Proses Produksi Biogas GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Jumlah tanggungan keluarga

Nilai -value yang diperoleh 0,738 lebih besar dari taraf nyata 5 sehingga variabel jumlah tanggungan keluarga tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 sehingga variabel jumlah tanggungan keluarga dapat diabaikan secara statistik. Peternak responden di Kampung Areng yang memiliki jumlah tanggungan lebih banyak tidak mempengaruhi dalam pemanfaatan biogas dikarenakan sebagian besar tanggungan peternak masih pada usia sekolah sehingga tidak dapat dijadikan tenaga kerja dalam keluarga yang dapat membantu operasional pemanfaatan biogas.

2. Konsumsi gas elpiji

Nilai -value yang diperoleh 0,491 lebih besar dari taraf nyata 5 sehingga variabel konsumsi gas elpiji tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 dan terima H dan dapat diabaikan secara statistik. Nilai koefisien bertanda negatif - karena pada kenyataan peternak responden di Kampung Areng yang konsumsi gas elpijinya tinggi tidak mempengaruhi dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas. Beberapa responden menyatakan bahwa dalam pemanfaatan limbah menjadi biogas cukup merepotkan sehingga lebih memilih menggunakan elpiji yang lebih praktis.

3. Jenis kelamin

Nilai -value yang diperoleh 0,999 lebih besar dari taraf nyata 5 sehingga variabel konsumsi gas elpiji tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 dan terima H , artinya variabel jenis kelamin tidak berpengaruh nyata terhadap peluang peternak dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas. Nilai koefisien bertanda - artinya dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas di Kampung Areng sebagian besar dilakukan oleh perempuan untuk membantu pekerjaan suami, namun seharusnya di lakukan oleh peternak pria karena kegiatan pemanfaatan limbah menjadi biogas cukup berat seperti mengangkat kotoran dengan jumlah yang cukup banyak ke bak penampungan. Faktor-faktor pendorong bagi peternak untuk memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas juga dipengaruhi oleh tersedianya lahan untuk membangun instalasi biogas. Peternak yang tidak memiliki lahan yang cukup untuk membangun instalasi biogas tidak bisa memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas.

6.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah

Pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng memberikan dampak secara ekonomi bagi peternak di kawasan tersebut. Berdasarkan persepsi responden bahwa manfaat dari pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk dan biogas berdampak terhadap pendapatan peternak dan penghematan energi pengganti bahan bakar minyak bagi rumah tangga peternak.

6.3.1 Analisis Dampak Terhadap Pendapatan Peternak

Pendapatan usahaternak merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk kegiatan usahaternak. Analisis pendapatan usahaternak dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II. Usahaternak tipe I merupakan usahaternak yang telah memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas sedangkan usahaternak tipe II adalah usahaternak yang belum memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas. Pendapatan usahaternak dalam penelitian ini dihitung berdasarkan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai yaitu pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan usahaternak dengan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang diperoleh dari selisih antara penerimaan usahaternak dengan biaya seluruhnya biaya tunai dan non tunai.

6.3.1.1 Penerimaan Usahaternak Tipe I dan Tipe II

Penerimaan usahaternak merupakan perkalian antara hasil produksi dengan harga jual. Penerimaanusahaternak di Kampung Areng dibagi menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Komponen penerimaan tunai pada usahaternak terdiri dari hasil penjualan susu, pupuk, dan kotoran. Penerimaan non tunai dihasilkan dari susu untuk konsumsi keluarga dan pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian peternak. Pada peternak tipe I terdapat tambahan penerimaan non tunai yang berasal dari penghematan pembelian gas elpiji karena sudah menggunakan biogas. Rata-rata produksi susu di Kampung Areng pada usahaternak tipe I sebanyak 11,34 liter per hari dengan harga jual rata-rata ke KPSBU sebesar Rp 4.100 per liter. Harga jual susu tiap peternak bervariasi mulai dari Rp 4.000 - Rp 4.200 per liter. Perbedaan harga susu ini tergantung dari kualitas susu yang dihasilkan. Penerimaan yang berasal dari penjualan susu sebesar 70,38 ini merupakan sumber penerimaan tunai terbesar pada usahaternak. Sumber penerimaan tunai usahaternak lain berasal dari penjualan kotoran dan penjualan pupuk kepada bandar atau petani dengan harga Rp 1.000 per karung untuk penjualan kotoran basah dan Rp 8.000 per karung untuk penjualan pupuk. Pupuk yang dihasilkan oleh peternak tipe I merupakan pupuk dari ampas biogas. Peternak tipe I rata-rata menjual pupuk sebanyak 48,98 karung per bulan, sedangkan penjualan kotoran oleh peternak tipe I sebanyak 26,94 karung dalam satu bulan. Kotoran ternak yang dijual tersebut adalah kotoran yang tidak diolah menjadi biogas karena keterbatasan reaktor dalam menampung kotoran ternak. Rata-rata penerimaan tunai pada usahaternak tipe I sebesar Rp 1.813.928per bulan. Penerimaan non tunai usahaternak tipe I didapat dari jumlah susu yang dikonsumsi oleh keluarga sebanyak 6,12 liter per bulan atau Rp 25.092 per bulan. Pupuk yang digunakan untuk pertanian milik sendiri atau kebun rumput untuk pakan ternak sebanyak 14,51 karung per bulan atau sebesar Rp 116.080 per bulan. Penerimaan non tunai peternak tipe I selain dari konsumsi susu dan pupuk juga diperoleh dari penghematan konsumsi energi gas elpiji untuk kebutuhan sehari- hari setelah penggunaan biogas. Perubahan konsumsi energi setelah penggunaan biogas dapat dilihat pada tabel 6.9. Penerimaan non tunai yang diperoleh peternak dari penghematan konsumsi energi sebesar Rp 27.300 per bulan. Penerimaan non tunai usahaternak tipe I sebesar Rp 168.472 per bulan, maka penerimaan total usahaternak tipe I sebesar Rp 1.982.400 per bulan tabel 6.3. Tabel 6.3 Rata-rata penerimaan peternak tipe I Sumber Penerimaan Produksi Harga Rp Nilai Rpbulan Persentase Penerimaan Tunai Susu liter 340,28 4.100 1.395.148 70,38 Pupuk Karung 48,98 8.000 391.840 19,76 Kotoran Karung 26,94 1.000 26.940 1,36 Sub total 1.813.928 91,50 Penerimaan Non Tunai Susu liter 6,12 4.100 25.092 1,26 Pupuk Karung 14,51 8.000 116.080 5,86 Penghematan Konsumsi Energi 1,3 27.300 27.300 1,38 Sub total 168.472 8,50 Total Penerimaan 1.982.400 100 Sumber : Data Primer diolah, 2015 Komponen penerimaan pada usahaternak tipe II hampir sama dengan penerimaan pada usahaternak tipe I, namun pada penerimaan non tunai tidak ada penghematan energi. Penerimaan tunai usahaternak tipe II diperoleh dari penjualan susu dengan jumlah susu rata-rata yang dihasilkan sebanyak 10,35 liter per hari atau sebanyak 310,75 liter per bulan dengan harga rata-rata penjualan susu ke koperasi sebesar Rp 4.100 per liter. Produksi susu yang dihasilkan peternak tipe II lebih sedikit dibanding peternak tipe I karena peternak tipe II rata- rata belum termasuk anggota kelompok ternak sehingga kurangnya pengetahuan tentang pemberian pakan untuk ternak agar meningkatkan hasil produksi susu . Penerimaan tunai dari hasil penjualan pupuk pada peternak tipe II lebih sedikit dibandingkan peternak tipe I karena peternak tipe II mengolah limbah ternaknya untuk dijadikan pupuk lebih lama dibanding peternak tipe I yang memproses pupuk dari ampas biogas sehingga hasil produksinya sebesar 24,70 karung per bulan. Peternak tipe II lebih banyak menjual limbah kotoran ternak dengan harga Rp 1.000 per karung sebanyak 64,41 kepada kelompok karya ibu untuk dijadikan pupuk dengan media cacing tanah karena merasa lebih praktis dan tidak mengeluarkan banyak waktu. Penerimaan non tunai usahaternak tipe II di dapat dari jumlah susu yang dikonsumsi oleh keluarga sebanyak 8,82 literper bulan dan pupuk yang digunakan untuk pertanian milik sendiri atau kebun rumput untuk pakan ternak sebanyak 12,70 karung per bulan. Jumlah penggunaan pupuk pada usahaternak tipe I lebih banyak karena sebagian peternak memiliki lahan pertanian atau kebun. Rata-rata penerimaan pada usahaternak sapi perah tipe II sebesar Rp 1.672.687per bulan tabel 6.4. Nilai penerimaan usahaternak tipe I lebih tinggi dibandingkan penerimaan usahaternak tipe II dikarenakan sebagian besar peternak non biogas bukan merupakan anggota kelompok ternak sehingga kurangnya pengetahuan dan pemahaman akan pemberian pakan yang mempengaruhi hasil produksi susu, pemanfaatan biogas dan potensi penjualan pupuk. Tabel 6.4 Rata-rata penerimaan peternak tipe II Sumber Penerimaan Produksi Harga Rp Nilai Rpbulan Persentase Penerimaan Tunai Susu liter 310,75 4.100 1.274.075 76,12 Pupuk Karung 24,70 8.000 197.600 11,81 Kotoran Karung 64,41 1.000 64.410 3.85 Sub total 1.536.085 91,78 Penerimaan Non Tunai Susu liter 8,82 4.100 36.162 2,16 Pupuk Karung 12,70 8.000 101.440 6,06 Sub total 137.602 8,22 Total Penerimaan 1.673.687 100 Sumber : Data Primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel penerimaan dari kedua jenis usahaternak, total penerimaan usahaternak tipe I lebih besar dibandingkan dengan total penerimaan usahaternak tipe II. Hal tersebut terlihat dari produktivitas sapi perah usahaternak tipe I lebih besar dari usahaternak tipe II dimana penerimaan usahaternak dari hasil penjualan susu merupakan penerimaan terbesar dari usahaternak di Kampung Areng. Penerimaan terbesar kedua yaitu dari penjualan pupuk, dimana peternak tipe I lebih banyak produksi pupuknya dibanding peternak tipe II karena peternak tipe II belum mengolah limbahnya menjadi biogas sehingga lebih banyak menjual kotoran ternaknya kepada bandar daripada mengolahnya menjadi pupuk. Analisis perbandingan penerimaan usahaternak tipe I dan tipe II dilihat dari selisih penerimaan yang diperoleh. Persentase selisih rata-rata terbesar terdapat pada penerimaan tunai sebesar 90 atau sebesar Rp 227.843 per bulan. Perbedaan tersebut dikarenakan produksi susu usahaternak tipe I lebih besar dibandingkan dengan produksi susu usahaternak tipe II dengan selisih sebesar 29,53 liter per bulan. Penerimaan tunai dari penjualan pupuk pada usahaternak tipe I juga lebih banyak dari usahaternak tipe II sehingga penerimaan tunainya lebih besar. Berdasarkan hal tersebut, baik pada penerimaan tunai maupun penerimaan non- tunai usahaternak tipe I lebih menguntungkan dibandingkan usahaternak tipe II. Tabel 6.5 Persentase selisih penerimaan usahaternak Keterangan Usahaternak Selisih Rpbulan Persentase Tipe I Rpbulan Tipe II Rpbulan Penerimaan Tunai 1.813.928 1.536.085 227.843 90 Penerimaan Non Tunai 168.472 137.602 30.870 10 Total Penerimaan 1.982.400 1.673.687 308.713 100 Sumber : Data Primer diolah, 2015

6.3.1.2 Biaya Usaha Ternak Tipe I dan Tipe II

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Analisis Usaha Ternak Sapi Perah dalam Suatu Sistem Usahatani (Suatu Kasus di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung)

0 4 150

Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

5 23 232

Analisis Pendapatan Dan Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah (Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

0 3 100

Tingkat Difusi-Adopsi Inovasi Biogas oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

1 12 80

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

1 4 42

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan).

0 0 2

Kegiatan Pemanfaatan Limbah Ternak Melalui Biogas di RW.07 Kp. Cilumber Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 1

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT - repository UPI S MRL 0901376 Title

1 2 3

POTENSI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS KOMUNITAS DI DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT POTENCY OF COMMUNITY-BASED AGROTOURISM DEVELOPMENT IN CIBODAS VILLAGES OF LEMBANG SUBDISTRICT BANDUNG BARAT REGENCY

0 0 7