dari hulu produsen hingga kelembagaan hilir konsumen dan berjalannya kelembagaan kelompok ternak.
2.4 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Pupuk Organik
Pemanfaatan limbah untuk pembuatan pupuk organik memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan.
Pemanfaatan limbah tersebut selain mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau pekebunan
bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan pupuk organik ke masyarakat dan petani lainnya.
Pupuk organik dari limbah kotoran ternak mengandung unsur hara baik mikro maupun makro seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S. Kompos
adalah pupuk organik yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari limbahsisa tanaman, kotoran hewan atau manusia
seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus yang telah mengalami dekomposisi.Manfaat penggunaan pupuk organik terhadap tanah Kaharudin dan
Sukmawati 2010 : a.
Menambah kesuburan tanah b.
Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur c.
Memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman
d. Memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan
lebih stabil e.
Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan
f. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah.
2.5 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Biogas
Limbah ternak selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, limbah dari kotoran ternak juga dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar biogas.
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
rumah tanggaBaba2008.
Tabel 2.1 Komposisi gas dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi
Jenis Gas Volume
Metana CH4 40
– 70 Karbondioksida CO2
30 – 60
Nitrogen N2 2
– 6 Hidrogen Sulfida H2S
– 3 Gas lain
Tidak Terukur
Sumber : Baba 2008
Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara. Produksi biogas
memungkinkan pertanian berkelanjutan dengan sistem proses terbarukan dan ramah lingkungan.Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak
mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas, kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan
ke kondisi semula karena yang diambil hanya gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar sedangkan ampas biogasnya dapat dijadikan pupuk organik. Nilai
kesetaraan biogas dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain
No Jenis Energi
Kesetaraan dengan 1m
3
Biogas
1. Elpiji
0,46 Kg 2.
Minyak Tanah 0,62 Liter
3. Minyak Solar
0,52 Liter 4.
Bensin 0,80 Liter
5. Gas Kota
1,50 m
3
6. Kayu Bakar
3,50 Kg 7.
Listrik 1,25 KWH
Sumber : Kementerian Pertanian 2014
Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas Setiawan 1998 :
1. Biogas yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang jumlahnya
terbatas dan harganya cukup mahal. 2. Jika diterapkan oleh masyarakat disekitar hutan yang banyak menggunakan
kayu sebagai bahan bakar, diharapkan dapat mengurangi penebangan kayu sehingga kelestarian hutan lebih terjaga.
3. Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran yang semula hanya mencemari lingkungan digunakan untuk sesuatu yang
bermanfaat, dengan demikian kebersihan lebih terjaga. 4. Ampas biogas sludge selain menghasilkan energi, juga dapat digunakan
sebagai pupuk yang baik.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Maulanasari 2010, Rismala 2010,
Hermawati 2012, dan Pajarwati 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Rismala 2010
berjudul “identifikasi Dampak Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Dari Pemanfaatan Biogas studi kasus : Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor Jawa Barat ”. Penelitian tersebut menggunakan metode estimasi
penilaian lingkungan dengan Contingent Valuation Method CVM. Penelitian ini menghitung nilai WTP peternak terhadap pemanfaatan limbah kotoran sapi
menjadi biogas. Dampak sosial akibat pemanfaatan biogas di Desa Cipayung tidak terlalu signifikan dirasakan peternak, sedangkan dampak ekonomi hanya
dirasakan oleh peternak, yakni penghematan pengeluaran biaya untuk bahan bakar LPG sebesar Rp 558.000. Dampak negatif lebih dirasakan oleh non-peternak yang
meggunakan air sungai untuk keperluan mencuci ataupun yang bertempat tinggal di dekat sungai. Rata-rata WTP dari masyarakat sebesar Rp 577.586.954,7 per
tahun.
Penelitian terdahulu lainnya yang mejadi referensi dalam penelitian ini adalah mengenai
“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Penggunaan Biogas di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten
Sumedang ” oleh Maulanasari 2010. Hasil dari penelitian tersebut adalah besar
keluarga, pengetahuan istri mengenai biogas dan jumlah akses informasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan penggunaan biogas.
Penelitian Hermawati 2012 mengenai “Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan
Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
”. Hasil penelitian bahwa, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam
pemanfaatan biogas yaitu jenis kelamin, lama berusahaternak, dan tingkat pengetahuan peternak mengenai biogas. Hal tersebut terjadi dikarenakan
mayoritas peternak yang memanfaatkan biogas di Desa Haurngombong merupakan peternak pria yang telah lama berusahaternak serta memiliki
pengetahuan mengenai biogas
Penelitian lainnya adalah penelitian berjudul“Analisis Pendapatan dan
Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat
” oleh Pajarwati 2014. Peneliti membagi peternak menjadi dua tipe yaitu tipe I yaitu
peternak yang memanfaatkan limbah menjadi biogas dan tipe II yaitu peternak yang tidak memanfaatkan limbah menjadi biogas. Hasil analisis tingkat
pendapatan menunjukkan bahwa pendapatanusahaternak sapi perah tipe I lebih besar dibandingkan usahaternak sapiperah tipe II. Rata-rata selisih pendapatan
atas biaya total diantara keduajenis usahaternak tersebut sebesar Rp 146.273 per bulan untuk setiap satuanternak. Rata-rata nilai RC rasio yang dihasilkan dari
usahaternak sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II masing-masing sebesar 1,25 dan 1,14 yang nilainya lebih besar dari satu, sehingga
usahaternakmenguntungkan.
Penelitian yang dilakukan memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, melakukan studi komparatif dengan with-wthout approach
antara usahaternak tipe I dengan tipe II, menganalisis dampak ekonomi terhadap pendapatan dari aspek penerimaan dan penghematan pengeluaran rumah tangga
peternak, analisis dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas atau non-biogas bagi peternak dengan menggunakan
analisis deskriptif, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peternak dalam pengambilan keputusan pemanfaatan biogas dengan menggunakan
analisis Regresi Linier logistik menggunakan software SPSS22.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kegiatan produksi dan konsumsi dari kegiatan usahaternak sapi menghasilkan limbah ternak yang dapat menimbulkan eksternalitas. Limbah yang
dihasilkan dari usahaternak sapi perah berupa limbah padat dan limbah cair. Pemanfaatan dan pengelolaan limbah ternak dilakukan sebagai upaya mengatasi
eksternalitas tersebut. Pengelolaan limbah usahaternak sapi perah di Kampung Areng menggolongkan usahaternak sapi perah menjadi 2 jenis, yaitu usahaternak
sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II. Usahaternak sapi perah tipe I adalah kegiatan usaha peternakan yang telah memanfaatkan limbah ternakmenjadi
biogas, sedangkan usahaternak sapi perah tipe II sebaliknya, yaitu usahaternak yang tidak memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Peternak tipe I
dan tipe II tersebut yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Pemilihan responden tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak
yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perbedaan pengelolaan tersebut berdampak pada pendapatan, pengeluaran rumah tangga
peternak, kondisi sosial, dan lingkungan di sekitar lokasi usahaternak sebelum dan setelah adanya upaya pengelolaan limbah tersebut.
Tahapan pertama adalah analisis persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah ternak sebagai indikasi awal terdapatnya dampak dari pengolahan limbah
tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahapan kedua mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk
melakukan pemanfaatan biogas dengan menggunakan metode analisis regressi linear logistikdengan menggunakan program SPSS 22. Tahapan ketiga adalah
mengidentifikasi dan menganalisis dampak ekonomi yang dilihat dari pendapatan usahaternak dengan pendekatan penerimaan, total biaya dan pengeluaran energi
responden dengan menggunakan analisis pendapatan dan pengeluaran. Tahapan selanjutnya menganalisis dampak sosial dan lingkungan dengan menggunakan
pendekatan analisis deskriptif berdasarkan hasil kuesioner dan observasi langsung di lapangan secara obyektif, serta analisis studi komparatif with-without
approach pada usahaternak biogas dan non biogas. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.1