8 Menurut Iskandar dan Pujiati 1995, kapal penangkap ikan dapat dibedakan
menjadi 4 kelompok berdasarkan metode pengoperasian alat yang digunakan, yaitu :
1 Kapal yang mengoperasikan alat yang diamstatis static gear, contohnya gillnet, trammel net dan pancing;
2 Kapal yang mengoperasikan alat yang ditarik towed geardragged gear, contohnya pancing tonda, trawl, pukat ikan dan lainnya;
3 Kapal yang mengoperasikan alat yang dilingkarkan encircling gear, seperti purse seine, payang dan dogol;
4 Kapal yang mengoperasikan lebih dari satu alat tangkap yang berbeda multipurpose.
Kapal yang baik adalah kapal yang mampu memberikan kenyamanan dan keamanan baik selama pelayaran maupun selama proses penangkapan ikan
berlangsung. Beberapa persyaratan minimal general requirement untuk kapal perikanan yang dapat digunakan untuk operasi penangkapan Nomura
Yamazaki 1977, yaitu : 1 Memiliki kekuatan struktur badan kapal;
2 Menunjang keberhasilan operasi penangkapan; 3 Memiliki stabilitas yang tinggi; dan
4 Memiliki fasilitas penyimpanan hasil tangkapan ikan yang memadai.
2.2 Dimensi Utama Kapal
Menurut Dohri dan Soedjana 1983 dimensi utama kapal terdiri atas : 1 Panjang kapal LengthL
Panjang kapal dapat dibedakan dalam 3 kategori yaitu LOA, LPP dan LWL. Panjang total atau LOA Length Over All adalah jarak horizontal kapal
yang diukur mulai dari titik terdepan dari linggi haluan sampai dengan titik terbelakang dari buritan. Panjang total ini merupakan panjang yang
terbesar dari sebuah kapal dan diukur sejajar dengan lunas kapal seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
9
Gambar 2 Ukuran panjang total kapal LOA.
Sumber : Dohri dan Soedjana 1983 digambar ulang
Jarak sepanjang garis tegak atau LPPLBP Length PerpendicularLength Between Perpendicular adalah jarak horizontal yang dihitung dari garis
tegak haluan sampai dengan garis tegak buritan. Garis tegak haluan Fore Perpendicular adalah garis khayal yang terletak tegak lurus pada
perpotongan antara LWL dan badan kapal pada bagian haluan, sedangkan yang dimaksud dengan garis tegak buritan After Perpendicular ialah
sebuah garis khayal yang terletak pada badan kapal bagian buritan atau berada di belakang poros kemudi bagi kapal yang memiliki poros
kemudi Gambar 3.
Gambar 3 Ukuran panjang garis tegak LPP.
Sumber : Dohri dan Soedjana 1983 digambar ulang
Panjang garis air atau LWL Length of Water Line adalah jarak horizontal pada kapal yang dihitung dari titik perpotongan antara garis air water
line dengan linggi haluan sampai dengan titik perpotongan antara garis air dengan linggi buritan Gambar 4.
10
Gambar 4 Panjang garis air LWL.
Sumber : Dohri dan Soedjana 1983 digambar ulang
Pada kapal yang memiliki bulbous bow pada bagian haluan, maka panjang keseluruhan kapal LOA dihitung dari bagian terdepan pada haluan kapal
bulbous hingga bagian ujung buritan kapal. Ilustrasi ukuran panjang kapal yang memiliki bulbous bow disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Ilustrasi ukuran dimensi panjang kapal.
Sumber : Tupper 2004
2 Lebar kapal BreadthB Lebar kapal pada umumnya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
Lebar terbesar atau B
max
Breadth maximum, adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar, dihitung dari salah satu sisi terluar sheer yang
satu ke sisi sheer lainnya yang berhadapan Gambar 6.
11 Lebar dalam atau B
moulded
Breadth moulded, adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar, diukur dari bagian dalam kulit kapal yang satu
ke bagian dalam kulit kapal lainnya yang berhadapan Gambar 6.
Gambar 6 Lebar kapal.
Sumber : Dohri dan Soedjana 1983 digambar ulang
3 Dalam kapal Depth Dalam suatu kapal dibedakan atas :
Dalam atau D Depth, adalah jarak vertikal yang diukur dari dek terendah kapal sampai titik terendah badan kapal Gambar 7.
Sarat kapal atau d draft, adalah jarak vertikal yang diukur dari garis air water line tertinggi sampai dengan titik terendah badan kapal Gambar
7. Lambung bebas free board, adalah jarak vertikaltegak yang diukur dari
garis air water line tertinggi sampai dengan dek Gambar 7.
Gambar 7 Dalam kapal.
Sumber : Dohri dan Soedjana 1983 digambar ulang
12
Gambar 8 Ilustrasi ukuran dimensi lebar kapal.
Sumber : Tupper 2004
Menurut Fyson 1985, dalam desain sebuah kapal karakteristik perbandingan dimensi-dimensi utama L, B, D merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi : 1
2
3 Perbandingan antara panjang dan lebar LB, merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap tahanan gerak dan kecepatan kapal; Perbandingan antara lebar dan dalam BD, merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap stabilitas; dan Perbandingan antara panjang dan dalam LD, merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Semakin kecil nilai rasio LB maka akan berpengaruh buruk terhadap
kecepatan kapal karena nilai tahanan geraknya akan semakin besar. Sementara itu nilai LD yang semakin membesar akan berdampak pada melemahnya kekuatan
memanjang kapal dan nilai BD yang semakin besar akan memberikan stabilitas kapal yang baik tetapi propulsive ability-nya akan memburuk.
Menurut Ayodhyoa dan Sondita 1996, nilai BD berpengaruh terhadap stabilitas kapal. Membesarnya nilai BD akan mengakibatkan stabilitas kapal
semakin membaik. Pada penelitian yang dilakukan terhadap kapal purse seine di Perairan Selat Malaka, Selat Sunda, Utara Jawa dan Pesisir Jawa - Selat Bali,
menunjukkan bahwa kapal purse seine di perairan tersebut telah memiliki stabilitas yang baik apabila dibandingkan dengan nilai BD kapal purse seine
13 Jepang yang menjadi standar. Begitu pula dengan nilai LB dan LD. Nilai
keduanya juga telah memenuhi nilai standar sehingga kapal purse seine di Indonesia memiliki kecepatan yang tinggi ditunjukkan oleh nilai LB dan
kekuatan memanjang yang baik ditunjukkan oleh nilai LD. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Muhammad dan Iskandar 2007 terhadap Kapal Latih dan
Penelitian KLP Stella Maris menunjukkan bahwa nilai rasio dimensi utama kapal BD, LB dan LD yang relatif kecil telah memenuhi standar sehingga
memberikan pengaruh yang positif terhadap stabilitas, kekuatan memanjang dan daya dorong kapal.
Rasio dimensi utama kapal penangkap ikan tradisional di Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Novita 2000 menunjukkan perbedaan kisaran nilai
LB, LD dan BD bila dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama kapal pancing Jepang. Untuk nilai LB dan LD, dari kapal yang menjadi contoh, nilai
rasionya berada diluar nilai kisaran kapal Jepang. Nilai LB-nya berada di bawah nilai LB kapal Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kapal penangkap
ikan di Indonesia memiliki ukuran lebar B yang lebih besar. Sementara itu, nilai BD sebagian kapal contoh berada pada kisaran nilai rasio kapal Jepang sehingga
dapat disimpulkan bahwa pembuatan kapal ikan tradisional di Indonesia yang diperoleh secara turun-temurun telah memperhatikan aspek stabilitas dan
kekuatan transversal kapal.
2.3 Parameter Hidrostatis