yang mendapatkan kredit dan jika kewajiban membayar kembali tidak dapat dilakukan maka kewajiban tersebut akan menjadi tanggung jawab kelompok
Stiglitz, 1990. Lebih lanjut Huppi dan Feder 1990 menyatakan bahwa skema pinjaman kelompok sangat berperan dalam keberhasilan pinjaman kredit yaitu: 1
meningkatkan informasi tentang peminjam, 2 tanggung jawab bersama dapat memperbaiki tingkat repayment, dan 3 mengurangi biaya transaksi kredit.
Penundaan kredit untuk semua anggota kelompok adalah cara pemaksaan tanggung jawab kelompok yang paling efektif dan biaya murah.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok yang dibentuk belum mampu melaksanakan perannya sebagai alat monitoring. Kelompok hanya sebagai
formalitas untuk memperoleh kredit domba. Tujuan pengajuan kredit dalam bentuk kelompok adalah diharapkan pengelolaan domba pun secara berkelompok
sehingga hasilnya akan lebih terlihat. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa domba dibawa pulang dan dipelihara oleh masing-masing kelompok,
sehingga tanggung jawab pun tidak secara kelompok.
4.3.2. Peluang Mendapatkan Kredit Domba
Pada tahun 1997 hingga 2004 jenis ternak yang telah digulirkan pemerintah meliputi ayam buras 1 100 ekor, sapi potong 97 ekor, sapi perah 4
ekor, kambing Peranakan Etawah PE 670 ekor, kelinci 1 100 ekor, itik 2 000 ekor, dan ternak domba 4 218 ekor. Jumlah total populasi tersebut sudah termasuk
jantan dan betina baik ternak pokok dari pemerintah maupun ternak revolving ternak hasil penarikan dari peternak yang mendapat kredit ternak pokok awal.
Perguliran ternak tersebar di dua puluh tujuh kecamatan di Kabupaten Bogor seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19.
Tabel 19. Kredit Beberapa Jenis Ternak dari Pemerintah di Kabupaten Bogor Selama Periode 1997-2004
ekor
Jumlah Jenis Ternak
Tahun Kecamatan Jantan Betina Total
Ayam buras 1997
Gunungsindur 25
125 150
1999 Leuwiliang
78 312
390 2001
Cisarua, Leuwiliang 100
460 560
Total 203
897 1 100
Sapi potong 1997
Jonggol 8
8 1999
Rumpin, Cibinong, Cigudeg 67
67 2000
Jasinga 22
22
Total 89
8 97
Sapi perah 2000
Cisarua 2
2 2005
Cisarua 2
2
Total 4
4
Kambing PE 1997
Pamijahan, Ciampea, Rumpin 53
217 270
2000 Bojonggede
80 320
400
Total 133
537 670
Kelinci 2000
Cijeruk, Megamendung,
Cisarua, Caringin, Ciawi
120 480
600 2001
Cisarua, Caringin 100
400 500
Total 220
880 1 100
Itik 2002
Cileungsi 100
900 1000
2003 Cileungsi, Klapanunggal
75 675
750 2004
Ciampea 25
225 250
Total 200
1 800 2 000
Domba 1997
Pamijahan, Cibungbulang, Rumpin, Leuwiliang
116 445
561 1998
Pamijahan, Ciawi 81
155 236
1999 Pamijahan, Cibungbulang, Cigudeg,
Jasinga 96
292 388
2000 Gunung Bunder 1, Cibungbulang,
Rumpin, Leuwiliang,
Cigudeg, Cijeruk, Caringin
142 506
648 2001
Pamijahan, Jonggol, Cigudeg, Jasinga 403
389 792
2002 Pamijahan,
Leuwiliang, Jasinga,
Parungpanjang, Tenjo 60
217 277
2003 Cariu, Ciseeng, Jasinga, Caringin,
Cigudeg, Pamijahan 108
668 776
2004 Pamijahan, Cigudeg, Cisarua, Ciomas
80 460
540
Total 1 086
3 132 4 218
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2004 Jumlah kredit ternak terbesar adalah jenis ternak domba dan sebagian
besar digulirkan di wilayah Kecamatan Pamijahan. Hingga tahun 2005 jumlah
peternak yang mendapatkan kredit domba mencapai 1 019 orang dan secara rinci ditunjukkan pada Tabel 20.
Tabel 20. Populasi Peternak Yang Mendapatkan Kredit Domba di Kabupaten Bogor Tahun 1997-2005
Orang No
Kecamatan Desa
Jumlah Kelompok Jumlah Peternak
1 Panijahan
10 15
303 2
Cigudeg 7
9 141
3 Cibungbulang
4 5
80 4
Jasinga 4
5 94
5 Leuwiliang
5 5
70 6
Rumpin 2
2 33
7 Jonggol
2 2
40 8
Caringin 2
3 61
9 Tenjo
1 1
20 10
Parungpanjang 1
1 9
11 Ciseeng
1 1
17 12
Cisarua 1
1 20
13 Ciomas
1 1
20 14
Cijeruk 3
3 30
15 Ciawi
1 1
11 16
Cariu 1
1 25
17 Sukajaya
1 1
20 18
Megamendung 1
1 25
Total 48
58 1019
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2004 Peluang peternak mendapatkan kredit domba kenyataannya di lapangan
tidak didasarkan pada seleksi, namun lebih didasarkan pada kedekatan dengan ketua kelompok. Kelompok ternak dibentuk secara mendadak dimana anggota
kelompok ditentukan sendiri oleh ketua kelompok. Hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar petani tidak mengetahui dirinya masuk dalam kelompok
tani, sehingga seringkali mereka juga tidak mengetahui adanya kegiatan kelompok. Selain itu, sebagian besar petani juga tidak mengetahui informasi
mengenai kredit domba, biasanya mereka baru mengetahuinya setelah ternak domba datang ke lokasi, dan kemudian baru berinisiatif mengajukan kredit.
Kredit domba yang ditujukan bagi peternak domba sebagai tambahan modal usaha, ternyata tidak terlaksana karena sebagian besar kredit diberikan
kepada petani yang tidak memiliki usaha domba. Sementara itu petani yang telah memelihara ternak domba sebagian besar tidak terlalu menginginkan kredit
domba tersebut. Hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah tenaga kerja untuk mencari pakan ternakrumput. Mereka sudah merasa nyaman dengan jumlah
ternak yang dimiliki saat ini. Disamping itu, mereka berpendapat bahwa jumlah dan waktu pengembalian kredit relatif menyulitkan ditambah dengan input domba
yang relatif kurang bagus baik dari segi umur maupun jenisnya. Tingkat pengembalian kredit turut menjadi faktor penentu peluang petani
mendapatkan kredit. Petani yang anggota kelompoknya memiliki tingkat pengembalian kredit yang rendah cenderung tidak dipercaya lagi untuk disalurkan
kredit domba berikutnya, tidak hanya bagi petani yang tidak melunasi kredit tetapi juga berimbas pada seluruh anggota kelompok. Oleh karena itu, seringkali
pengembangan usaha domba tidak berlanjut akibat tingkat pengembalian yang rendah sehingga petani di sekitar tidak berkesempatan menerima kredit
perguliran.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pendugaan Model Ekonomi Rumahtangga Petani
Hasil analisis terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit domba dan dampak kredit domba terhadap pendapatan petani
akan disajikan dalam bagian ini. Perumusan model ekonomi rumahtangga dikelompokkan dalam empat blok, yaitu: 1 produksi, 2 curahan waktu kerja,
3 pendapatan dan 4 pengeluaran. Program pendugaan model dan hasil secara rinci untuk setiap variabel endogen masing-masing disajikan dalam Lampiran.
5.1.1. Hasil Pendugaan Blok Produksi 5.1.1.1. Persamaan Produksi Ternak
Hasil pendugaan parameter dugaan pada blok produksi cukup representatif menjelaskan kinerja ekonomi perilaku rumahtangga petani pada program
pemberian kredit domba. Hasil dugaan menunjukkan bahwa persamaan produksi ternak domba yang dibangun hanya mampu dijelaskan oleh variabel penjelas
dalam proporsi yang relatif kecil yaitu hanya mencapai 36.39 persen. Namun demikian persentase tersebut sudah cukup representatif mengingat data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, dimana dengan menggunakan data cross section kondisi ideal yang memperoleh nilai R-square
tinggi sulit diperoleh. Hal senada juga diungkapkan oleh Kusnadi 2005 dan Priyanti 2007 dalam penelitiannya yang juga menggunakan data cross section.
Pengaruh masing-masing variabel penjelas terhadap variabel endogennya dalam hal ini adalah variabel produksi ternak secara rinci terlihat pada Tabel 21.