Alternatif Nilai Rasio Dimensi Utama Kapal

85 mengakibatkan penambahan GZ maksimum sebesar 43. Kapal hasil redesign desain R memiliki periode oleng sebesar 4,505 detik. Artinya, kapal membutuhkan waktu 4,5 detik untuk melakukan satu kali gerakan oleng. Meskipun nilai tersebut masih berada dibawah nilai acuan yang disampaikan oleh Bathacarya 1978, namun perubahan periode oleng tersebut sudah cukup besar dari kondisi kapal saat ini. Hal ini senada dengan hasil penelitian Hadi 2009 yang menyatakan bahwa sebagian besar kapal penangkap ikan hasil pembuatan di galangan tradisional di Indonesia memiliki periode oleng antara 4,5 hingga 6 detik. Bentuk badan kapal yang ramping dan periode oleng yang cepat merupakan kelemahan kapal yang dapat diatasi apabila pembuatan kapal mengikuti prosedur pembuatan kapal modern. Perubahan ukuran lebar dan dalam yang disimulasikan pada kapal hasil redesign dapat menghasilkan kapal yang memiliki parameter teknis yang lebih baik pada ukuran panjang yang sama. Oleh karena itu, kisaran ukuran kapal hasil redesign tersebut dapat dijadikan pedoman bagi pembuatan kapal sejenis dimasa mendatang.

5.5 Alternatif Nilai Rasio Dimensi Utama Kapal

Teknologi pembuatan kapal di galangan tradisional yang lebih dominan menggunakan keahlian turun-temurun dan kebiasaan pengrajin, menyebabkan kapal yang dibangun memiliki karakteristik yang kurang sesuai dengan alat tangkap yang digunakan. Oleh karena itu diperlukan introduksi teknologi yang sederhana untuk mereduksi kelemahan tersebut. Teknologi tersebut antara lain penggunaan rasio dimensi utama kapal. Berdasarkan hasil simulasi maka untuk kapal sejenis static gear dengan ukuran panjang 14-15 m, rasio dimensi utama yang disarankan adalah LB = 2,58-3,78; LD = 6,20- 9,53 dan BD = 2,40-2,52. Nilai kisaran rasio dimensi utama tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan ukuran kapal bagi nelayan tradisional. Penambahan ukuran lebar kapal hingga mencapai 5 meter dan dalam kapal hingga mencapai 2 meter dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi pembuatan kapal sejenis dimasa mendatang. Kisaran rasio dimensi utama dan estimasi ukuran lebar serta dalam kapal tersebut setidaknya memberikan suatu gambaran sederhana terkait dengan upaya yang dapat dilakukan oleh pengrajin kapal di 86 galangan tradisional untuk mendapatkan kapal yang memiliki parameter teknis yang lebih baik. Penentuan ukuran kapal pada awal proses pembuatan juga menjadi kunci utama untuk mendapatkan kapal yang lebih ideal. Hal lain yang patut menjadi perhatian adalah ketersediaan bahan pembuatan kapal. Ukuran kapal yang telah disepakati sebelumnya akan berubah bila ketersediaan bahan terutama lunas yang diperoleh pengrajin tidak sesuai dengan keinginan pembeli. Oleh karena itu, perlu adanya kesepakatan terkait dengan perubahan ukuran kapal yang disebabkan oleh ketersediaan bahan yang diperoleh pengrajin sehingga kapal yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan apa yang diharapkan. Meskipun penerapan gambar lines plan dan perhitungan stabilitas belum dapat dilakukan pada pembangunan kapal di galangan tradisional, namun penggunaan nilai rasio dimensi utama diharapkan dapat meningkatkan kualitas kapal penangkap ikan yang dibangun. Selain itu, metode pemasangan papan kulit lambung kapal sebaiknya dilakukan setelah gading-gading kapalnya terpasang. Hal ini untuk mencegah terjadinya bentuk kapal yang tidak simetris dan tidak hidrodinamis. Pengembangan teknologi pembuatan kapal di galangan tradisional memerlukan campur tangan pemerintah untuk mempercepat proses transfer teknologi. Ketegasan dan kepedulian instansi terkait terhadap perkembangan galangan tradisional akan melahirkan industri galangan kapal yang mampu menerapkan prinsip-prinsip pembuatan kapal sesuai dengan kaidah naval architecture. Introduksi teknologi sangat diperlukan sehingga kapal-kapal yang dibangun di galangan tradisional memiliki kualitas dan spesifikasi teknis yang sesuai dengan karakteristik alat tangkap yang digunakan dan kondisi perairan yang menjadi wilayah penangkapan.

5.6 Bilge Keel