Desentralisasi Pemerintahan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Sebaliknya desentralisasi tanpa otonomi daerah akan menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.3.1. Desentralisasi Pemerintahan

Koesoemahatmadja dalam Sumaryadi 2005, menjelaskan bahwa ditinjau secara etimologis, desentralisasi berasal dari bahasa latin, de=lepas dan centrum=pusat; sehingga desentralisasi berarti melepaskan dari pusat. Dalam Encyclopedia of the Social Science disebutkan bahwa, The process of decentralisation denotes the transference of authority, legislative, judicial or administrative, from higher level of government to alower Desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, baik yang menyangkut bidang legislatif, yudikatif, atau administratif. Cheema dan Rondinelli dalam Nurcholis 2005 memberikan definisi desentralisasi sebagai berikut, Decentralization is the transfer of planning, decision-making, or administrative authority from the loco government to in field organizations, local government, or non-governmental organizations Desentralisasi adalah penyerahan perencanaan, pembuatan keputusan, atau kewenangan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi wilayah, satuan administrative daerah, organisasi semi otonom, pemerintah daerah, atau organisasi non pemerintahlembaga swadaya masyarakat. Dalam UU No.322004 tentang pemerintah daerah, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cheema dan Rondinelli dalam Nurcholis 2005 membedakan 4 empat bentuk desntralisasi berdasarkan definisi desentralisasi yang dirumuskannya, yaitu; 1 Dekonsentrasi Deconcentralion, 2 Pelimpahan wewenang pada lembaga semi otonom delegasi Delegation to semi -autonomous, 3 Devolusi Devolution, 4 Penyerahan fungsi pemerintah pusat ke lembaga non pemerintah Transfer of function from government to non governmental organizations. Litvack 1991 dalam Mardiasmo 2008 mengemukakan bahwa secara garis besar pengertian desentralisasi dapat dibedakan dalam 3 tiga jenis: a. Desentralisasi politik, pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada daerah yang menyangkut aspek pengambilan keputusan, termasuk penetapan standar dan berbagai peraturan. b. Desentralisasi administrasi, merupakan pelimpahan kewenangan, tanggungjawab, dan sumberdaya antar berbagai tingkat pemerintahan. c. Desentralisasi fiskal, merupakan pemberian wewenang kepada daerah untuk menggalai sumber-sumber pendapatan, hak menerima transfer dari pemerintah yang lebih tinggi, dan menentukan belanja rutin dan investasi. Osborne dan Gaebler 1991 menyebutkan bahwa lembaga yang terdesentralisasi mempunyai 4 empat keunggulan, diantaranya; pertama, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi. Lembaga tersebut dapat memberi respon dengan cepat terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan yang berubah; kedua, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang tersentralisasi; ketiga, lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif daripada yang tersentralisasi; keempat, lembaga yang terdesentralisasi menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen, dan lebih besar produktifitas.

2.3.2. Otonomi Daerah