Variabel yang Signifikan Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peternak untuk

per ekor.Pemberian pakan berupa konsentrat pada peternak tipe II lebih sedikit dibandingkan dengan peternak tipe I. Hal tersebut dikarenakan peternak tipe II sebagian besar belum termasuk anggota kelompok ternak yang pengetahuan dalam pemberian pakan tambahan selain hijauan masih kurang dibanding peternak tipe I.Peternak tipe II lebih banyak memberi pakan hijauan kepada sapi untuk mengurangi biaya produksinya. Biaya yang dikeluarkan peternak tipe II untuk pakan tiap satu ekor sapi sebesar Rp 695.254 per bulan atau 48,34 dari total biaya sebesar Rp 1.438.405 per bulan. Biaya input terbesar kedua pada usahaternak tipe II juga adalah biaya tenaga kerja dalam keluarga yaitu sebesar Rp 604.900 atau sebesar 42,06 dari total biaya sebesar Rp 1.438.405 per bulan. Namun besarnya biaya tenaga kerja dalam keluarga pada usahaternak tipe II lebih sedikit dibanding pada usahaternak tipe I, karena pada usahaternak tipe II tidak ada kegiatan operasional biogas sehingga curahan waktu kerjanya lebih sedikit. Rata- rata biaya pada usahaternak tipe II dapat dilihat pada tabel 6.7 berikut. Tabel 6.7 Rata-rata biaya peternak tipe II Keterangan Penggunaan Harga Rp Nilai Rpbulan Persentase

A. Biaya Tunai

Konsentrat kg 218,50 2.500 546.250 37,98 Ampas Singkongkg 266,08 560 149.004 10,36 Listrik Kandang 22.705 22.705 1,58 Air 27.138 27.138 1,88 Iuran Wajib Anggota 12.000 12.000 0.83 Sub Total 757.097 52,63 B. Biaya Non Tunai Tenaga Kerja Dalam Keluarga HKPekor a. Laki-laki 11.69 35.000 409.150 28,44 b. Perempuan 7,83 25.000 195.750 13,62 Biaya Penyusutan a. Kandang 44.910 44.910 3,12 b. Peralatan 31.498 31.498 2,19 Sub Total 681.308 47,37 Total 1.438.405 100 Sumber : Data Primer diolah, 2015

6.3.1.3 Analisis Pendapatan Usahaternak Tipe I dan Tipe II

Pendapatan usahaternak diperoleh dari selisih antara penerimaan usahaternak yang diterima dengan biaya usahaternak yang dikeluarkan per bulan. Pendapatan usahaternakan yang dihitung dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan total pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara total penerimaan dengan biaya total biaya tunai dan biaya non tunai. Hasil perhitungan pendapatan usahaternak sapi perah di Kampung Areng dari masing- masing jenis usahaternak tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Analisis ekonomi pendapatan usahaternak Rpbulan Keterangan Peternak Tipe I Peternak Tipe II Selisih Penerimaan 1.982.400 1.673.687 308.713 Biaya Tunai 767.828 757.097 10.731 Biaya Non Tunai 778.320 681.308 97.012 Total Biaya 1.546.148 1.438.405 107.743 Pendapatan atas Biaya Tunai 1.214.572 916.590 297.982 Pendapatan atas Biaya Total 436.252 235.282 200.970 Sumber : Data Primer diolah, 2015 Berdasarkan hasil perhitungan dari total penerimaan, total biaya produksi dan keuntungan, diperoleh selisih pendapatan atas biaya tunai usahaternak tipe I dan tipe II sebesar Rp 297.982 per bulan, selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 200.970 per bulan. Berdasarkan nilai selisih pendapatan maka usahaternak tipe I lebih ekonomis dibandingkan dengan usahaternak tipe II. Hal ini terjadi dikarenakan manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan operasionalnya.

6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden

Pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas di Kampung Areng memberikan dampak ekonomi dari penghematan biaya untuk membeli BBM dan gas elpiji. Berdasarkan hasil wawancara, hampir seluruh responden menggunakan gas elpiji untuk keperluan memasak. Responden di Kampung Areng sudah tidak ada yang menggunakan minyak tanah untuk keperluan memasak karena minyak tanah sudah langka bahkan tidak tersedia di sekitar wilayah usahaternak. Penggunaan kayu bakar pun hanya terbatas apabila gas elpiji habis, dimana kayu bakar didapat dari hutan sekitar lokasi usahaternak jadi peternak di Kampung Areng sebagian besar penggunaan energinya menggunakan gas elpiji. Instalasi biogas pertama kali dibangun di Kampung Areng yaitu pada tahun 2009 yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat berupa instalasi yang terbuat dari plastik namun tidak berkembang dikarenakan daya tahannya yang rendah dan cepat rusak. Pada tahun 2011 dimana pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan lagi bantuan reaktor biogas sebanyak 80 buah dengan jenis fix dome terbuat dari betonberukuran 4 m 3 . Ukuran reaktor 4 m 3 dapat digunakan oleh rumahtangga peternak untuk memasak sebagai pengganti gas elpiji ataupun kayu bakar. Peternak di Kampung Areng pun merasakan adanya manfaat penghematan biaya membeli gas elpiji untuk memasak setelah menggunakan biogas. Penggunaan biogas untuk penerangan di Kampung Areng belum dimanfaatkan karena keterbatasan ukuran reaktor yang hanya cukup digunakan untuk memasak. Adapun peternak yang sudah menggunakan biogas untuk penerangan dikarenakan memiliki instalasi biogas dengan ukuran lebih besar yaitu 6 m 3 yang didapat dengan mencicil ke koperasi.Perubahan konsumsi energi setelah menggunakan biogas dapat dilihat pada tabel 6.9. Tabel 6.9 Perubahan jumlah konsumsi energi responden tabungbulan Sumber Energi Peternak Tipe I Peternak Tipe II

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan usahatani peternakan sapi perah studi kasus di desa Lembang, kecamatan Lembang, kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 9 91

Analisis Usaha Ternak Sapi Perah dalam Suatu Sistem Usahatani (Suatu Kasus di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung)

0 4 150

Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat

5 23 232

Analisis Pendapatan Dan Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah (Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat)

0 3 100

Tingkat Difusi-Adopsi Inovasi Biogas oleh Peternak Sapi Perah di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat

1 12 80

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

1 4 42

Pengelolaan Limbah Ternak Sapi Perah Rakyat Di Kabupaten Bandung (Studi Kasus Di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan).

0 0 2

Kegiatan Pemanfaatan Limbah Ternak Melalui Biogas di RW.07 Kp. Cilumber Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

0 0 1

DAMPAK KEGIATAN WISATA KAMPUNG CIKIDANG TERHADAP KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT DESA LANGENSARI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT - repository UPI S MRL 0901376 Title

1 2 3

POTENSI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS KOMUNITAS DI DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT POTENCY OF COMMUNITY-BASED AGROTOURISM DEVELOPMENT IN CIBODAS VILLAGES OF LEMBANG SUBDISTRICT BANDUNG BARAT REGENCY

0 0 7