Tabel 6.8 Analisis ekonomi pendapatan usahaternak Rpbulan
Keterangan Peternak
Tipe I Peternak Tipe
II Selisih
Penerimaan 1.982.400
1.673.687 308.713
Biaya Tunai 767.828
757.097 10.731
Biaya Non Tunai 778.320
681.308 97.012
Total Biaya 1.546.148
1.438.405 107.743
Pendapatan atas Biaya Tunai 1.214.572
916.590 297.982
Pendapatan atas Biaya Total 436.252
235.282 200.970
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Berdasarkan hasil perhitungan dari total penerimaan, total biaya produksi dan keuntungan, diperoleh selisih pendapatan atas biaya tunai usahaternak tipe I
dan tipe II sebesar Rp 297.982 per bulan, selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 200.970 per bulan. Berdasarkan nilai selisih pendapatan maka
usahaternak tipe I lebih ekonomis dibandingkan dengan usahaternak tipe II. Hal ini terjadi dikarenakan manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan limbah ternak
menjadi biogas lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan operasionalnya.
6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden
Pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas di Kampung Areng memberikan dampak ekonomi dari penghematan biaya untuk membeli BBM dan
gas elpiji. Berdasarkan hasil wawancara, hampir seluruh responden menggunakan gas elpiji untuk keperluan memasak. Responden di Kampung Areng sudah tidak
ada yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak karena minyak tanah sudah langka bahkan tidak tersedia di sekitar wilayah usahaternak.
Penggunaan kayu bakar pun hanya terbatas apabila gas elpiji habis, dimana kayu bakar didapat dari hutan sekitar lokasi usahaternak jadi peternak di Kampung
Areng sebagian besar penggunaan energinya menggunakan gas elpiji.
Instalasi biogas pertama kali dibangun di Kampung Areng yaitu pada tahun 2009 yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung Barat berupa instalasi yang terbuat dari plastik namun tidak berkembang dikarenakan daya tahannya yang rendah dan cepat rusak. Pada tahun 2011 dimana
pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan lagi bantuan reaktor biogas sebanyak 80 buah dengan jenis fix dome terbuat dari betonberukuran 4 m
3
. Ukuran reaktor 4 m
3
dapat digunakan oleh rumahtangga peternak untuk memasak sebagai pengganti gas elpiji ataupun kayu bakar. Peternak di Kampung Areng pun merasakan adanya
manfaat penghematan biaya membeli gas elpiji untuk memasak setelah menggunakan biogas. Penggunaan biogas untuk penerangan di Kampung Areng
belum dimanfaatkan karena keterbatasan ukuran reaktor yang hanya cukup digunakan untuk memasak. Adapun peternak yang sudah menggunakan biogas
untuk penerangan dikarenakan memiliki instalasi biogas dengan ukuran lebih besar yaitu 6 m
3
yang didapat dengan mencicil ke koperasi.Perubahan konsumsi energi setelah menggunakan biogas dapat dilihat pada tabel 6.9.
Tabel 6.9 Perubahan jumlah konsumsi energi responden tabungbulan Sumber Energi
Peternak Tipe I Peternak Tipe II
Tidak Menggunakan Biogas
Menggunakan Biogas
Gas Elpiji tabung 3 kg
2,13 0,83
1,88
Sumber : Data Primer diolah, 2015
Rata-rata biaya konsumsi energi responden didapatkan dengan cara perkalian antara jumlah konsumsi rata-rata gas elpiji dengan harga gas elpiji
sebesar Rp 21.000 per tabung. Biaya konsumsi energi responden tipe I tanpa menggunakan biogas sebesar Rp 44.730 per bulan, tetapi setelah penggunaan
biogas biaya konsumsi energi menjadi sebesar Rp 17.430 per bulan atau mengalami penghematan biaya sebesar Rp 27.300 per bulan. Biaya konsumsi
energi responden tipe II sebesar Rp 39.480 per bulan.
Pada penelitian ini untuk mengetahui nilai pemanfaatan dan pengurangan pengeluaran rumahtangga responden dilakukan studi komparatif diantara
usahaternak yang memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan yang tidak memanfaatkanya menjadi biogas analysis comparative with-without approach.
Dimana selisih dari nilai keduanya merupakan nilai manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas yang bernilai ekonomi.
6.4 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah
Ternak Sapi Perah di Kampung Areng
Perkembangan usahaternak di Kampung Areng selain memberikan dampak ekonomi terhadap peternak juga memberikan dampak sosial dan dampak
terhadap lingkungan disekitar usahaternak. Dampak sosial dari pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas dapat dilihat dari perilaku peternak dalam
mengolah limbah kotoran ternak sedangkan dampak lingkungan dapat dilihat dari kondisi lingkungan sekitar dari peternak tipe I dan peternak tipe II.
6.4.1 Dampak Sosial Pemanfaatan Limbah Ternak di Kampung Areng
Usahaternak sapi perah di Kampung Areng termasuk usahaternak skala kecil dengan kepemilikan ternak rata-rata 1-4 ekor tiap peternak. Adanya
kelompok ternak memberikan banyak peranan terhadap peternak yang menjadi anggotanya. Salah satu peranan kelompok ternak di Kampung Areng adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam usahaternak khususnya dalam pengelolaan limbah ternak. Sebelum masuknya teknologi biogas ke Kampung
Areng, peternak memanfaatkan limbah kotoran ternak hanya untuk dijadikan pupuk ke kebun rumput dan sisanya dijual ke bandar dengan harga Rp 1.000 per
karung dan ada pula peternak yang menimbun kotoran ditanah dan membuangnya ke sungai. Sebagian peternak ada yang sudah mengolah kotoran ternaknya untuk
dijadikan pupuk dengan harga Rp. 8.000 per karung.
Awal masuknya biogas ke Kampung Areng memberikan dampak positif terhadap peternak yang menjadi anggota kelompok ternak. Peternak yang menjadi
anggota kelompok ternak diberikan bantuan instalasi biogas oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat. Proses pembangunan biogas yang dilakukan secara gotong
royong menjadikan ikatan antar peternak menjadi lebih erat. Kegiatan lain yang membuat hubungan antar peternak menjadi semakin erat adalah rapat anggota,