Persepsi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemekaran Wilayah Pembentukan Daerah Otonom

Bentuk penyampaian aspirasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi aspirasi langsung dan tidak langsung. Aspirasi langsung, biasanya disampaikan dengan cara masyarakat datang langsung ke institusi negara seperti eksekutif dan legislatif. Aspirasi langsung biasanya diekspresikan dengan cara demonstrasi dengan jumlah massa yang banyak, atau hanya sekelompok orang saja. Sedangkan aspirasi tidak langsung, disampaikan dalam bentuk surat atau pernyataan- pernyataan yang bersifat pengaduan dan laporan. Dari pengertian-pengertian mengenai aspirasi dan masyarakat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa aspirasi masyarakat adalah sekumpulan harapan dan keinginan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau dicita-citakan. Berkaitan dengan penelitian ini pula, aspirasi masyarakat meminta pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Tengah menjadi beberapa daerah otonom baru, yaitu Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan dengan harapan atau tujuan agar dengan adanya pemekaran wilayah akan tercipta kesejahteraan masyarakat dan memacu laju perkembangan pembangunan daerah Kabupaten Halmahera Timur. Oleh karena itu, aspirasi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keinginan-keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah, yang perlu diselenggarakan dalam pembangunan daerah.

2.5. Persepsi Masyarakat

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 2003, kata persepsi mengandung arti, 1 tanggapan penerimaan langsung, 2 proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Sedangkan kata mempersepsikan berarti membuat persepsi. Selanjutnya menurut Echols dan Shadily 2003, kata perception persepsi berarti 1 penglihatan, 2 tanggapan daya memahami atau menanggapi. Robins dalam Setiawati dan Tangkilisan 2005 menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-kesan sensori untuk memberikan arti tertentu bagi lingkungannya. Lebih jauh Reksowardoyo dalam Sugiyanto 1996, mengemukakan bahwa persepsi masyarakat merupakan tanggapan, pengertian dan interpretasi masyarakat tentang sesuatu obyek yang diinformasikan kepada mereka, terutama bagaimana mereka memandang sesuai dengan dirinya sendiri dalam lingkungan tempat dia berada. Sedangkan Krech dalam Khalid 2002 mendefinisikan persepsi masyarakat sebagai proses perubahan kognitif masyarakat dalam menafsirkan serta memahami dunia yang berada disekitar mereka. Dari definisi dan pengertian persepsi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pandangan, penilaian atau penafsiran seseorang individu untuk memberikan pernyataan, arti makna terhadap sesuatu objek, fenomena atau peristiwa tertentu. Jika persepsi dikaitkan dengan manfaat pemekaran wilayah yang diaspirasikan masyarakat, maka persepsi masyarakat dalam konteks penelitian diartikan sebagai pandangan, tanggapan, atau penilaian masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah. Persepsi masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah dapat terbentuk dari dua aspek, 1 aspirasi mengenai manfaat pemekaran wilayah yang perlu dilaksanakan dalam pembangunan daerah, dan 2 pembangunan daerah yang dilaksanakan pemerintahan daerah tidak didasarkan pada aspirasi masyarakat. Selanjutnya kedua faktor ini secara kognitif melalui panca indera akan membentuk persepsi masyarakat terhadap pemekaran wilayah. Dalam hubungan ini, Kemp et al. dalam Khalid 2002 menyatakan bahwa dalam proses persepsi, seseorang menggunakan pikiran untuk memahami objek atau peristiwa. Sedangkan mata, telinga dan ujung-ujung saraf merupakan alat-alat utama persepsi. Selanjutnya terdapat 2 dua prinsip penting, yaitu; 1 persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi terdiri atas beberapa proses penginderaan yang dihubungkan dan dipadukan menjadi suatu pola yang komplit. Inilah yang menjadi dasar pengetahuan seseorang, 2 seseorang akan bereaksi terhadap sebagian kecil saja lingkungannya. la akan memilih bagian peristiwa yang ingin ia alami dan menarik perhatian. Sarwono dalam Ridwan 1999 mengemukakan bahwa perbedaan persepsi seseorang disebabkan oleh: a. Perhatian, biasa kita tidak dapat menerima seluruh rangsangan yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi kita dapat memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara seseorang dengan orang lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. b. Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul, misalnya pada seorang atlit lari yang siap digaris start, terdapat set bahwa akan terdengar pistol aba-aba untuk berlari. Pada saat itu ia harus berlari. c. Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. d. Sistem nilai, seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat, akan mempengaruhi pula terhadap persepsi. e. Ciri kepribadian, seperti watak, karakter, kebiasaan, akan mempengaruhi pula persepsi. Perbedaan persepsi yang dijelaskan di atas, memperlihatkan suatu perbedaan persepsi yang sifatnya alami atau kodrati hukum Tuhan dan politik. Perbedaan persepsi yang sifatnya alami, ditunjukkan dengan sistim nilai dan ciri kepribadian yang dimiliki seseorang. Sedangkan perbedaan yang sifatnya politik, ditunjukkan dengan perhatian, set dan kebutuhan. Namun demikian, perbedaan persepsi semacam ini tidak bersifat permanen mutlak, tetapi memiliki sifat fleksibilitas yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam persepsi seseorang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap individu manusia dalam masyarakat, dipengaruhi oleh karakteristik setiap orang individu itu sendiri. Hubungannya dengan persepsi masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah, maka dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh karakteristik setiap orang individu dalam masyarakat. Karakteristik masyarakat dapat dikelompokkan menjadi, 1 jenis kelamin, 2 asal suku, 3 tingkat pendidikan, 4 pekerjaan utama, 5 jabatan dalam masyarakat.

2.6 . Pembangunan Daerah dalam Otonomi dan Desentralisasi