Penguasaan Sumberdaya Pertanian Deskripsi Responden

Tabel 12 juga menyajikan jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan, jumlah angkatan kerja keluarga dan jumlah anak yang masih bersekolah. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan adalah 3.80 dan 3.57 orang masing-masing untuk petani penerima kredit dan non kredit. Jumlah anggota keluarga yang masih sekolah relatif kecil yakni rata-rata 1.47 dengan variasi antara 1.45 bagi petani kredit dan 1.48 orang bagi petani non kredit. Sementara itu, rata-rata jumlah angkatan kerja dalam keluarga masing- masing 3.72 dan 3.60 orang. Angkatan kerja keluarga diukur dengan jumlah anggota keluarga yang berumur sama dengan atau lebih dari 15 tahun. Walaupun kenyataannya di wilayah tersebut rata-rata anak berumur 10 tahun sudah bekerja. Priyanti 2007 menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah anggota keluarga cenderung memiliki jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula. Pada penelitian diperoleh juga bahwa jumlah anggota keluarga petani yang mendapatkan kredit lebih tinggi dibandingkan petani yang tidak mendapatkan kredit, sehingga jumlah angkatan kerja pun lebih tinggi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa karakteristik rumahtangga petani penerima kredit tidak jauh berbeda dibandingkan dengan petani non kredit. Karakteristik ini diduga akan memberi pengaruh terhadap aspek lainnya seperti produksi, penggunaan tenaga kerja keluarga, pendapatan dan alokasi pengeluaran.

4.2.2. Penguasaan Sumberdaya Pertanian

Mata pencaharian sebagian besar responden yang diamati adalah sebagai petani dan buruh tani. Petani yang memiliki lahan pertanian sendiri pun kadangkala juga bekerja sebagai buruh tani. Hal ini akibat keterbatasan kepemilikan lahan pertanian yang dikuasai oleh petani. Disisi lain petani pun dapat menggarap lahan milik orang lain dengan cara sewa lahan per tahun ataupun memanfaatkannya dengan cuma-cuma. Penguasaan sumberdaya lahan yang dimiliki oleh petani diukur dengan variabel luas areal tanam komoditas yang diusahakan petani dalam satuan meter persegi. Penguasaan lahan pertanian baik berstatus milik sendiri maupun sewa atau garapan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-Rata Penguasaan Lahan Pertanian dan Peternakan per Rumahtangga Petani m 2 Berdasarkan Tabel 13 diperoleh bahwa pemilikan lahan sawah, kebun, kolam dan lainnya bagi petani yang menerima kredit domba lebih tinggi dibandingkan dengan petani non kredit. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung program kredit domba ditujukan untuk petani yang memiliki aset berupa lahan pertanian, walaupun secara formal tidak ada disebutkan adanya jaminan untuk kredit yang diberikan. Demikian juga halnya dengan kepemilikan lahan kandang, petani penerima kredit domba memiliki lahan kandang yang lebih luas dibandingkan dengan petani yang tidak menerima kredit yaitu masing-masing 18.23 dan 7.16 m 2 . Hal ini secara tidak langsung terkait dengan jumlah ternak domba yang dapat mereka pelihara. Petani yang mengajukan kredit domba Penguasaan Lahan Petani Kredit Petani Non Kredit Milik sendiri 1. Sawah 2 144 562 2. Kebun 485 100 3. Kolam 26 1 4. Kandang 18 7 5. Lainnya 13 SewaGarapan 1. Sawah 891 293 2. Kebun 241 452 berasumsi mereka masih mampu memelihara domba melebihi yang mereka miliki saat ini dengan cara menambah jumlah domba dari kredit. Hal ini menunjukkan bahwa program pemerintah sesuai dengan tujuannya yaitu memberi nilai tambah sehingga pendapatan petani pun meningkat. Kandang domba pada umumnya berbentuk kandang panggung, dimana kotoran akan langsung jatuh ke tanah. Kebanyakan kandang berbentuk kandang kelompok atau tidak disekat per satu ekor domba. Biasanya disekat berdasarkan jenis kelamin yaitu betina dikumpulkan jadi satu dan terpisah dengan jantan. Disamping penguasaan terhadap sumberdaya lahan, petani di Kabupaten Bogor juga memiliki sumberdaya lain yaitu ternak domba itu sendiri. Rata-rata kepemilikan ternak domba rumahtangga petani kredit maupun petani non kredit relatif sama yaitu 2.2 ekor domba. Rata-rata kepemilikan ini tidak jauh berbeda dengan rata-rata kepemilikan ternak domba di Majalengka seperti yang dilaporkan Mahendri et al. 2005 dan Diwyanto et al. 2005. Dengan melihat kepemilikan lahan kandang yang cukup besar bagi petani penerima kredit dan jumlah ternak yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan petani non kredit memberi peluang bagi petani kredit untuk memperoleh tambahan berupa kredit domba dari pemerintah. Penguasaan sumberdaya lainnya adalah keterampilan petani dalam usaha pertanian. Keterampilan petani diukur dengan variabel pengalaman petani dalam mengusahakan ternak domba sehari-hari. Secara umum dalam penelitian ini, diperoleh bahwa pengalaman usaha domba petani kredit lebih lama dibandingkan dengan petani non kredit yaitu 19.71 dan 15.02 tahun. Dapat dinyatakan bahwa hampir separuh hidupnya petani sudah mengelola usaha ternak domba. Keadaan ini terjadi karena usaha pertanian di masyarakat Indonesia memang tidak terlepas dari usaha ternak sebagai tabungan atau usaha sampingan.

4.2.3. Produksi