Analisis Deskriptif Analytical Hierarchy Process AHP

3.5.2. Analisa Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat Pemekaran Wilayah.

Analisis persepsi masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah digunakan pendekatan analisis yang meliputi, a analisis deskriptif, b Analytical Hierarchy Process AHP, dan c Chi-Square. Model pendekatan analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Pendekatan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi masyarakat terhadap manfaat pemakaran wilayah, dari aspek sosial politik, fisik dan ekonomi, serta kinerja pembangunan daerah.

b. Analytical Hierarchy Process AHP

Pendekatan Analytical Hierarchy Process AHP digunakan untuk menganalisis aspirasi dan persepsi masyarakat mengenai manfaat pemekaran wilayah dan distribusi manfaat pemekaran wilayah. Pendekatan AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap aspirasi masyarakat mengenai manfaat pemekaran wilayah yang dipandang penting dan menjadi prioritas, serta persepsi masyarakat mengenai distribusi manfaat pemekaran wilayah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Analytical Hierarchy Process AHP adalah: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang ingin dicapai, dan selanjutnya menyusun struktur hierarki dimulai dari tujuan umum level 1, aspek level 2, dan faktor level 3. Dalam penelitian ini tujuan utama level 1 merupakan definisi masalah yang diantaranya, a aspirasi masyarakat mengenai manfaat pemekaran wilayah, dan b distribusi manfaat pemekaran wilayah. Kemudian pada level-2 yang merupakan aspek manfaat pemekaran wilayah yang diaspirasikan masyarakat, meliputi aspek sosial politik, fisik dan ekonomi. Sedangkan distribusi manfaat pemekaran pada level 2, meliputi pemerintah daerah, pengusaha dan masyarakat. Selanjutnya pada level 3 faktor-faktor dari aspek sosial politik meliputi pelayanan umum, partisipasi masyarakat, kesempatan kerja, akses terhadap sumberdaya penegakan hukum. Faktor-faktor aspek fisik meliputi fasilitas umum dan sosial. Faktor-faktor serta aspek ekonomi meliputi, sektor pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan, konstruksi, perdagangan dan lainnya. Sedangkan faktor-faktor distribusi manfaat pemekaran wilayah aspek pemerintah daerah meliputi pemerintah daerah dan DPRD. Faktor-faktor aspek pengusaha meliputi pengusaha besar, menengah dan kecil. Faktor-faktor aspek masyarakat meliputi masyarakat lokal, Maluku Utara, Jawa, Sulawesi, Cina dan lainnya. Struktur hierarki aspirasi dan persepsi masyarakat mengenai manfaat pemekaran wilayah secara lengkap ditampilkan pada Gambar 2 dan 3. 2. Membuat matriks komparasi berpasangan. Komparasi dilakukan untuk penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hierarki atau penilaian pendapat. Teknik ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan 64 orang responden yang sudah dipilih key responden dengan teknik stratified purposive. Responden adalah masyarakat Halmahera Timur yang dipandang lebih memahami dan mengetahui manfaat pemekaran wilayah dan pola distribusi manfaat pemekaran wilayah dan dikelompokkan menurut jenis kelamin, asal suku, tingkat pendidikan, pekerjaan utama dan jabatan dalam masyarakat. Keterangan: PU: Pelayanan Umum FU: Fasilitas Umum PrT: Pertambangan PM: Partisipasi Masyarakat FS: Fasilitas Sosial KS: Konstruksi KK: Kesempatan Kerja PT: Pertanian PRd: Perdagangan AS: Akses thd Sumberdaya PRi: Perikanan PRi: Perikanan PH: Penegakan Hukum KHt: Kehutanan LA: Lainnya Rumah makanrestoran Tokokios, Penginapan hotel, listrik air bersih, Jasa transportasi dan komunikasi . Gambar 2. Struktur Hierarki Aspirasi Manfaat Pemekaran Wilayah Level 3 Faktor Manfaat Aspirasi Manfaat Pemekaran Wilayah Level 1 Tujuan Aspirasi Manfaat Level 2 Aspek Manfaat Sosial Politik Ekonomi Fisik P Rd K S Pr T K Ht P Ri P T F S F U P H L A P U P M K K A S Gambar 3. Struktur hierarki distribusi manfaat pemekaran wilayah. Untuk mengkuantifikasikan data kualitatif khususnya aspirasi dan persepsi yang berkaitan dengan manfaat pemekaran wilayah yang dipandang penting dan prioritas pada materi wawancara digunakan nilai skala komparasi 1-9 mengikuti panduan skala perbandingan Saaty 1991 seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Skala Perbandingan berpasangan dalam AHP Intensitas Pentingnya Definisi Keterangan Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangkan sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lain 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas yang lain 7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atau yang lain memiliki tinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan angka bukan nol diatas Jika elemen i dibandingkan dengan j mendapat nilai bukan nol, maka j dibandingkan dengan i, mempunyai nilai Asumsi yang masuk akal Level 1 Tujuan Distribusi Manfaat Level 3 Faktor Distribusi Manfaat Pemekaran Wilayah Masyarakat Level 2 Aspek PEMDA Pengusaha Lainnya Cina Sulawesi Jawa Malut Lokal Besar Menengah Besar Pemda DPRD kebalikannya. Rasional Rasio yang timbul dari skala Jika konsistensi perlu dipaksakan dengan mendapatkan sebanyak n nilai angka untuk melengkapi matriks. Sumber: Saaty, 1991 Pembobotan perbandingan dilakukan berdasarkan pada pertanyaan seberapa kuat suatu elemen berkontribusi, mendominasi, mempengaruhi, memenuhi atau menguntungkan pada suatu pertimbangan sifat yang dibandingkan dibandingkan dengan elemen lain. Berkenaan dengan itu, maka dalam penelitian ini dilakukan perbandingan atas masing-masing faktor, aspek, tujuan dengan beberapa alternatif yang ditawarkan. Skala perbandingan ini dibuat berdasarkan tingkatan kualitatif dari kriteria yang dikuantitatifkan dari tujuan untuk mendapatkan suatu skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antara beberapa alternatif. Prioritas menyeluruh dari berbagai pertimbangan diperoleh dengan cara mensintesis terhadap keseluruhan pertimbangan. Sintesis dilakukan dengan pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan bilangan tunggal yang menunjukkan prioritas setiap elemen. Formulasi untuk menentukan vektor prioritas dari elemen-elemen pada setiap matriks adalah sebagai berikut : 1. Menjumlahkan nilai-nilai dalam setiap kolom 012 = 3 452 6 789 1 dimana : Nkj = Nilai kolom ke j, aij = nilai setiap entri dalam matriks pada baris i kolom j, dan n = jumlah elemen. 2. Membagi setiap entri dalam setiap kolom dengan jumlah pada kolom untuk memperoleh matriks yang dinormalisasi Ndij 0:52 = 452 012 dimana: Ndij = nilai setiap entri yang dinormalisasi pada baris i kolom j. 3. Vektor prioritas dari setiap elemen diperoleh dengan menrata-ratakan nilai sepanjang baris Vpi ;5 = 3 0:52 = 6 89 Kemudian untuk nilai konsistensi rasio CR dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Perhitungan akar ciri atau nilai eigen eigen value maksimum λ maks VA = aij x Vp dengan VA=V aij; dimana: VA vector antara. ; = ? ? dengan VB=Vbi, dimana: VB=nilai eigen. λ A4B = ∑ ; 6 D9 5 = 1 2. Perhitungan indeks konsistensi CI EF = λ A4B − = = − 1 dimana λ max = akar ciri maksimum dan n = ukuran matriks. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap validitas atau keabsahan hasil. 3. Perhitungan rasio konsistensi CR EH = EF HF Dimana nilai RI diperoleh dari tabel sebagai berikut : Tabel 6. Nilai Random Indeks Ukuran matriks Indeks Random 1 dan 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41

c. Analisis