Dilihat menurut tingkat pendidikan, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah tidak tamat SD, dan
responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah SD. Karena responden tidak tamat SD memiliki keterbatas
informasi dan pengetahuan berkaitan regulasi pengelolaan potensi hasil hutan kayu, sementara responden tamat SD memiliki informasi dan pengetahuan yang
cukup berkaitan dengan regulasi pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu. Dilihat menurut pekerjaan utama, responden yang paling banyak menjawab
sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah tidak bekerja, dan responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan
adalah buruh. Karena responden tidak bekerja selain tidak memiliki informasi yang cukup, juga tidak memiliki kaitan aktifitas disektor kehutanan, sedangkan
responden buruh tidak memiliki kesempatan untuk diterima menjadi tenaga kerja pada perusahan yang bergerak disektor kehutanan.
Dilihat menurut jabatan dalam masyarakat, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan semakin meningkat adalah tokoh agama. Sedangkan
masyarakat biasa paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan. Karena tokoh agama memiliki informasi yang terbatas berkaitan
pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu, sementara masyarakat biasa memiliki informasi yang lebih banyak berkaitan kegiatan disektor kehutanan
khususnya dalam pemanfaatan hasil kayu olahan, dan tanggungjawab social perusahan.
Persepsi responden secara khusus terhadap sektor kehutanan setelah pemekaran wilayah yang beragam atau berbeda, lebih disebabkan pada infomasi
dan pengetahuan berkaitan sektor kehutanan. Namun secara umum, setelah pemekaran wilayah sektor kehutanan mengalami peningkatan.
d. Pertambangan
Secara umum hasil analisis pada Gambar 60 menunjukkan, bahwa sebagian besar responden yang diwawancarai menjawab sektor pertambangan tidak
mengalami peningkatan setelah pemekaran wilayah, dan 39,86 responden menjawab sektor pertambangan mengalami peningkatan setelah pemekaran
wilayah.
Responden yang berpersepsi sektor pertambangan tidak mengalami peningkatan setelah pemekaran wilayah, karena perusahan yang mengelola dan
memanfaatkan potensi pertambangan khususnya nikel, kurang melibatkan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja, dan tidak melaksanakan kewajiban
commodity development comdev dengan baik, serta tidak memperhitakan dampak lingkungan.
Persepsi masyarakat terhadap sektor pertambangan yang semakin meningkat, karena selain masyarakat dilibatkan sebagai tenaga kerja, commodity
development dilaksanakan dengan baik. Bahkan dengan adanya kegiatan disektor pertambangan memberikan dampak terhadap ekonomi masyarakat, karena hasil-
hasil pertanian, dan perikanan dapat dipasarkan ke perusahan tambang. Persepsi masyarakat terhadap meningkatnya sektor pertambangan,
ditunjukkan dengan kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB. Dalam tahun 2004-2008 sektor pertambangan memiliki kontribusi terbesar kedua setelah sector
pertanian. Pada tahun 2004 kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB sebesar 15,20, kemudian meningkat menjadi 18,75 pada tahun 2009.
Peningkatan kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB, menunjukkan bahwa setelah pemekaran wilayah khususnya tahun 2004-2008 sektor
pertambangan mengalami peningkatan. Peningkatan kegiatan disektor pertambangan juga, ditunjukkan dengan
perkembangan kegiatan dan produksi bahan tambang, dari jenis bahan tambang yang terdapat di Halmahera Timur yang telah dieksploitasi produksi adalah biji
nikel kadar tinggi dan kadar rendah, dengan luas 1.475,90 ha. Sedangkan yang telah di eksplorasi sebesar 93.345,43 ha. Disamping itu, adanya k
ebijaka pemerintah untuk memungut sumbangan pihak ke-3 sejak tahun 2007, setiap produksi
biji nikel per metriks ton dikenakan sumbangan pihak ke-3 sebesar Rp.5000ton. Jumlah sumbangan pihak ketiga sejak tahun 2007 sampai 2009 mencapai sebesar
Rp.76.457.344.660,- Sumbangan pihak ke-3 ini belum termasuk dengan Royalty dan land-Rent.
Secara khusus persepsi responden terhadap sektor pertambangan setelah pemekaran wilayah, bila dilihat menurut profil responden sangat beragam atau
berbeda. Dari Tabel 37, terlihat bahwa persepsi responden di sektor kehutanan setelah pemekaran wilayah menurut jenis kelamin, perempuan lebih banyak
menjawab sektor pertambangan semakin meningkat, dan responden laki-laki paling banyak menjawab sektor pertambangan tidak mengalami peningkatan.
Dilihat asal suku, yang paling banyak menjawab sektor pertambangan semakin meningkat adalah lokal Malut. Sedangkan suku Lokal, Jawa, Sulawesi, dan
lainnya paling menjawab sektor pertambangan tidak mengalami peningkatan. Dilihat menurut jabatan dalam masyarakat, yang paling banyak menjawab sektor
pertambangan semakin meningkat adalah tokoh agama. Sedangkan masyarakat biasa, kadessekdesPemda, tokoh masyarakat dan tokoh adat yang paling banyak
menjawab sektor pertambangan tidak mengalami peningkatan. Namun, secara umum setelah pemekaran wilayah sektor pertambangan mengalami peningkatan.
Tabel 37. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sektor Pertambangan Setelah Pemekaran Wilayah Menurut Profil Responden
Profil Responden
Kategori Apakah setelah pemekaran
wilayah sektor Pertambangan semakin meningkat
Ya
Tidak
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
37.74 62.26
2. Perempuan 60.00
40.00 Asal Suku
1. Lokal 16.67
83.33 2. Lokal Malut
52.94 47.06
3. Jawa 33.33
66.67 4. Sulawesi
33.33 66.67
5. Lainnya 45.45
54.55 Pendidikan
1. TKSD 100.00
- 2. SD
25.00 75.00
3. SMP 33.33
66.67 4. SLTA
44.00 56.00
5. PT 41.67
58.33 Pekerjaan Umum
1. Tidak Bekerja 100.00
- 2. Pegawai Negeri
16.67 83.33
3. Nelayan 66.67
33.33 4. Petani
40.00 60.00
5. Buruh -
100.00 6. Lainnya
50.00 50.00
Jabatan dalam 1. Masyarakat Biasa
44.44 55.56
Masyarakat 2. KadesSekdesPemda
36.84 63.16
3. Tokoh Masyarakat 36.36
63.64 4. Tokoh Adat
- 100.00
5. Tokoh Agama 66.67
33.33
e. Konstruksi