13 pada siang hari dengan cara mengulurkan tali pancing kira-kira dua per tiga dari
seluruh panjang tali pancing keseluruhan. Penangkapan ikan dapat dilakukan dengan cara menduga-duga dengan berlayar ke sana dan ke sini, atau terlebih
dahulu mencari kawanan ikan, atau dapat juga dilakukan di sekitar rumpon. Penggunaan rumpon pada alat tangkap ini adalah sebagai spot mencari ikan.
Rumpon yang memiliki attractor berfungsi menjadi pemikat ikan yang menjadi sasaran tangkap berkumpul di sekitar rumpon. Oleh karena itu nelayan
mengoperasikan alat tangkapnya disekitar rumpon untuk menangkap ikan-ikan tersebut.
2.3.2 Rumpon 1 Deskripsi rumpon
Menurut SK Mentan No.51KptsIK.250197, rumpon didefinisikan sebagai alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut.
Sementara menurut Sondita 1986 vide Jeujanan 2008 rumpon adalah cara pengumpulan ikan dengan pikatan berupa benda terapung yang merupakan salah
satu bentuk dari fish aggregating device FAD. Fish aggregating device atau FAD adalah metode benda atau bangunan yang dipakai sebagai sarana untuk
penangkapan ikan dengan cara memikat dan mngumpulkan ikan-ikan tersebut. Disamping berfungsi sebagai pengumpul ikan, rumpon pada prinsipnya juga
memudahkan kawanan ikan untuk ditangkap sesuai dengan alat tangkap yang dikehendaki. Penggunaan rumpon oleh kapal penangkapan ikan juga dapat
menghemat waktu dan bahan bakar, karena tidak perlu lagi mencari dan mengejar gerombolan ikan Subani dan Barus 1989. Monintja 1993 menyatakan lebih
lanjut bahwa manfaat yang diharapkan dengan menggunakan rumpon selain menghemat waktu dan bahan bakar adalah dapat meningkatkan hasil tangkapan
per satuan upaya penangkapan, meningkatkan mutu hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran berdasarkan selektifitas alat.
Di Indonesia rumpon dikenal dengan berbagai nama diantaranya rabo Sumatera Barat, tendak Jawa, unjan tuasan Sumatera Utara, onjen Madura
dan romping Sulawesi. Rumpon di Indonesia merupakan rumpon dengan skala kecil dan sederhana yang umumnya dibuat dari bahan tradisional, ditempatkan
14 pada jarak 5-10 mil laut dari pantai dan umumnya tidak lebih dari 10-20 mil dari
pangkalan terdekat Mathews et al, 1996 vide Jeujanan, 2008.
2 Jenis-jenis rumpon
Berdasarkan tempat pemasangan dan pemanfaatan rumpon menurut SK Mentan No. 51KptsIK.250197, rumpon dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu :
1 Rumpon perairan dasar yang merupakan alat bantu penangkapan ikan yang
dipasang dan ditempatkan di dasar perairan laut 2
Rumpon perairan dangkal yang merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut dengan kedalaman sampai
200 meter 3
Rumpon perairan dalam yang merupakan alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan di perairan laut dengan kedalaman lebih dari 200
meter Kategori rumpon lainnya adalah kategori rumpon menurut Martasuganda
2008. Kategori rumpon tersebut yaitu : 1
Rumpon permukaan Rumpon permukaan adalah rumpon yang dipasang di permukaan perairan
secara menetap atau dihanyutkan. Rumpon ini terdiri dari pelampung, atractor, pemberat dan tali. Pelampung rumpon permukaan berada di atas permukaan air,
sedangkan bagian lainnya berada di bawah permukaan air. 2
Rumpon kolom perairan Rumpon ini pada prinsipnya sama dengan rumpon permukaan, hanya saja
pelampung rumpon jenis ini ditenggelamkan 10 sampai 50 meter di bawah permukaan air. Kelebihan rumpon ini adalah tidak mengganggu jalur pelayaran
dan aman dari pencurian atau pemotongan, namun memiliki kelemahan kesulitan menentukan posisinya.
3 Rumpon dasar
Rumpon dasar merupakan rumpon yang dipasang secara menetap di perairan dangkal sebagai pengganti terumbu karang. Rumpon ini hanya terdiri dari balok
beton atau benda keras yang ditenggelamkan seperti becak, mobil, kapal dan lainnya.
15 Badan Litbang Perikanan 1992 menyatakan bahwa rumpon dapat
dikelompokkan berdasarkan : 1
Posisi dari pemikat atau pengumpul atractor, rumpon dibagi menjadi rumpon perairan permukaan, lapisan tengah dan dasar. Rumpon perairan
permukaan dan lapisan tengah masing-masing terdiri dari dua jenis yaitu perairan dangkal dan perairan dalam
2 Kriteria protabilitas, dimana rumpon dikelompokkan menjadi rumpon tetap
statis dan rumpon yang dapat dipindah-pindah dinamis 3
Tingkat ekonomi yang digunakan yaitu tradisional dan modern. Rumpon tradisional umumnya digunakan nelayan tradisional, sedangkan rumpon
modern umumnya digunakan oleh perusahaan perikanan Menurut peneliti kategori rumpon kolom perairan menurut Martasuganda
2008 di atas jarang sekali digunakan di lapangan. Hal ini diduga dari kondisi nelayan Indonesia yang mayoritas nelayan tradisional yang belum memiliki
kemampuan yang cukup untuk membeli dan mengoperasikan peralatan pendeteksi bawah air seperti sonar untuk mendeteksi keberadaaan rumpon tersebut. Seperti
yang sudah disebutkan oleh Martasuganda bahwa rumpon jenis ini memiliki kelemahan yaitu kesulitan dalam penentuan posisinya.
Badan Litbang Perikanan pada tahun 1992 juga telah mengelompokkan rumpon berdasarkan tingkat ekonominya. Badan Litbang Perikanan belum
menjelaskan perbedaan antara rumpon tradisional dengan rumpon modern selain penggunanya. Menurut peneliti perbedaan antara rumpon tradisional dan modern
terletak pada ukuran dan bahan yang digunakan. Ukuran pada rumpon modern lebih besar dibandingkan dengan rumpon tradisional. Bahan rumpon tradisional
adalah batu untuk pemberat, daun kelapa sebagai atractor dan blong atau bambu sebagai pelampung, pelampung diberi tanda dengan bendera. Bahan rumpon
modern adalah beton cor sebagai pemberat, daun kelapa sebagai atractor dan pelampungnya terbuat dari besi yang dilindungi cat, pelampungnya diberi bendera
dan lampu. Rumpon modern jarang digunakan oleh nelayan tradisional karena biaya pembuatan yang lebih besar dan rumpon ukuran besar tidak cukup dibawa
menggunakan kapal kecil milik nelayan tradisional.
16
3 Bagian-bagian rumpon
Subani dan Barus tahun 1989 menyatakan bahwa rumpon laut dalam dan laut dangkal secara garis besar terdiri dari empat komponen utama yaitu
pelampung float, tali panjang rope, pemikat ikan atractor dan pemberat sinker. Hal ini sesuai dengan hasil kajian Tim Pengkaji Rumpon Institut
Pertanian Bogor 1987 vide Jeujanan, 2008 yang mengemukakan bahwa persyaratan umum komponen-komponen dari konstruksi rumpon adalah :
1 Pelampung float; mempunyai daya mengapung yang baik, konstruksi kuat,
tahan terhadap gelombang, mudah dikenali dari jarak jauh dan bahan pembuatnya mudah diperoleh
2 Pemikat atractor; mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan, tahan
lama, mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah dan terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah
3 Tali-temali rope; terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk, harga
murah, mempunyai daya apung yang cukup baik dan tidak bersimpul 4
Pemberat sinker; bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh, massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkram
Soedharma 1994 vide Jeujanan 2008 menyatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan pada rumpon adalah penggantian atractor secara berkala, hal ini
dikarenakan atractor merupakan komponen yang paling mudah rusak dibandingkan komponen lainnya. Atractor yang sering digunakan adalah daun
kelapa yang mempunyai daya tahan diperkirakan 3 sampai 4 minggu. Atractor yang terlalu lama diletakkan pada rumpon akan menyebabkan rumpon menjadi
rusak secara bertahap sehingga semakin sedikit ikan yang berkumpul di sekitarnya.
2.4 Analisis Finansial