecil nelayan pancing rumpon yang memiliki kesadaran untuk membayar biaya tambat labuh langsung ke pos terpadu II divisi jasa yang berada di samping dermaga II. Tersendatnya pembayaran biaya tambat labuh kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu, kurangnya ketegasan dari pihak pengelola pelabuhan dalam penarikan biaya tambat labuh, serta kurangnya kesadaran nelayan untuk menjalankan kewajibannya membayar biaya tambat labuh. Berdasarkan hasil penilaian oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon PPN Palabuhanratu terhadap tingkat pelayanan dermaga yang terdapat di pelabuhan ini Lampiran 5, diketahui bahwa 15 orang atau 50 responden 110 nelayan pancing rumpon memberikan nilai baik untuk tingkat pelayanan dermaga. Sisanya 9 orang 30 responden nelayan memberikan nilai cukup baik dan 6 orang 20 responden nelayan memberikan nilai kurang baik. Tidak terdapat responden nelayan pancing rumpon yang memberikan nilai sangat baik maupun tidak baik terhadap tingkat pelayanan dermaga di pelabuhan ini. Dengan demikian, secara umum tingkat pelayanan fasilitas dermaga di PPN Palabuhanratu bagi nelayan pancing rumpon adalah baik dan cukup baik. Penilaian ini menurut responden karena kapal masih bisa melakukan aktifitas tambat, membongkar hasil tangkapan dan mengisi perbekalan melaut di dermaga PPN Palabuhanratu. Namun menurut responden, kapal tidak dapat langsung bertambat di dermaga karena telah terdapat kapal lain yang bertambat di dermaga tersebut, sehingga nelayan harus melewati beberapa kapal pada saat pengisian perbekalan melaut. Berikut ini Gambar 41 adalah hasil penilaian oleh 30 responden nelayan tersebut : Gambar 41 Diagram tingkat pelayanan dermaga menurut reponden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. 2 Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan I dan II memiliki peran sebagai tempat badan kapal pancing rumpon berada pada saat ditambat atau dilabuhkan di dermaga pelabuhan. Seperti halnya dermaga II, kolam pelabuhan II juga diisi oleh kapal pancing rumpon untuk berlabuh. Hal ini dikarenakan kondisi kolam pelabuhan I yang 2 4 6 8 10 12 14 16 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 111 sudah dipenuhi oleh kapal-kapal lainnya, selain itu juga karena kurangnya ketegasan dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu dalam mengatur tata letak dan posisi bertambat kapal-kapal di PPN Palabuhanratu. Mahyuddin 2007 menyatakan bahwa berdasarkan kondisi kolam dermaga I yang sudah penuh melebihi kapasitas tampung, maka untuk mengoptimalkan fungsi PPN Palabuhanratu diperlukan penambahan kapasitas kolam pelabuhan atau pengaturan tata letak kapal. Salah satu bukti kurang tegasnya pengelola PPN Palabuhanratu adalah tidak berlakunya kegiatan berlabuh di bagian tengah kolam pelabuhan. Kapal pancing rumpon dan kapal lainnya berlabuh sekaligus bertambat di dermaga secara melintang dan berlapis tanpa adanya aliran kapal seperti seharusnya sub bab 5.2 butir 1. Sikap pengelola yang kurang tegas juga terlihat dari hasil pengamatan di lapangan yang menunjukkan nelayan pancing rumpon mencuci kapal, mencuci palka dan membuang kotoran serta perbekalan yang sudah tidak terpakai ke kolam pelabuhan. Air pencucian dan kotoran tersebut dibuang langsung ke kolam pelabuhan sehingga mencemari kolam pelabuhan dengan sampah, oli, minyak dan limbah lainnya. Nelayan pancing rumpon juga sering memperbaiki dan mencat ulang kapal pancing rumpon di kolam pelabuhan Gambar 42, tanpa memindahkannya ke daerah docking. Hal tersebut membuat kolam pelabuhan bertambah kotor, penuh dan tidak teratur. Hal di atas juga membuktikan bahwa nelayan pancing rumpon kurang menyadari pentingnya menjaga kebersihan kolam pelabuhan. a. Pengecatan kapal b. Pembersihan kapal dari teritip Gambar 42 Perbaikan kapal oleh nelayan di kolam pelabuhan PPN Palabuhanratu tahun 2010. 112 Nelayan pancing rumpon berpendapat bahwa perbaikan dan perawatan kapal dilakukan di kolam pelabuhan karena nelayan tidak mau menaikkan kapalnya ke tempat docking yang harus membayar biaya sewa lahan dan listrik, sementara di kolam pelabuhan hanya dikenakan biaya tambat labuh dan juga tidak dilarang oleh pengelola pelabuhan. Menurut peneliti, pendapat nelayan tersebut adalah salah, karena kolam pelabuhan tidak boleh dikotori dan dicemari dengan buangan- buangan kapal. Menurut Lubis 2006 kolam pelabuhan berfungsi sebagai perairan tempat masuknya kapal yang akan berlabuh untuk melakukan aktifitas bongkar muat dan tempat kapal berputar turning basin. Diketahui jumlah rata-rata kapal pancing rumpon yang berlabuh di kolam pelabuhan I adalah 35 unit per hari Tabel 28, rata-rata ukuran kapal pancing rumpon yang terdapat di PPN Palabuhanratu yaitu p x l x t : 11,50m x 2,68 m x 1,10m Tabel 23 dan luas kolam pelabuhan I keseluruhannya adalah 3.000 m², maka besaran pemanfaatan fasilitas kolam pelabuhan telah dihitung sebagai berikut : Berdasarkan jumlah dan luas rata-rata kapal pancing rumpon yang terdapat di kolam pelabuhan I PPN Palabuhanratu didapatkan luas kolam pelabuhan I yang digunakan oleh kapal pancing rumpon untuk berlabuh yaitu 1.078,70 m². Jika dibandingkan dengan luas kolam pelabuhan I maka secara keseluruhan didapatkan sebesar 36,3 kolam pelabuhan I telah digunakan oleh kapal pancing rumpon untuk berlabuh Lampiran 3 butir 1. Berdasarkan jumlah rata-rata kapal pancing rumpon yang berada di kolam pelabuhan II adalah 10 unit per hari Tabel 28, rata-rata ukuran kapal pancing rumpon yang terdapat di PPN Palabuhanratu yaitu p x l x t : 11,50m x 2,68 m x 1,10m Tabel 23 maka diperoleh luas kolam pelabuhan II yang digunakan oleh kapal pancing rumpon sebesar 308,20 m² Lampiran 3 butir 2. Jika dibandingkan dengan luas kolam pelabuhan II sebesar 2.000m², didapatkan bahwa seluas 15,4 kolam pelabuhan II PPN Palabuhanratu telah dimanfaatkan oleh kapal pancing rumpon untuk berlabuh. Selain besaran pemanfaatan kolam pelabuhan oleh kapal pancing rumpon, juga telah dihitung besaran tingkat pelayanan kolam pelabuhan PPN Palabuhanratu berdasarkan penilaian oleh 30 orang responden nelayan pancing 113 rumpon di pelabuhan ini Lampiran 5. Nilai yang paling banyak diberikan responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan kolam pelabuhan di PPN Palabuhanratu adalah cukup baik 53,3. Nilai dengan peringkat kedua dan ketiga terbanyak adalah baik dengan jumlah 10 orang 33,3 responden dan kurang baik dengan jumlah 4 orang 13,3 responden. Nilai sangat baik dan tidak baik tidak diberikan oleh nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan kolam pelabuhan di PPN Palabuhanratu Gambar 43. Gambar 43 Diagram tingkat pelayanan kolam pelabuhan menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Secara umum tingkat pelayanan kolam pelabuhan tersebut bagi nelayan pancing rumpon adalah cukup baik dan baik. Penilaian yang diberikan tersebut didasarkan pada keadaan kolam pelabuhan yang walaupun padat dan kotor akan tetapi kolam pelabuhan sangat berguna untuk melindungi kapal dan sebagai tempat berlabuhnya kapal. 3 Tempat Pelelangan Ikan TPI Tempat pelelangan ikan merupakan tempat penjualan hasil tangkapan nelayan pancing rumpon dengan cara dilelang. Pelelangan hasil tangkapan bertujuan untuk mencari harga terbaik dan tertinggi dalam penjualan. Namun hasil tangkapan yang didaratkan oleh kapal rumpon di PPN Palabuhanratu tidak dijual 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 114 melalui TPI. Untuk hasil tangkapan tuna, nelayan langsung menjualnya ke perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN Palabuhanratu sub bab 5.2 butir 7 sebagai pembeli. Hasil tangkapan lainnya seperti baby tuna, cakalang dan jangilus langsung dijual kepada pedagang di pasar ikan yang berada di belakang TPI sebagai pembeli. Keadaan nelayan pancing rumpon yang tidak menjual hasil tangkapan di TPI membuat tingkat pemanfaatan TPI oleh nelayan pancing rumpon tidak ada. Alasan nelayan pancing rumpon tidak menjual hasil tangkapannya melalui TPI karena uang hasil lelang tidak bisa langsung diterima setelah pelelangan selesai. Hal ini membuat sebagian besar nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu beranggapan bahwa KUD MMSL sebagai pengelola TPI belum siap dan belum sanggup untuk mengelola TPI. Penilaian 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu secara umum terhadap tingkat pelayanan TPI adalah kurang baik dan tidak baik Gambar 44 . Gambar 44 Diagram tingkat pelayanan TPI menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Berdasarkan Lampiran 5 diketahui bahwa nilai tingkat pelayanan TPI yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah kurang baik dengan jumlah 18 orang 60 dan tidak baik 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m la h r er sp o n d en o ra n g 115 sebanyak 7 orang 23,3. Tidak ada responden nelayan pancing rumpon yang memberikan nilai sangat baik kepada pelayanan TPI di PPN Palabuhanratu Gambar 44. Hal ini menurut nelayan dikarenakan TPI di PPN Palabuhanratu tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan nelayan menjual hasil tangkapan langsung kepada pedagang pengumpul dengan posisi tawar yang lebih rendah, karena tidak ada persaingan harga seperti saat lelang ikan di TPI. Kurang baiknya pelayanan TPI menurut sebagian besar nelayan pancing rumpon dapat menjadi pertimbangan bagi pihak pengelola pelabuhan dan pengelola TPI untuk mengevaluasi kinerja pengelola TPI dan mengambil kebijakan yang terbaik. Pengelola TPI menyatakan bahwa satu sampai dua kali dalam satu bulan perusahaan penanganan dan distribusi tuna akan melaporkan jumlah hasil tangkapan yang dibeli oleh perusahaan dan membayar biaya retribusinya sebesar 3 dari harga beli hasil tangkapan tersebut. Pembayaran retribusi lelang seperti ini disebut dengan “pelelangan semu”, yang memiliki kelemahan antara lain ketidakpastian jumlah hasil tangkapan yang dilaporkan oleh perusahaan penanganan dan distribusi hasil tangkapan tuna kepada TPI 4 Instalasi air bersih Menurut nelayan PPN Palabuhanratu instalasi air bersih dimanfaatkan oleh nelayan pancing rumpon untuk penyediaan air bersih bagi kebutuhan melautnya. Dalam satu kali operasi penangkapan ikan, pancing rumpon membutuhkan 3 blong atau 15 jerigen atau 450 liter air bersih. Jerigen atau blong tersebut akan diangkut oleh buruh angkut dari tempat pengisian air bersih menuju kapal pancing rumpon, dengan biaya Rp 1.000,00 per 10 liter air bersih yang diangkut. Nelayan menyatakan bahwa mereka membeli air bersih langsung kepada CV Eko Mulyo selaku pengelola instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu. Pemesanan dilakukan melalui telepon, dan pembelian dilakukan dengan pembayaran dimuka. Harga yang dikeluarkan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu untuk mendapatkan air bersih dalah Rp 15.000,00 per blong atau Rp 3.000,00 per jerigen air bersih belum termasuk upah angkut. 116 Berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu diketahui penggunaan air bersih oleh kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai 2009 adalah sebagai berikut Tabel 29 : Tabel 29 Penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Bulan Penggunaan air bersih liter 2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 3.900 9.600 13.200 13.500 38.400 2. Februari 5.400 11.100 7.500 7.000 24.600 3. Maret 6.900 11.100 4.200 4.500 24.000 4. April 6.000 12.300 8.400 8.500 28.500 5. Mei 5.100 8.100 12.300 15.000 34.200 6. Juni 5.100 4.800 8.100 8.500 46.200 7. Juli 5.100 3.900 12.600 12.600 33.000 8. Agustus 5.100 5.100 10.500 10.500 34.800 9. September 1.500 4.500 6.000 6.500 22.400 10. Oktober 1.200 1.200 3.600 3.600 39.000 11. November 1.500 4.200 8.400 8.400 42.500 12. Desember 5.100 3.300 7.500 7.500 26.500 Jumlah 51.900 79.200 102.300 106.100 394.100 Rata2 4.325 6.600 8.525 8.842 32.842 Kisaran 1.200 - 6.900 1.200 - 12.300 3.600 - 13.200 3.600 - 15,000 22.400 - 46.200 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 pada Tabel 29 berjumlah 394.100 liter. Rata-rata penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu selama tahun 2009 adalah 32.842 liter. Penggunaan air bersih terbanyak tahun 2009 terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 46.200 liter. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu, yang membuat nelayan menambah jumlah trip mereka pada bulan ini terbukti dari frekuensi masuk keluar kapal pada Tabel 32 sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan air bersih armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan bulan lainnya. 117 Selama tahun 2005 sampai tahun 2009 penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan Gambar 45. Peningkatan penggunaan air bersih paling tajam terjadi pada tahun 2009, jumlah penggunaan air bersih pada tahun ini meningkat sebesar 271,4 dibanding tahun 2008. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Gambar 45 Grafik jumlah penggunaan air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009. Sampai saat ini CV Eko Mulyo masih mampu menyediakan kebutuhan air bersih bagi kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Belum ada keluhan dari nelayan pancing rumpon terkait dengan harga dan ketersediaan air bersih yang disediakan oleh CV Eko Mulyo. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan instalasi air bersih oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kapasitas produksi air bersih CV Eko Mulyo, sehingga kapasitas instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu masih mampu menampung permintaan air bersih dari nelayan pancing rumpon. Selain besaran pemanfaatan instalasi air bersih, juga dihitung penilaian yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan air bersih Lampiran 5. Sebanyak 17 orang 56,7 responden nelayan pancing rumpon tersebut memberikan nilai sangat baik, sebanyak 9 orang 30 - 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah x 1 .0 liter Tahun 118 responden memberikan nilai baik dan 3 orang 10 responden menilai cukup baik terhadap pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu. Tidak ada responden yang memberikan nilai tidak baik kepada pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu. Berikut ini Gambar 46 adalah diagram yang menunjukkan hasil penilaian tingkat pelayanan instalasi air bersih oleh 30 orang responden nelayan tersebut: Gambar 46 Diagram tingkat pelayanan instalasi air bersih menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Berdasarkan gambar di atas dan Lampiran 5 didapatkan informasi bahwa secara umum pelayanan air bersih di PPN Palabuhanratu memiliki tingkat pelayanan cukup baik sampai dengan sangat baik. Menurut pandangan nelayan hal ini terjadi karena instalasi air bersih di PPN Palabuhanratu telah memberikan pasokan air bersih yang mencukupi, bersih, terjangkau harganya dan cara pembeliannya mudah, serta pengelola instalasi air bersih yang ramah. 5 Instalasi BBM Instalasi BBM berfungsi sebagai alat dan tempat bagi nelayan pancing rumpon dalam mendapatkan BBM solar yang merupakan bahan kebutuhan melaut kapal pancing rumpon. Ketersediaan instalasi BBM di PPN Palabuhanratu sangat berperan penting bagi kapal pancing rumpon, karena satu trip pengoperasian pancing rumpon adalah sekitar 5 sampai 7 hari di laut yang 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r ess p o n d en o ran g 119 membutuhkan solar sebanyak 300 liter. Penggunaan logistik BBM untuk kapal rumpon di PPN Palabuhanratu dari tahun 2005 sampai 2009 berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu adalah sebagai berikut Tabel 30 : Tabel 30 Penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Bulan Penggunaan BBM liter 2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 3.900 12.800 13.200 13.200 21.300 2. Februari 5.400 14.800 7.500 7.500 24.600 3. Maret 6.900 14.800 4.200 4.205 27.600 4. April 6.000 16.400 5.600 5.603 25.500 5. Mei 5.100 10.800 8.200 8.201 28.200 6. Juni 5.100 6.400 5.400 5.400 38.100 7. Juli 5.100 5.200 8.400 8.412 33.000 8. Agustus 5.100 6.800 7.000 7.000 34.800 9. September 1.500 6.000 4.000 4.000 29.400 10. Oktober 1.200 1.600 2.400 2.400 27.000 11. November 1.500 5.600 5.600 5.600 22.500 12. Desember 5.100 4.400 5.000 5.000 13.200 Jumlah 51.900 105.600 76.500 76.521 325.200 Rata2 4.325 8.800 6.375 6.377 27.100 Kisaran 1.200 - 6.900 1.600 - 16.400 2.400 - 13.200 2.400 - 13.200 13.200 - 38.100 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 325.200 liter dengan rata-rata 27.100 liter per bulan atau dengan kisaran 13.200 – 38.100 liter perbulan. Penggunaan BBM terbanyak oleh perikanan pancing rumpon tahun 2009 terjadi pada bulan Juni dengan jumlah 38.100 liter. Sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu dan Tabel 32 yang menyatakan bahwa jumlah trip frekuensi masuk keluar kapal pada bulan ini paling banyak, sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan BBM armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan dengan bulan lainnya. 120 Selama tahun 2005 sampai tahun 2009 penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami peningkatan Gambar 47. Peningkatan paling tajam terjadi pada tahun 2009, penggunaan BBM pada tahun ini meningkat sebesar 325 dari tahun 2008. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Tabel 47 Grafik jumlah penggunaan BBM oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009. Nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu membeli BBM tersebut menggunakan jerigen-jerigen plastik ke perusahaan penyalur BBM di PPN Palabuhanratu. Walaupun di PPN Palabuhanratu terdapat 2 perusahaan penyalur BBM untuk kapal di bawah 30 GT sub bab 5.2 butir 5, namun sebagian besar nelayan pancing rumpon memilih untuk membeli BBM tersebut dari SPBN milik KUD MMSL. Nelayan pancing rumpon tidak dapat membeli BBM dari PT Paridi Asyudewi karena SPBN ini hanya menjual BBM nya kepada kapal diatas 30 GT kapal Longline. Walaupun harga BBM KUD MMSL dengan PT Mekartunas Rayasejati sama, namun nelayan pancing rumpon lebih memilih membeli BBM ke KUD MMSL. Pemilihan ini didasarkan pada biaya pengangkutan BBM dari masing-masing tempat. Letak SPBN milik KUD MMSL di dermaga I membuat nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya angkut dari SPBN ke atas kapal yang umumnya bertambat di dermaga I. Sedangkan jika dibandingkan dengan membeli BBM dari PT Mekartunas Rayasejati yang terletak di dermaga II nelayan perlu - 50 100 150 200 250 300 350 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah x 1 .0 liter Tahun 121 mengeluarkan biaya angkut sebesar Rp 100,00 per liter. Selain itu menurut nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu pelayanan yang diberikan KUD MMSL dirasa lebih baik dan nelayan diperbolehkan untuk berhutang terlebih dahulu. Nelayan pancing rumpon menyatakan bahwa mereka terkadang tidak dapat membeli BBM dari KUD MMSL karena kuota BBM KUD MMSL sebesar 136.000 liter per bulan sub bab 5.2 butir 5 telah habis terjual. Jika hal tersebut terjadi maka nelayan pancing rumpon dapat membeli BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati yang memiliki kuota 600.000 liter per bulan. Namun kondisi aktual di lapangan memperlihatkan bahwa nelayan pancing rumpon lebih memilih membeli BBM ke SPBU milik pertamina yang terletak di samping PPN Palabuhanratu daripada membeli BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati. Hal ini menurut nelayan pancing rumpon karena harga BBM di kedua tempat sama, biaya angkut dari kedua tempat sama, sedangkan jarak pengangkutan dari SPBU lebih dekat. Administrasi untuk pembelian BBM kepada PT Mekartunas Rayasejati dianggap nelayan lebih rumit dan pelayanan yang diberikan dirasa kurang ramah. Tidak mencukupinya kuota BBM milik KUD MMSL dikarenakan secara umum nelayan armada perikanan lainnya yang dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu membeli BBM kepada KUD MMSL dengan alasan yang sama dengan nelayan pancing rumpon, sehingga kuota BBM milik KUD MMSL tidak mencukupi untuk mensuplai seluruh kebutuhan armada perikanan dibawah 30 GT tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan mencari tingkat pemanfaatan TP instalasi BBM milik KUD MMSL oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. Rata-rata penggunaan BBM yang digunakan oleh seluruh kapal perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 350.058 liter per bulan Statistik PPN Palabuhanratu, 2010 dan kapasitas produksi BBM KUD MMSL hanyalah 136.000 liter per bulan. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 4 butir 1 didapatkan bahwa besaran pemanfaatan seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu terhadap BBM dari KUD MMSL adalah 257,4. Oleh karena BBM yang disediakan oleh KUD MMSL hanya berjumlah 136.000 liter perbulan, maka ada 214.058 liter 157,4 BBM lagi yang belum 122 atau tidak dapat disediakan oleh KUD MMSL per bulannya. Dapat juga diartikan bahwa tingkat pemanfaatan instalasi BBM milik KUD MMSL oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu sebenarnya lebih besar jika dibandingkan dengan kapasitas produksi BBM KUD MMSL. Dengan demikian kapasitas produksi BBM KUD MMSL belum mampu menampung permintaan BBM solar dari seluruh armada dibawah 30 GT termasuk armada pancing rumpon.. Selisih kapasitas produksi KUD MMSL dan besaran penggunaan BBM di atas itulah yang kemudian seharusnya dapat disuplai oleh PT Mekartunas Rayasejati jika kapasitas produksi BBM milik KUD MMSL telah habis. Namun karena nelayan pancing rumpon maupun nelayan armada perikanan dibawah 30 GT lainnya lebih memilih membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu, maka kapasitas produksi BBM milik PT Mekartunas Rayasejati tidak termanfaatkan secara optimal. Jika nelayan tidak membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu, kapasitas produksi BBM KUD MMSL dan PT Mekartunas Rayasejati masih mampu mensuplai seluruh kebutuhan BBM armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan pada Lampiran 4 butir 2 yaitu perbandingan antara kapasitas produksi BBM KUD MMSL dan PT Mekartunas Rayasejati 736.000 liter per bulan dengan penggunaan BBM yang digunakan oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 350.058 liter per bulan Statistik PPN Palabuhanratu, 2010. Perbandingan tersebut menghasilkan besaran pemanfaatan BBM kedua perusahaan tersebut oleh seluruh armada perikanan dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu adalah 47,6. Dari 350.058 liter per bulan 257,4 pemanfaatan instalasi BBM milik KUD MMSL di PPN Palabuhanratu oleh seluruh armada dibawah 30 GT di PPN Palabuhanratu, sebanyak 27.100 liter per bulan 19,9 BBM tersebut dimanfaatkan oleh armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu Lampiran 4 butir 3. Seperti halnya pemenuhan BBM keseluruhan armada dibawah 30 GT di atas, jika nelayan pancing rumpon tidak membeli BBM ke SPBU di samping PPN Palabuhanratu seharusnya kapasitas produksi KUD MMSL dan PT Mekartunas 123 Rayasejati mampu mensuplai kebutuhan BBM kesemua armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu yang hanya 2,4 dari kapasitas produksi kedua perusahaan tersebut Lampiran 4 butir 4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nelayan pancing rumpon membeli BBM ke SPBU milik pertamina di samping PPN Palabuhanratu bukan karena kapasitas produksi perusahaan penyalur BBM di PPN Palabuhanratu yang tidak mencukupi. Hal tersebut lebih dikarenakan faktor biaya, jarak dan pelayanan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain tingkat pemanfaatan fasilitas seperti di atas, dapat juga dihitung penilaian tingkat pelayanan instalasi BBM yang diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 5 diketahui bahwa sebanyak 11 orang 36,7 responden memberikan nilai sangat baik, 15 orang 50 responden memberikan nilai baik dan 3 orang 10 responden memberikan nilai cukup baik. Tidak terdapat responden pancing rumpon yang memberikan nilai tidak baik terhadap pelayanan instalasi BBM ini Gambar 48. Gambar 48 Diagram tingkat pelayanan instalasi BBM menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Dengan demikian diketahui bahwa secara umum nilai yang diberikan oleh responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan instalasi BBM di 2 4 6 8 10 12 14 16 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 124 PPN Palabuhanratu yaitu cukup baik sampai dengan sangat baik. Nelayan memberikan nilai cukup baik sampai dengan sangat baik karena menurut pendapat nelayan instalasi BBM sudah dapat menyediakan, memenuhi dan melayani kebutuhan BBM nelayan dengan baik dan harganya terjangkau. Walaupun menurut nelayan prosedur pembelian BBM panjang karena melewati persetujuan pihak pelabuhan terlebih dahulu sub bab 5.2 butir 5. 6 Pengadaan es Pabrik es berfungsi sebagai produsen es balok yang merupakan kebutuhan melaut kapal pancing rumpon dan sangat berperan penting sebagai bahan mempertahankan mutu hasil tangkapan. Armada pancing rumpon membutuhkan 45 balok es dalam sekali operasinya. Penggunaan logistik es balok untuk kapal rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005 sampai 2009 terlihat pada Tabel 31 : Tabel 31 Penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009 Bulan Penggunaan Es balok 2005 2006 2007 2008 2009 1. Januari 130 320 1.760 1.770 2.880 2. Februari 180 370 1.000 1.080 3.360 3. Maret 230 370 560 760 3.680 4. April 200 410 1.120 1.120 3.400 5. Mei 170 270 2.050 2.030 3.800 6. Juni 170 160 1.080 1.060 5.080 7. Juli 170 130 1.680 1.700 4.440 8. Agustus 170 170 1.400 1.480 4.400 9. September 50 150 800 960 4.080 10. Oktober 40 40 480 580 3.760 11. November 50 140 1.120 1.120 3.080 12. Desember 170 110 1.250 1.330 1.760 Jumlah 1.730 2.640 14.300 14.990 43.720 Rata2 144 220 1.192 1.249 3.643 Kisaran 40 - 230 40 - 410 480 - 2.050 580 - 2030 1.760 -5.080 Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Penggunaan es balok oleh kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 berjumlah 43.720 balok es dengan rata-rata 3.643 balok es per bulan. 125 Penggunaan es balok terbanyak oleh perikanan pancing rumpon tahun 2009 terjadi pada bulan Juni sebanyak 5.080 balok es. Hal ini sesuai dengan penjelasan Tabel 25 yang menyatakan bahwa bulan Juni adalah bulan puncak hasil tangkapan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu, yang membuat nelayan menambah jumlah trip mereka pada bulan ini terbukti dari frekuensi masuk keluar kapal padaTabel 32 sehingga mengakibatkan pada bulan ini kebutuhan es balok armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu paling banyak dibandingkan dengan bulan lainnya. Selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu cenderung meningkat Gambar 49. Peningkatan penggunaan es balok paling tajam terjadi pada tahun 2009, jumlah pada tahun ini meningkat sebesar 191,66 dibandingkan tahun 2008. Sumber : PPN Palabuhanratu, 2010 b data diolah kembali Gambar 49 Grafik jumlah penggunaan es balok oleh perikanan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2005-2009. Karena pabrik es tidak terdapat di atas lahan PPN Palabuhanratu, nelayan pancing rumpon membeli es balok dari pabrik es Sumber Makmur Tirta Jaya Palabuhanratu atau pabrik es Sari Petojo Sukabumi. Nelayan pancing rumpon yang membutuhkan es balok memesan es tersebut melalui agen penyalur es balok KUD MMSL yang terdapat di PPN Palabuhanratu. - 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2005 2006 2007 2008 2009 Ju m lah x 1 .0 b alo k Tahun 126 Agen penyalur es tersebut yang kemudian berhubungan dengan pihak pabrik es dalam pemesanan es balok. Es balok tersebut dikirim dari pabrik es menggunakan truk yang dilindungi terpal atau mobil boks. Pembayaran dilakukan dimuka sesuai pesanan dengan harga Rp 17.000,00 per balok. Nelayan pancing rumpon membayar harga es tersebut kepada agen penyalur es. Harga tersebut sudah termasuk biaya pendistribusian, upah penghancuran es balok menjadi es curah, upah buruh angkut dan keuntungan agen penyalur es. Karena KUD MMSL tidak pernah melakukan tugasnya sebagai agen penyalur es, maka nelayan pancing rumpon memesan langsung kepada pabrik es. Nelayan langsung membayar biaya es kepada petugas pengantar es balok dari pabrik es. Walaupun nelayan langsung memesan kepada pabrik es, namun pabrik es tetap harus membayar fee kepada KUD MMSL selaku agen resmi PPN Palabuhanratu sebesar Rp 200,00 per balok es yang terjual. 7 Perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna Dari tiga perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN Palabuhanratu sub bab 5.2 butir 7, hanya terdapat 2 perusahaan yang berhubungan dengan perikanan pancing rumpon yaitu PT Jaya Mitra Awi dan PT Karya Maju Ape. PT Tuna Tunas Mekar Toni hanya membeli tuna hasil tangkapan longline. Perusahaan Jaya Mitra dan Karya Maju berperan dalam membeli hasil tangkapan tuna yang merupakan hasil tangkapan utama pancing rumpon, kemudian hasil tangkapan tersebut ditangani dan didistribusikan dengan tujuan nasional maupun ekspor. Nelayan pancing rumpon menyatakan bahwa penjualan hasil tangkapan tuna kepada perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna dilakukan dengan sistem langganan dan kepercayaan. Biasanya setelah bertambat di dermaga, nelayan pancing rumpon akan mengabarkan kedatangannya kepada perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna untuk memastikan nelayan tersebut dapat menjual hasil tangkapannya kepada perusahaan tersebut. Setelah ada kepastian barulah nelayan pancing rumpon membongkar hasil tangkapan tuna dan hasil tangkapan tersebut langsung dibawa 127 menuju perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna tersebut di PPN Palabuhanratu. Pengangkutan hasil tangkapan tuna menuju perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna dilakukan dengan menggunakan gerobak milik kuli angkut dengan upah Rp 10.000,00 untuk sekali angkut. Rata-rata dalam sekali pendaratan hasil tangkapan dilakukan pengangkutan sebanyak 1 sampai 3 kali angkut. Hasil tangkapan tuna dengan mutu paling baik dibeli oleh perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna dengan harga Rp 30.000,00 per kilogram, harga itu terus berkurang sesuai dengan kemunduran mutu hasil tangkapan tuna yang dijual oleh nelayan pancing rumpon. Pembayaran dilakukan langsung setelah penanganan dicek mutunya hasil tangkapan tuna di perusahaan tersebut selesai dan pembayaran langsung dilakukan dari perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna kepada nelayan pancing rumpon tanpa melalui TPI. Menurut nelayan pancing rumpon dan ketiga perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna, sampai saat ini semua hasil tangkapan tuna dari kapal pancing rumpon masih mampu ditampung dan dibeli oleh kedua perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa daya beli dan daya tampung ketiga perusahaan penanganan dan pendistribusian hasil tangkapan tuna di PPN Palabuhanratu lebih besar dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan tuna yang ditawarkan selama ini 32.819 kg per bulan. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 didapatkan nilai tingkat pelayanan perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna yang terdapat di PPN Palabuhanratu oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon adalah sangat baik sebanyak 7 orang 23,3 responden, baik sebanyak 17 orang 56,7 responden dan nilai cukup baik sebanyak 4 orang 17,3 responden. Tidak terdapat responden yang memberikan nilai tidak baik. Secara umum responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memberikan nilai dengan kategori cukup baik sampai dengan sangat baik kepada pelayanan yang diberikan oleh perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna yang terdapat di PPN Palabuhanratu Gambar 50. Pemberian nilai tersebut didasarkan karena perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna di PPN 128 Palabuhanratu mampu membeli semua hasil tangkapan tuna yang didaratkan oleh nelayan tersebut dan ikan dibayar tidak lama setelah penyerahan ikan dilakukan. Gambar 50 Diagram tingkat pelayanan perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. 8 Pasar Ikan Pasar ikan yang terdapat di PPN Palabuhanratu merupakan tempat menjual hasil tangkapan sampingan perikanan pancing rumpon sub bab 5.1 butir 4 di PPN Palabuhanratu. Pasar ikan yang menjadi tempat penjualan hasil tangkapan sampingan dari armada pancing rumpon adalah pasar ikan yang terdapat di belakang TPI. Hasil tangkapan tersebut dijual kepada pedagang besar atau kepada pedagang pengecer yang terdapat di pasar ikan tersebut. Hasil tangkapan sampingan pancing rumpon tersebut akan ditangani dan didistribusikan dengan tujuan lokal dan nasional. Hasil tangkapan baby tuna atau tuna-tuna kecil dan cakalang dijual dengan harga rata-rata Rp 12.000,00 per kilogram dan hasil tangkapan jangilus dijual dengan harga rata-rata Rp 22.500,00 per kilogram. Penjualan langsung terjadi diantara nelayan pancing rumpon dengan pedagang tanpa melibatkan TPI. Menurut nelayan pancing rumpon, saat ini semua hasil tangkapan sampingan pancing rumpon masih mampu dibeli dan ditampung oleh pedagang- 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 129 pedagang ikan di pasar ikan yang terdapat di belakang TPI, sehingga dapat diartikan bahwa kapasitas daya beli dan daya tampung pasar ikan yang terdapat di belakang TPI masih lebih besar jika dibandingkan dengan pemanfaatannya. Penilaian responden nelayan pancing rumpon terhadap tingkat pelayanan pasar ikan di PPN Palabuhanratu secara umum mendapatkan nilai dengan kategori yang cukup baik sampai dengan sangat baik. Nilai tersebut didapatkan dari perhitungan pada Lampiran 5 yang didasarkan pada pemberian nilai oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon. Enam belas orang 53,3 responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu memberikan nilai sangat baik, 10 orang 33,3 responden memberikan nilai baik dan 2 orang 6,7 responden memberikan nilai cukup baik bagi pelayanan pasar ikan yang terdapat di PPN Palabuhanratu. Tidak ada responden nelayan pancing rumpon yang memberikan nilai tidak baik pada pasar ikan di PPN Palabuhanratu Gambar 51. Gambar 51 \ Diagram tingkat pelayanan pasar ikan menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Menurut responden nelayan penilaian di atas diberikan karena pasar ikan di PPN Palabuhanratu masih mampu menampung hasil tangkapan sampingan pancing rumpon. Terdapat banyak pedagang di pasar ikan yang siap membeli hasil tangkapan sampingan pancing rumpon. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah re sp o n d e n o ra n g 130 9 Syahbandar Syahbandar merupakan instansi pemerintah yang mengeluarkan perizinan dan tempat pembuatan surat-surat kapal pancing rumpon. Terdapat dua unit Syahbandar di PPN Palabuhanratu yaitu Syahbandar Umum dan Syahbandar Perikanan sub bab 5.2 butir 10. Sesuai dengan penjelasan pada sub bab 5.2 butir 10, syahbandar yang bertugas mengeluarkan perizinan dan surat untuk kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu adalah Syahbandar Perikanan PPN Palabuhanratu. Surat perizinan kapal yang harus dimiliki oleh nelayan pancing rumpon yang dikeluarkan oleh Syahbandar Perikanan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan surat tersebut adalah : - Surat Izin Berlayar SIB dengan biaya lebih kurang Rp 5.000.000,00 - Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI Rp 400.000,00 - Surat Izin Usaha Perikanan SIUP Rp 400.000,00 - Pas Kecil denga biaya Rp 150.000,00 - Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan STBLKK tanpa biaya Menurut Syahbandar Perikanan, sebagian besar kapal pancing rumpon telah memiliki surat-surat diatas walaupun tidak lengkap. Jenis surat yang umum dimiliki oleh kapal pancing rumpon adalah SIB, pas kecil dan STBLKK, sedangkan untuk SIPI dan SIUP tidak dimiliki oleh seluruh armada pancing rumpon di PPN Palabuhanratu. Sesuai dengan penjelasan pada sub bab 5.2 butir 10 mengenai masa berkalu surat-surat kapal, maka SIB dibuat pertama kali oleh armada pancing rumpon pada saat kapal baru selesai dibuat dan belum pergi melaut dengan masa berlaku 5 tahun, pas kecil dibuat setiap tahun dan STBLKK dibuat setiap berangkat dan pulang melaut. Sampai saat ini masih terdapat kapal pancing rumpon yang tidak memiliki satu pun dari kelima surat-surat di atas, atau ada juga kapal pancing rumpon yang hanya membuat STBLKK saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak nelayan, diketahui bahwa pembuatan surat perizinan yang mahal membuat sebagian besar nelayan pancing rumpon tidak membuat surat-surat tersebut. Hal yang paling mendasar yang menyebabkan sebagian besar nelayan pancing rumpon tidak membuat surat - surat 131 tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran nelayan pancing rumpon akan kewajibannya untuk membuat surat perizinan. Contohnya pada pembuatan STBLKK yang tidak memerlukan biaya dalam pembuatannya, masih saja banyak nelayan pancing rumpon yang tidak membuat surat tersebut. Jumlah STBLKK dan perbandingannya terhadap frekuensi keluar dan masuknya kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu terdapat pada Tabel 32 berikut ini : Tabel 32 Jumlah STBLKK yang diajukan nelayan pancing rumpon dan yang dikeluarkan oleh syahbandar perikanan, serta perbandingannya terhadap frekuensi keluar masuk kapal di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Bulan A unit B lembar Fekuensi kapal C Keluar Masuk Keluar 4:3 Masuk 5:3 1 2 3 4 5 6 7 1. Januari 38 71 72 71 101,4 100 2. Februari 51 82 84 82 102,4 100 3. Maret 42 92 92 92 100 100 4. April 47 85 85 85 100 100 5. Mei 49 94 95 95 101,1 101,1 6. Juni 64 127 127 127 100 100 7. Juli 51 110 111 110 100,9 100 8. Agustus 62 116 110 116 94,8 100 9. September 58 98 102 99 104,1 101,0 10. Oktober 51 90 94 94 104,4 104,4 11. November 47 75 77 75 102,7 100 12. Desember 31 44 44 44 100 100 Jumlah 519 1.084 1.093 1.090 100,8 100,6 Rata-rata 43 90 91 91 101,1 101,1 Kisaran 38-64 44-127 44-127 44-127 84,8-104,4 100-104,4 Sumber : Syahbandar Perikanan PPN Palabuhanratu, 2010 data diolah kembali Keterangan : A = Jumlah kapal pancing rumpon yang membuat STBLKK B = Jumlah surat STBLKK yang dikeluarkan Syahbandar Perikanan C = Persentase frekuensi kapal keluar masuk terhadap jumlah STBLKK yang dikeluarkan syahbandar perikanan Rata-rata jumlah kapal pancing rumpon yang membuat surat STBLKK ke Syahbandar Perikanan tahun 2009 di PPN Palabuhanratu menurut Tabel 32 di atas adalah 43 unit dengan kisaran 38 sampai dengan 64 unit. Jika kisaran jumlah kapal pancing rumpon yang membuat STBLKK tersebut dibandingkan dengan keseluruhan kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2009 yang 132 berjumlah 65 unit Tabel 22, maka berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5 diketahui bahwa antara rata-rata 34 kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tidak membuat STBLKK per tahunnya atau dengan kisaran 1,5 sampai dengan 41,5 kapal pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tidak membuat surat STBLKK setiap bulannya. Selanjutnya Tabel 32 juga memberikan informasi bahwa STBLKK yang dikeluarkan oleh Syahbandar Perikanan untuk kapal pancing rumpon PPN Palabuanratu tahun 2009 berjumlah 1.084 lembar dengan rata-rata 90 lembar STBLKK per bulan. Pada tahun 2009 Syahbandar Perikanan mengeluarkan STBLKK terbanyak pada bulan Juni dengan jumlah 127 lembar, sedangkan jumlah paling sedikit adalah 44 lembar pada bulan Desember. Rata-rata jumlah STBLKK yang dikeluarkan oleh Syahbandar Perikanan PPN Palabuhanratu tahun 2009 tersebut hampir sama dengan frekuensi kapal yang keluar masuk PPN Palabuhanratu yang didapatkan dari buku laporan tahunan PPN Palabuhanratu tahun 2010. Secara tidak langsung kesamaan tersebut mengartikan bahwa semua kapal yang keluar masuk PPN Palabuhanratu membuat STBLKK, namun hal ini tidak sesuai dengan perbandingan jumlah kapal yang membuat STBLKK dengan jumlah keseluruhan kapal pancing rumpon, serta keterangan Syahbandar Perikanan dan nelayan pancing rumpon yang menyatakan bahwa tidak semua kapal pancing rumpon yang melaut membuat STBLKK. Dengan demikian peneliti mengambil kesimpulan bahwa frekuensi keluar dan masuk kapal yang dilaporkan oleh pengelola PPN Palabuhanratu hanya berisikan kapal pancing rumpon yang membuat STBLKK, tidak termasuk kapal pancing rumpon yang masuk dan keluar PPN Palabuhanratu tanpa membuat STBLKK. Hal ini juga mengartikan bahwa tidak ada pengawasan dan pencatatan harian jumlah kapal yang masuk dan keluar PPN Palabuhanratu oleh pengelola PPN Palabuhanratu secara langsung di lapangan. Berdasarkan hasil penilaian oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon PPN Palabuhanratu terhadap tingkat pelayanan Syahbandar Perikanan di PPN Palabuhanratu diketahui bahwa 4 orang 13,3 responden memberikan nilai sangat baik, 7 orang 23,3 responden menilai baik dan 14 orang 46,7 responden memberikan nilai cukup baik. Pada penilaian ini 5 orang 16,7 133 responden menilai kurang baik dan tidak terdapat responden yang menilai tidak baik Lampiran 5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pelayanan Syahbandar Perikanan menurut 30 orang responden nelayan pancing rumpon adalah cukup baik sampai dengan sangat baik. Nilai tersebut diperlihatkan seperti pada Gambar 52 berikut ini: Gambar 52 Diagram tingkat pelayanan Syahbandar Perikanan menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. 10 Kantor administratif PPN Palabuhanratu Kantor administratif PPN Palabuhanratu bagi nelayan pancing rumpon berperan dalam memberikan pelayanan mengenai surat-menyurat, perizinan, pelatihan, informasi cuaca dan gelombang laut, informasi hasil tangkapan, bantuan permodalan dan lain-lainnya. Nelayan pancing rumpon saat ini mudah untuk memperoleh informasi cuaca, gelombang dan arus dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu. Informasi tersebut didapat dari papan billboard milik PPN Palabuhanratu yang terdapat di dermaga I atau disampaikan langsung oleh pengelola pelabuhan. Informasi daerah yang berpotensi banyak terdapat ikan diberikan oleh pengelola PPN Palabuhanratu dalam bentuk peta perkiraan DPI yang didapatkan dari hasil riset Badan Riset Kelautan dan Perikanan-Kementrian Kelautan dan 2 4 6 8 10 12 14 16 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r es p o n d en o ran g 134 Perikanan. Data ini di update dua hari sekali oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan dan dikirimkan ke PPN Palabuhanratu melalui email atau dapat langsung diambil oleh pengelola PPN Palabuhanratu dari situs Kementrian Kelautan dan Perikanan KKP.go.id. Informasi ini disebarkan oleh pengelola PPN Palabuhanratu dalam bentuk fotokopian, namun umumnya harus diminta oleh nelayan pancing rumpon kepada petugas administrasi kantor PPN Palabuhanratu secara langsung. Sesuai dengan penjelasan pada sub bab 5.2 butir 10, pada saat kapal pancing rumpon melakukan pendaratan hasil tangkapan tidak selalu terdapat petugas dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu yang mengawasi dan mencatat jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Petugas tersebut tidak melakukan penimbangan jumlah berat hasil tangkapan yang didaratkan, melainkan hanya memperkirakan dari ukuran wadah hasil tangkapan atau menanyakan kepada nelayan pancing rumpon jenis dan jumlah berat hasil tangkapan yang didaratkan. Selain hal di atas nelayan pancing rumpon juga telah mendapatkan beberapa kali pengarahan baik dari pihak pengelola PPN Palabuhanratu secara mandiri, maupun bekerjasama dengan DKP Kabupaten Sukabumi. Pengarahan tersebut antara lain mengenai keselamatan kapal, pemasangan rumpon dan kesadaran administrasi kepelabuhanan. Terdapat nelayan pancing rumpon yang juga mendapatkan bantuan dari KKP atau dari DKP Kabupaten Sukabumi. Contoh bantuan tersebut berupa kapal dan rumpon. Pelayanan kantor administratif PPN Palabuhanratu yang seperti di atas secara umum mendapatkan nilai baik sampai dengan sangat baik dari 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuahnratu. Menurut Gambar 53 dan Lampiran 5 diketahui bahwa 21 orang 70 responden nelayan pancing rumpon yang memberikan penilaian terhadap tingkat pelayanan kantor administratif PPN Palabuhanratu memberikan nilai sangat baik terhadap pelayanan kantor administratif PPN Palabuhanratu. Sisanya yaitu 9 orang 30 responden nelayan memberikan nilai baik bagi tingkat pelayanan kantor administratif PPN Palabuhanratu. Hal ini mengartikan tidak ada nelayan yang memberikan nilai cukup baik, kurang baik ataupun tidak baik bagi tingkat pelayanan kantor administratif PPN Palabuhanratu. 135 Gambar 53 Diagram tingkat pelayanan kantor administratif menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. 11 Docking Docking merupakan tempat bagi nelayan pancing rumpon melakukan pembuatan kapal, perawatan kapal dan perbaikan kapal. Docking yang dikelola oleh PT CKU secara umum digunakan oleh nelayan pancing rumpon sebagai tempat perbaikan dan perawatan kapal dan docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu secara umum digunakan sebagai tempat pembuatan kapal oleh nelayan pancing rumpon. Hal ini sesuai dengan fungsi masing-masing bagian docking seperti yang dijelaskan pada sub bab 5.2 butir 11. Namun tidak semua kegiatan tersebut dilakukan di docking PPN Palabuhanratu, kegiatan perawatan dan perbaikan kapal lebih sering dilakukan oleh nelayan pancing rumpon di kolam pelabuhan. Nelayan pancing rumpon beralasan bahwa perawatan dan perbaikan kapal dapat dilakukan di kolam pelabuhan. Nelayan juga menyatakan keberatan jika mereka harus mengeluarkan upah menarik kapal ke area docking, membayar sewa tanah dan listrik docking, sedangkan kegiatan tersebut harus dilakukan sendiri tanpa bantuan dari pihak pengelola docking PT CKU. Jika nelayan pancing rumpon melakukan kegiatan tersebut di kolam pelabuhan, maka nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya tersebut. 5 10 15 20 25 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 136 Docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu tidak melayani pembuatan kapal pancing rumpon, pengelola PPN Palabuhanratu hanya menyewakan lahan docking kepada nelayan pancing rumpon dan menyediakan instalasi listrik yang harus dibayar oleh nelayan pancing rumpon. Semua kegiatan pembuatan kapal dilakukan sendiri oleh nelayan atau diupahkan kepada pihak lain. Walaupun begitu secara umum nelayan pancing rumpon membuat kapalnya di docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu, karena pembuatan kapal tidak dapat dilakukan di kolam pelabuhan. Biaya sewa lahan docking diberikan berdasarkan luas lahan yang dipakai untuk kegiatan tersebut dan lamanya pemakaian seperti rumus yang terdapat pada sub bab 5.2 butir 12. Pembayaran biaya sewa lahan dilakukan jika kegiatan pembuatan kapal telah selesai dilakukan sekaligus dengan pembayaran listrik yang digunakan dalam kegiatan tersebut. Pada kondisi aktual di lapangan nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu banyak yang tidak membayar biaya sewa lahan docking baik kepada pihak pengelola PPN Palabuhanratu maupun CV Citra Karya Utama. Nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu hanya membayar biaya pemakaian listrik saja dan sebagian besar pembayaran sewa maupun pemakaian listrik biasanya harus ditagih oleh pihak pengelola pelabuhan atau CV Citra Karya Utama. Keadaan docking yang terdapat di PPN Palabuhanratu seperti di atas membuat 30 orang responden nelayan pancing rumpon secara umum memberikan nilai cukup baik sampai dengan sangat baik terhadap tingkat pelayanan docking di PPN Palabuhanratu Gambar 54. Berdasarkan data pada Lampira 5 diketahui bahwa dua orang 6,7 responden nelayan pancing rumpon memberikan nilai sangat baik, 4 orang 13,3 responden memberikan nilai baik dan 15 orang 50 responden memberikan penilaian cukup baik bagi pelayanan docking yang terdapat di PPN Palabuhanratu. 137 Gambar 54 Diagram tingkat pelayanan docking menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. 12 Bengkel Bagi nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu bengkel merupakan tempat memperbaiki mesin, membuat kemudi dan membuat cerobong asap untuk kapal pancing rumpon. Biasanya nelayan pancing rumpon menyerahkan perbaikan mesin dan pembuatan alat tersebut kepada pihak pengelola bengkel, walaupun terkadang ada orang suruhan nelayan pancing rumpon yang mengawasi kegiatan tersebut. Semua bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan perbaikan mesin dan pembuatan alat dapat diperoleh dari bengkel. Demikian pula semua kegiatan perbaikan mesin dan pembuatan kemudi atau cerobong dikerjakan oleh bengkel. Nelayan pancing rumpon hanya membayar biaya bahan dan biaya jasa perbaikan kepada pengelola bengkel. Bagi nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu bengkel juga memiliki peran sebagai tempat menyewa crane dengan harga Rp 100.000,00 per hari, forklift dengan harga Rp 50.000,00 per hari, mesin bor Rp 10.000,00 per unit, mesin bubut Rp 50.000,00 per unit dan las listrik Rp 30.000,00 per unit. Biaya sewa peralatan tersebut dibayar kepada pengelola bengkel yang kemudian disetorkan kepada pos terpadu II divisi jasa. Crane dan forklif biasanya digunakan oleh nelayan pancing rumpon untuk mengangkut palka dan benda berat lainnya. 2 4 6 8 10 12 14 16 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah re sp o n d e n o ra n g 138 Mesin bor, mesin bubut dan mesin las disewa dalam perbaikan mesin dan perlengkapan kapal lainnya. Pelayanan bengkel seperti di atas mendapatkan penilaian tingkat pelayanan yang dominan sangat baik Lampiran 5. Penilaian tersebut diberikan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon dengan 23 orang 76,7 responden memberikan nilai sangat baik, 6 orang 20 responden memberikan nilai baik dan sebanyak 1 orang 3,3 responden memberikan nilai cukup baik. Tidak ada satupun responden yang memberikan nilai kurang baik maupun tidak baik terhadap pelayanan bengekel di PPN Palabuhanratu Gambar 55. Gambar 55 Diagram tingkat pelayanan bengkel menurut responden nelayan pancing rumpon terhadap di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Berdasarkan gambar di atas, didapatkan informasi bahwa tingkat pelayanan bengkel di PPN Palabuhanratu secara umum memiliki nilai cukup baik sampai dengan sangat baik yang didominasi dengan nilai pelayanan sangat baik 76,7. Responden merasa fasilitas bengkel ini sangat penting dan bermanfaat bagi kebutuhan responden dan memiliki pelayanan yang sangat baik. 5 10 15 20 25 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah re sp on d e n ora n g 139 13 Toko logistik Toko logistik berperan bagi nelayan pancing rumpon dalam menyediakan bahan alat pancing dan kebutuhan melaut seperti oli, minyak tanah, ransum dan lainnya. Namun saat ini fungsi tersebut tidak berjalan dengan baik, karena nelayan pancing rumpon membeli perlengkapan dan kebutuhan melaut tersebut dari tempat lain yaitu pasar Kecamatan Palabuhanratu dan SPBU Kecamatan Palabuhanratu. Perbekalan melaut seperti ransum dan minyak tanah dibeli oleh nelayan pancing rumpon di pasar Kecamatan Palabuhanratu yang terdapat di depan PPN Palabuhanratu. Pasokan oli didapatkan nelayan pancing rumpon dari SPBU milik pertamina yang bertempat di samping PPN Palabuanratu. Toko logistik di PPN Palabuhanratu hanya digunakan oleh nelayan pancing rumpon sebagai tempat membeli bahan dan alat pancing, tempat minum kopi, tempat makan sewaktu tidak melaut dan tempat membeli makanan ringan yang dapat dibawa seperti mie instan dan roti. Tidak adanya aturan dari PPN Palabuhanratu mengenai apa yang harus dijual oleh toko logistik seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab 5.2 butir 13, membuat toko logistik bebas menjual apa saja walaupun tidak berhubungan dengan bahan kebutuhan melaut seperti pulsa dan handphone. Toko logistik yang menjual bahan kebutuhan melaut berupa oli dan minyak tanah hanya terdapat 2 toko yang dapat dipastikan tidak sanggup menyediakan perbekalan melaut bagi seluruh armada di PPN Palabuhanratu. Selain itu pembelian perbekalan di pasar maupun di SPBU Kecamatan Palabuhanratu menurut nelayan pancing rumpon dikarenakan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan harga yang terdapat di toko logistik PPN Palabuhanratu terutama jika pembelian dilakukan dalam jumlah yang besar. Hal di atas membuat kapasitas fasilitas toko logistik di PPN Palabuhanratu tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pengelola toko logistik dalam menyediakan bahan kebutuhan melaut dan kapasitas produksi toko logistik tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh nelayan pancing rumpon. Artinya besaran pemanfaatan fasilitas toko logistik lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas fasilitas maupun kapasitas produksinya. 140 Setelah mengetahui pemanfaatan toko logistik, maka hal berikutnya yang ingin diketahui peneliti adalah penilaian nelayan pancing rumpon terhadap pelayanan toko logistik. Penilaian dilakukan oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon dengan perhitungan seperti pada Lampiran 5. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan bahwa 11 orang 36,7 responden nelayan pancing rumpon memberikan nilai cukup baik dan 10 orang 33,3 responden memberikan nilai kurang baik. Tidak terdapat responden nelayan pancing rumpon yang memberikan nilai sangat baik terhadap tingkat pelayanan toko logistik di PPN Palabuhanratu Gambar 56. Dapat disimpulkan bahwa secara umum responden nelayan memberikan nilai kurang baik sampai dengan cukup baik bagi pelayanan toko logistik di PPN Palabuhanratu. Gambar 56 Diagram tingkat pelayanan toko logistik menurut responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu tahun 2010. Dasar yang menyebabkan nelayan pancing rumpon memberikan nilai di atas karena sesuai dengan penjelasan sebelumnya yang menyatakan bahwa toko logistik yang terdapat di PPN Palabuhanratu yang dapat memenuhi kebutuhan melaut perikanan pancing rumpon hanyalah toko bahan dan alat pancing. Sedangkan kebutuhan melaut lainnya umunya dibeli leh nelayan pancing rumpon 2 4 6 8 10 12 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik Ju m lah r esp o n d en o ran g 141 di tempat lain pasar ikan Kecamatan PPN Palabuhanratu dan SPBU Kecamatan Palabuhanratu. Berdasarkan penjelasan dari butir 1 sampai dengan butir 13 dapat diketahui bahwa fasilitas yang sering dan banyak dimanfaatkan oleh perikanan pancing rumpon dalam kegiatan penangkapannya adalah dermaga, kolam pelabuhan, instalasi BBM, instalasi air bersih, pengadaan es, perusahaan penanganan dan pendistribusian tuna, pasar ikan dan docking yang dikelola oleh PPN Palabuhanratu. Sedangkan fasilitas yang kurangtidak sering dan kurangtidak banyak dimanfaatkan oleh perikanan pancing rumpon adalah TPI, docking yang dikelola oleh PT CKU dan toko logistik. Selain itu berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa besaran pemanfaatan fasilitas di PPN Palabuhanratu oleh perikanan pancing rumpon secara umum lebih kecil dibandingkan kapasitas fasilitas maupun kapasitas produksinya. Fasilitas yang pemanfaatannya melebihi kapasitas produksinya adalah instalasi BBM milik KUD MMSL, dermaga dan kolam pelabuhan. Penilaian tingkat pelayanan fasilitas tersebut oleh 30 orang responden nelayan pancing rumpon di PPN Palabuhanratu secara umum adalah cukup baik sampai dengan sangat baik. Pelayanan yang mendapatkan nilai tidak baik sampai dengan kurang baik adalah TPI. Diperlukan perhatian dari pihak pengelola pelabuhan terhadap fasilitas-fasilitas yang kurangtidak banyak dimanfaatkan, yang pemanfaatannya melewati kapasitas produksi fasilitas tersebut dan yang mendapatkan penilaian kurang baik sampai dengan tidak baik dari responden nelayan, agar dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap faslitas tersebut.

6.2 Besaran Biaya Terkait Pemanfaatan Fasilitas dan Pelayanan