Keberlanjutan Skema Kredit TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

Selanjutnya, evaluasi merupakan suatu proses kajian yang dilakukan secara berkala menyangkut relevansi, kinerja, efisiensi dan dampak terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan di awal desain proyek. Monitoring dan evaluasi pada program kredit domba sangat bermanfaat dalam memberikan informasi kinerja program tersebut, apakah pelaksanaannya sudah efektif sehingga menjadi pertimbangan menentukan program selanjutnya. Menurut Muljadi 2006 dalam Yani 2008, terdapat lima indikator kinerja organisasi yaitu: 1. Inputmasukan yaitu sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan menghasilkan output yang ditentukan misalnya dengan informasi dan lainnya. 2. Outputkeluaran adalah sesuatu yang langsung dicapai dari kegiatan berupa fisik maupun non fisik. 3. Outcomehasil adalah sesuatu yang mencerminkan efek langsung. 4. Benefitmanfaat adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir pelaksanaan kegiatan. 5. Impactdampak adalah ukuran yang ditimbulkan setiap kegiatan baik positif maupun negatif pada setiap indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan.

2.6. Keberlanjutan Skema Kredit

Keberlanjutan dalam sebuah skema kredit terkait dengan persoalan sumber-sumber pembiayaan. Keberlanjutan pembiayaan adalah kemampuan sebuah lembaga kredit untuk mempertahankan atau meningkatkan aliran manfaat, menyalurkan melalui dana-dana yang diciptakan secara internal. Keberlanjutan sebuah skema kredit sangat erat kaitannya dengan kelembagaan, khususnya kelembagaan tentang aturan main terutama menyangkut prosedur seleksi screening, sistem insentif incentive dan persoalan yang berkaitan dengan enforcement. Dilihat dari sisi lembaga lender, ketiga masalah tersebut sangat menentukan apakah sebuah skema kredit akan dapat mencapai sasaran kredit borrower secara tepat, yang selanjutnya akan dapat menjamin tercapainya viabilitas finansial yang merupakan komponen penting untuk mencapai keberlanjutan sustainability. Kelembagaan institution secara umum didefinisikan sebagai aturan main dalam masyarakat yang menjadi pedoman dalam memenuhi kebutuhan tertentu North, 1991 dalam Syukur, 2002. Uphoff 1986 dalam Syukur 2002 juga memberikan batasan kelembagaan dan membandingkannya dengan batasan organisasi yang seringkali tertukar dalam penggunaannya. Kelembagaan adalah kumpulan norma-norma dan perilaku yang berlangsung sepanjang waktu dengan melayani beberapa tujuan nilai sosial. Sementara itu organisasi merupakan struktur aturan formal dan informal yang diakui dan diterima. Kelembagaan berfungsi sebagai suatu unsur pendukung informasi yang merupakan wadah informasi untuk menyediakan pengetahuan dan melakukan hubungan interpersonal. Peran kelembagaan yang ada harus memungkinkan informasi yang diperlukan masyarakat untuk memberdayakan dirinya dapat diperoleh. Kemampuan akses terhadap kelembagaan merupakan kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu meningkatkan produktivitas yang selanjutnya dengan bimbingan kelembagaan peningkatan produktivitas tersebut dapat ditransfer ke peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

2.7. Penelitian Terdahulu