Kesehatan TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemekaran Wilayah Pembentukan Daerah Otonom

Gambar 39. Perkembangan siswa per Guru Tingkat SMASMKMA Perkembangan ketersediaan tenaga guru di kabupaten Halmahera Timur tahun 2005-2009, bila dibandingkan perkembangan tenaga guru di daerah induk Halmahera Tengah dan Kota Tidore pada tahun yang sama lihat Gambar 37, 38, 39, terlihat Kota Tidore memiliki ketersediaan tenaga guru yang lebih banyak dari Halmahera Tengah dan Halmahera Timur. Karena rata-rata setiap guru di Kota Tidore setiap tahunnya dapat mengajar dan mengawasi murid siswa SDMI, SMPMTs, dan SMASMKMA dibawah 12 orang siswa, dan di Halmahera Tengah rata-rata setiap guru SDMI, SMPMTs, dan SMASMKMA mengawasi dan mengajar murid siswa dibawah 15 orang siswa, sedangkan di Halmahera Timur rata-rata setiap guru SDMI, SMPMTs, dan SMASMKMA mengawasi dan mengajar murid siswa dibawah 25 orang siswa. Hal ini menunjukkan, bahwa secara umum pemekaran wilayah memberikan dampak terhadap semakin tersedianya tenaga guru dalam tahun 2005-2009, sehingga kualitas pelayanan pendidikan setelah pemekaran daerah pada daerah induk Halmahera Tengah dan daerah pemekaran Halmahera Timur dan Kota Tidore semakin membaik.

b. Kesehatan

Pelayanan publik bidang kesehatan merupakan pelayanan dasar yang wajib diselenggarakan pemerintah daerah. Untuk mengetahui perkembangan pelayanan kesehatan digunakan indikator ketersediaan fasilitas kesehatan, dan ketersediaan tenaga medis. Fasilitas kesehatan meliputi rumah sakit, puskesmas, dan puskesmas pembantu Pustu, sedangkan tenaga medis meliputi dokter, bidan dan 15 12 12 13 12 4 5 5 5 5 19 20 24 28 22 5 10 15 20 25 30 2005 2006 2007 2008 2009 P er k em b an g an S is w a p er G u ru Halteng Tidore Haltim perawat. Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan diukur dengan jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk tiap 10,000 orang penduduk. Ukuran jumlah penduduk ini digunakan untuk lebih mengarahkan ketersediaan fasilitas kesehatan pada tingkat kecamatan. Perkembangan fasilitas kesehatan per 10,000 penduduk di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2005-2007 terjadi peningkatan, kemudian pada tahun 2008-2009 cenderung menurun lihat Gambar 40. Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran wilayah memberikan dampak terhadap perkembangan pemerataan pelayanan kesehatan, khususnya dalam pengadaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan puskesmas pembantu. Karena sampai tahun 2009 setiap 10,000 penduduk dapat dilayani oleh 11.2 12 fasilitas kesehatan yang tersedia. Namun, penyediaan fasilitas kesehatan yang diupayakan pemerintah daerah haruslah dibarengi dengan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan yang dibangun, agar sasaran untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan dengan baik. Gambar 40. Perkembangan Fasilitas Kesehatan Per 10.000 penduduk Perkembangan fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2005-2009, bila dibandingkan dengan daerah induk Halmahera Tengah, dan Kota Tidore pada tahun yang sama lihat Gambar 40, maka fasilitas kesehatan lebih tersedia di Kota Tidore, kemudian di Halmahera Tengah daerah induk, dan Halmahera Timur. Karena setiap 10,000 penduduk di Kota Tidore dapat dilayani oleh 4 fasilitas kesehatan, sedangkan di Halmahera Tengah 10 fasilitas kesehatan. 7.78 8.77 8.84 9.38 9.66 3.96 3.88 3.79 4.02 4.01 13.08 12.7 13.62 13.2 11.2 2 4 6 8 10 12 14 16 2005 2006 2007 2008 2009 F as il it as K es eh at an Halteng Tidore Haltim Hal ini menunjukkan, bahwa pemekaran wilayah Halmahera Tengah menjadi Halmahera Timur dan Kota Tidore memberikan dampak terhadap pemerataan fasilitas kesehatan, sehingga secara langsung diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada daerah induk dan daerah pemekaran. Perkembangan fasilitas kesehatan setelah pemekaran wilayah, haruslah bersinergi dengan ketersediaan tenaga kesehatan. Untuk mengetahui perkembangan ketersediaan tenaga kesehatan yang dinyatakan dalam rasio terhadap 10,000 penduduk di Kabupaten Halmahera Timur tahun 2005-2009 secara lengkap ditampilkan dalam Gambar 41. Gambar 41. Perkembangan Tenaga Kesehatan per 10.000 penduduk Pada Gambar 41 menunjukkan, bahwa ketersediaan tenaga kesehatan masih sangat kurang. Hal tersebut terlihat hingga tahun 2009 di Halmahera Timur hanya dapat menyediakan 25,83 26 orang tenaga medis untuk setiap 10,000 penduduk. Hal ini disebabkan penambahan jumlah tenaga kesehatan setiap tahun dalam penerimaan PNS masih terbatas. Ketersediaan tenaga medis di Halmahera Timur tahun 2005-2009, bila dibandingkan dengan daerah induk Halmahera Tengah dan Kota Tidore pada tahun yang sama lihat Gambar 41, maka ketersediaan tenaga kesehatan di Kota Tidore lebih banyak memadai dari Halmahera Tengah daerah induk dan Halmahera Timur. Karena hingga tahun 2009 Kota Tidore menyediakan 45 tenaga medis untuk setiap 10,000 penduduk, dan Halmahera Tengah menyediakan 40 orang tenaga medis untuk 10,000 penduduk. Namun, secara umum setelah 26.82 39.71 32.58 32.83 44.91 41.79 42.91 41.52 38.94 39.09 19.61 21.84 24.27 25.47 25.83 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2005 2006 2007 2008 2009 T en ag a K es eh at an Halteng Tidore Haltim pemekaran wilayah ketersediaan tenaga kesehatan di daerah induk Halmahera Tenga, maupun daerah pemekaran Halmahera Timur dan Kota Tidore semakin meningkat, sehingga pemekaran wilayah memberikan dampak terhadap peningkatan tenaga medis, dan secara langsung dapat meningkatkan pelayanan umum dibidang kesehatan.

c. Kualitas Infrastruktur