Efektivitas Kinerja Program Kredit Domba

Faktor lain yang berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit ternak domba adalah lama waktu pengembalian kredit. Suyatno 1999 dalam Thamrin 2002 menyatakan bahwa waktu sebagai salah satu unsur kredit memiliki kaitan dengan tingkat resiko kredit. Semakin lama kredit diberikan maka akan semakin besar resikonya karena adanya ketidakpastian pada masa yang akan datang. Azriani 2008 juga menyatakan bahwa semakin lama waktu kredit maka nasabah usaha kecil semakin kurang lancar dalam mengembalikan kredit. Namun dalam penelitian ini sebaliknya diperoleh bahwa tingkat pengembalian kredit akan meningkat jika waktu pengembalian kredit adalah di atas dua tahun. Hal ini menunjukkan bahwa selama dua tahun petani belum memiliki cukup hasil yang digunakan untuk mengembalikan kredit karena kredit disini dalam bentuk ternak bukan uang yang harus dikembalikan juga dalam bentuk ternak. Kredit domba baru dapat mencapai produksinya di atas dua tahun, karena input berupa ternak domba yang diberikan relatif belum dewasa.

5.2. Efektivitas Kinerja Program Kredit Domba

Dalam penyaluran kredit ternak domba perlu diketahui apakah pelaksanaannya sudah efektif atau tidak dalam mencapai tujuannya yaitu meningkatkan pendapatan petani. Informasi keefektifan program tersebut dapat dilakukan dengan monitoring dan evaluasi kinerja program. Efektivitas kinerja program kredit domba di Kabupaten Bogor dikaji dari aspek input, proses, output, outcome dan benefit dengan tolak ukur menggunakan Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Usaha Budidaya Ternak Domba 2006. Pengukuran terhadap outcome, impact dan benefit dilakukan secara partisipatif melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah. Jumlah responden masyarakat adalah 75 orang yang merupakan penerima kredit ternak domba. Responden dari aparat berjumlah lima orang dan dari UPP satu orang yang berkaitan dengan program kredit ternak. Hasil penilaian kinerja program terhadap indikator input yang digunakan di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Hasil Penilaian Input Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Input Hasil Penilaian Skor Jumlah kredit domba Sesuai anggaran atau paket 0.6 Karakteristik kredit domba Jenis dan umur tidak sesuai dengan anggaran atau paket 1.0 Sumber kredit domba Pemerintah 0.4 Aparat yang terlibat Kabupaten, Kecamatan dan Kelompok Ternak 2.0 Kelembagaan yang terlibat Pemerintah dan masyarakat 1.0 Pelatihan untuk petani Mengikuti pelatihan 0.7 Tambahan lain paket kredit Tidak ada 0.9 Berdasarkan Tabel 30 diperoleh bahwa hasil penilaian terhadap aspek input program kredit domba ini tergolong kurang berhasil. Total skor aspek input adalah 6.6 yang berada pada kategori kurang berhasil skor 3.6-7.0. Adapun secara umum faktor yang menghambat kinerja aspek input ini adalah ketergantungan terhadap dana pemerintah yang terbatas sehingga paket kredit yang diterima setiap petani tidak merata. Misalnya satu petani bisa mendapatkan paket kredit berupa domba beserta substansi pendukungnya, namun pada petani lain hanya mendapatkan paket kredit ternak saja. Selain itu jumlah kredit yang diberikan relatif kecil yaitu berkisar antara dua sampai lima ekor. Menurut Karo- Karo 2005 skala ekonomis pemeliharaan domba adalah minimal dua puluh ekor induk sehingga diperoleh pendapatan rata-rata dua sampai empat ekor per bulan. Mengingat paket yang diberikan berupa natura domba, maka keberhasilan pengembalian tergantung juga pada spesifikasi domba itu sendiri. Karakteristik ternak domba yang diberikan pemerintah tidak seragam artinya ada peternak yang mendapatkan jenis ternak unggul sesuai dengan paket dan ada yang tidak. Namun demikian, faktor pendukung kinerja program ini adalah komitmen pemerintah dalam pelaksanaan pelatihan program dan adanya keterlibatan lembaga masyarakat dalam program tersebut. Pelaksanaan pelatihan beternak domba merupakan salah satu bentuk pendampingan pemerintah untuk membantu peternak mencapai hasil yang lebih baik. Hasil penilaian terhadap indikator proses yang digunakan untuk mengukur kinerja program kredit domba di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Hasil Penilaian Proses Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Proses Hasil Penilaian Skor Identifikasi kebutuhan petani Keputusan aparat atau pemberi kredit 0.5 Sosialisasi program Dilakukan 0.7 Lembaga sosialisasi program Dinas melibatkan kelompok ternaktani 1.0 Penentuan lokasi program ini Dinas atau pemberi kredit 0.0 Penentuan petani sasaran Dinas melibatkan kelompok ternaktani 1.0 Kesesuaian program dengan kebutuhan petani Sesuai 0.7 Proses pengajuan Pengajuan tidak sulit 1.0 Penentuan jumlah paket Pemerintah 0.4 Jaminan peternak Tidak ada 1.0 Pendampingan dari petugas 1-5 kali 1.6 Materi pendampingan Berkaitan dengan usaha domba 1.4 Biaya program Tidak ada 1.0 Lama pengajuan hingga pencairan Lama 0.8 Jumlah pengembalian Tidak memberatkan 0.6 Waktu pengembalian Memberatkan 0.3 Karakteristik domba yang dikembalikan Tidak sesuai paket kredit 0.0 Pemantauan atau pengawasan Hanya dilakukan oleh ketua kelompok 1.0 Yang terlibat dalam proses penyetoran ternak Dinas dan kelompok 1.0 Proses evaluasi program Dinas atau pemberi kredit 0.0 Berdasarkan Tabel 31 diperoleh bahwa total skor hasil penilaian terhadap aspek proses adalah 13.9. Hal ini menunjukkan bahwa proses program kredit domba tergolong kurang berhasil ditunjukkan dengan nilai skor tersebut berada pada interval skor 7.1-14.0. Faktor yang mendukung keberhasilan program ini adalah kebutuhan dari masyarakat atau petani ternak sejalan dengan program yang diberikan pemerintah yaitu usaha peternakan domba. Selain itu adanya partisipasi masyarakat dan pemerintah sebagai pemberi kredit menjadikan proses sosialisasi hingga realisasi program perguliran domba ini berjalan lancar. Kemudian ditambah dengan proses pengajuan yang tidak menyulitkan peternak sebagai penerima kredit. Berbeda dengan pinjaman bank pada umumnya, program ini tidak perlu menggunakan jaminan atau agunan, namun kelompok itu sendirilah yang menjadi jaminan sehingga proses pengajuannya pun melalui kelompok secara kolektif. Namun demikian perlu juga lebih diperhatikan proses pemantauan, pengawasan, pendampingan dan evaluasi yang selama ini sebagian besar hanya dilakukan oleh dinas dan ketua kelompok taniternak. Walaupun pemberian domba ditujukan untuk peternak terpilih melalui ketua kelompok, secara tidak langsung keterlibatan masyarakat luas perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat bahwa kredit domba yang diberikan pemerintah berbentuk perguliran, dimana kredit domba yang harus dikembalikan akan diteruskan ke petani lain yang belum menerima kredit tersebut. Dengan demikian adanya kesadaran peternak yang sudah menerima kredit ditambah adanya kontrol dari masyarakat akan lebih memudahkan proses program kredit domba tersebut. Hal ini dipertegas oleh Stiglitz 1990, bahwa pinjaman dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan kelompok itu sendiri, secara tidak langsung akan saling memonitor antar anggota kelompok, akan memudahkan dalam mekanisme monitoring sehingga berimplikasi terhadap tingkat pengembalian ternak yang tinggi. Secara umum proses pengembalian kredit dibuat semudah mungkin, dimana petani tidak perlu mendatangi pemberi kredit, namun cukup dikumpulkan di ketua kelompok untuk kemudian dinas yang akan mengambilnya. Jumlah pengembaliannya pun tidak memberatkan bagi petani, hanya saja waktu yang ditetapkan pemerintah untuk pengembalian cukup memberatkan. Hal ini terkait dengan input ternak yang kondisinya tidak seragam, ada yang sudah cukup umur untuk dikawinkan dan ada yang memang masih sangat kecil. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi produksi ternak dan akhirnya akan menghambat proses pengembalian. Kelemahan lainnya adalah proses pendampingan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat seringnya dilakukan pada tahap awal program berjalan. Selanjutnya proses pendampingan lebih banyak dilakukan oleh ketua kelompok taniternak. Hal ini terjadi karena masyarakat penerima kredit sulit meluangkan waktunya untuk mengikuti rapat kelompok ataupun kegiatan kelompok lainnya, disamping keterbatasan tenaga pendamping di lapangan. Kondisi ini seharusnya membuat peternak lebih mandiri tidak hanya terpaku pada penyuluh. Namun demikian seringkali petani tidak cukup memanfaatkan fungsi kelompok taniternak yang telah mereka bentuk untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan. Walaupun proses pengajuan hingga realisasi program ini cukup mudah, namun prosesnya memerlukan waktu yang lama. Hal ini cukup beralasan karena sumber kredit dalam hal ini Dinas Peternakan memiliki keterbatasan anggaran dalam setahun sehingga jika terdapat pengajuan kredit baru di luar yang sudah dianggarkan akan diproses untuk anggaran tahun berikutnya. Hasil penilaian terhadap indikator output yang digunakan untuk mengukur kinerja program kredit domba disajikan pada Tabel 32. Tabel 32. Hasil Penilaian Output Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Output Hasil Penilaian Skor Jumlah petani yang menerima kredit domba 15 dari RTP 0.8 Produksi atau jumlah ternak domba Meningkat lebih dari 10 0.7 Jumlah unit usaha peternakan Tidak meningkat 0.6 Kinerja anggaran subsektor peternakan Meningkat lebih dari 5 1.6 Kelembagaan masyarakat dalam usahatani atau usahaternak Meningkat kurang dari 5 1.2 Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 32, diperoleh total skor aspek output adalah 4.9, sehingga output program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil skor 2.6-5.0. Adapun faktor yang mendukung kinerja aspek output adalah kemauan masyarakat yang cukup tinggi untuk mengikuti program tersebut. Namun karena keterbatasan jumlah anggaran, maka tidak banyak peternak yang berkesempatan mendapatkannya. Oleh karena itu beberapa peternak yang mendapatkan satu paket kredit dari dinas mencoba untuk membagi paket tersebut dengan petani lain. Faktor pendukung lainnya adalah meningkatnya kelembagaan atau kelompok tani ternak di masyarakat, tetapi masih kurang dari lima persen. Kelembagaan ini merupakan wadah yang mempermudah peternak untuk memperoleh kredit karena proses pengajuan harus melalui kelompok bukan perseorangan. Peningkatan kelembagaan yang masih cukup rendah ini disebabkan oleh kesibukan petani untuk bekerja sehingga tidak cukup banyak waktu untuk mengikuti kegiatan kelompok ditambah kegiatan kelompoknya sendiri tidak terlalu banyak. Bahkan ada beberapa petani yang tidak mengetahui apakah mereka masuk sebagai anggota kelompok atau tidak. Faktor penghambat kinerja aspek output adalah motivasi petani untuk meningkatkan produktivitasnya lebih didasarkan karena adanya program kredit yang identik dengan bantuan sehingga penambahan produksi atau jumlah ternak yang ada tidak dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari jumlah unit usaha peternakan yang tidak mengalami peningkatan. Seringkali peternak menjual ternak miliknya sendiri ketika mereka mendapatkan kredit domba. Disamping itu, ada juga petani yang awalnya bukan peternak ikut mengajukan ternak karena bentuknya dianggap betul-betul program bantuan, sehingga seringkali usaha ini dilakukan tidak optimal. Hasil penilaian kinerja program kredit domba terhadap indikator outcome disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Hasil Penilaian Outcome Program Kredit Ternak Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Outcome Hasil Penilaian Skor Peningkatan pendapatan dari usaha Peternakan Meningkat 0.7 Peningkatan jumlah rumahtangga di sektor Peternakan Meningkat 0.6 Peningkatan konsumsi protein hewani Tidak meningkat 0.2 Peningkatan usaha di bidang peternakan Tidak meningkat 0.4 Peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha Meningkat 0.6 Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 33, diperoleh total skor aspek outcome adalah 2.4, sehingga outcome program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil skor 1.3-2.5. Faktor yang mendukung kinerja program aspek outcome adalah adanya tambahan pendapatan di luar usahatani yaitu usaha ternak domba. Hal ini mengingat bahwa petani yang mendapatkan kredit sebagian besar sedang tidak memiliki ternak domba walaupun mereka pernah berpengalaman mengusahakan domba. Dengan adanya kredit domba mereka diberikan kesempatan untuk menambah pendapatan mereka yang tadinya hanya diperoleh dari usaha baik on farm, off farm maupun non farm. Namun karena usaha domba ini adalah usaha musiman, maka peningkatan pendapatan tidak terlihat secara nyata, hanya ketika mereka memerlukan biaya tambahan ada aset yang dapat diuangkan yaitu dalam bentuk ternak domba itu sendiri. Faktor pendukung lainnya adalah terjadinya peningkatan jumlah rumahtangga di bidang peternakan. Hal ini terjadi karena kebanyakan yang mendapatkan domba adalah petani yang tidak memiliki ternak sebelumnya. Selain itu dengan mengusahakan domba secara tidak langsung terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan di bidang usaha peternakan. Sementara itu faktor penghambat kinerja program kredit domba dari aspek outcome adalah kurang ada peningkatan usaha di bidang peternakan. Hal ini terlihat dari usaha domba tidak dapat tumbuh secara berkelanjutan. Para petani cenderung menjual seluruh ternaknya ketika proses pengembalian kredit sudah dapat diselesaikan bahkan yang menunggak pun sudah menjual seluruh aset ternaknya karena alasan ekonomi. Selain itu ada juga petani yang beralih ke usaha ternak selain domba bahkan ada yang menjual ternaknya untuk dijadikan modal usaha dagang dan lainnya. Pemberian kredit dari pemerintah juga tidak menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi protein hewani. Hal ini karena sudah menjadi pola kebiasaan petani yang kurang menyadari pentingnya mengkonsumsi protein hewani. Disamping itu juga karena ternak domba merupakan tabungan keluarga yang bisanya digunakan untuk keperluan sekolah, hajatan dan bukan untuk merubah pola konsumsi. Sementara itu, hasil penilaian kinerja program kredit domba terhadap indikator impact disajikan pada Tabel 34. Tabel 34. Hasil Penilaian Impact Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Impact Hasil Penilaian Skor Menimbulkan ketergantungan dengan bantuan pemerintah Ya 0.4 Terjadi konflik pemanfaatan lahan setelah adanya program Tidak 0.7 Daya dukung lahan mengalami perubahan Ya 0.0 Terjadi persaingan tidak sehat antara petani Tidak 0.6 Pembangunan dana untuk sektor lain jadi berkurang Tidak 1.0 Menumbuhkan dinamika kelompok Ya 0.5 Menumbuhkan sumber ekonomi lain Tidak 0.2 Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 34, diperoleh total skor aspek impact adalah 3.4, sehingga impact program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil skor 1.8-3.5. Semua indikator tersebut sebaiknya perlu mendapat perhatian untuk perbaikan ke depan. Adanya program kredit domba telah menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah. Masyarakat yang berpendapatan tinggi pada dasarnya mampu mendapatkan pinjaman dari bank ataupun mampu menggunakan uangnya untuk investasi di usaha ternak domba. Namun kenyataannya mereka tetap mengandalkan dari pemerintah untuk investasi di usaha ternak domba dan memilih menggunakan dananya sendiri untuk ditabung atau konsumsi. Besarnya kredit domba dari pemerintah sejauh ini belum menimbulkan konflik penggunaan lahan. Namun ke depan perlu tetap diantisipasi karena lahan yang sesuai untuk kegiatan peternakan relatif terbatas dan kepemilikan lebih banyak terkonsentrasi pada orang-orang tertentu. Daya dukung lahan juga mengalami perubahan karena penggunaan sumberdaya alam yang terus menerus dalam hal ini pakan yang diberikan kepada ternak sangat tergantung pada alam sehingga jika penggunaan sumberdaya tidak bijaksana maka akan berdampak buruk pada kinerja program. Kelemahan lain kinerja program kredit domba ini adalah belum menumbuhkan usaha lain di bidang peternakan seperti industri pengolahan hasil, industri pakan ternak, maupun pengolahan kompos. Hal ini perlu mendapatkan perhatian untuk ke depan karena dalam mengusahakan domba ada produk lain yang dihasilkan juga selain ternaknya sendiri yaitu kotoran domba. Selama ini kotoran hanya ditumpuk dan digunakan untuk keperluan sawah sendiri. Dengan partisipasi penyuluh, perlu dilakukan adopsi teknologi seperti pengolahan kotoran menjadi kompos sehingga nantinya memiliki nilai jual dan akhirnya akan menambah pendapatan peternak. Kelebihan dari program ini adalah tidak terjadi persaingan tidak sehat dalam memperoleh kredit antara peternak dengan petani yang baru. Namun demikian potensi konflik perlu mendapatkan perhatian di masa yang akan datang. Oleh karena itu seleksi dalam memilih petani yang akan mendapatkan ternak sebaiknya lebih berhati-hati. Betul-betul seleksi didasarkan pada kriteria atau persyaratan yang sudah seharusnya bukan didasarkan pada hubungan kekerabatan atau kedekatan petani dengan ketua kelompok atau penyuluh. Hasil penilaian terhadap indikator benefit yang digunakan untuk mengukur kinerja program kredit domba disajikan pada Tabel 35. Berdasarkan hasil penilaian diperoleh total skor aspek benefit adalah 2.4, sehingga benefit program tergolong ke dalam kategori kurang berhasil skor 1.3- 2.5. Faktor yang tidak mendukung kinerja program dari aspek benefit adalah belum terjadinya pemerataan pembangunan. Hal ini wajar saja terjadi karena adanya keterbatasan anggaran dari pemerintah, sementara di sisi lain petani tergantung dengan keberadaan bantuan dari pemerintah tersebut. Petani dengan pendapatan tinggi kurang mau memberikan kesempatan kepada petani dengan pendapatan rendah terlebih dahulu. Faktor lainnya adalah program kredit domba belum dapat meningkatkan kontribusi terhadap PAD, namun sudah cukup mensejahterakan masyarakat. Adanya program ini juga mendorong perkembangan wilayah yaitu dari wilayah terpencil dengan akses informasi sulit menjadi wilayah yang lebih terbuka aksesnya terhadap informasi. Hal ini didukung oleh datangnya penyuluh ke wilayah tersebut sebagai sumber informasi. Tabel 35. Hasil Penilaian Benefit Program Kredit Domba di Kabupaten Bogor Kriteria Benefit Hasil Penilaian Skor Pemerataan pembangunan setelah program kredit domba Tidak 0.0 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ya 0.7 Peningkatan kontribusi terhadap PAD Tidak 0.0 Pemanfaatan sumberdaya secara optimal Ya 0.9 Mendorong perkembangan wilayah Ya 0.8 Berdasarkan keseluruhan penilaian kinerja program kredit domba di Kabupaten Bogor, terlihat bahwa program tersebut kurang berhasil dilaksanakan. Kurang berhasilnya program tersebut dimulai dari input yang kurang memadai sehingga akan berpengaruh terhadap penilaian aspek yang lain. Perbaikan ke depan sebaiknya dimulai dari input dan proses sehingga harapan output, outcome, impact dan benefit dapat tercapai.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan kondisi wilayah, hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Adanya kredit domba kurang berdampak pada peningkatan pendapatan rumahtangga peternak karena target petani kredit yang tidak tepat, dan innovation institution yang dibangun mengalami kegagalan akibat proses dalam tahapan-tahapan kredit yang tidak sesuai. a. Pendapatan petani sendiri dipengaruhi oleh produksi ternak, penerimaan dari kotoran, biaya produksi dan pendidikan responden. b. Peningkatan produksi ternak domba dipengaruhi faktor jumlah kredit domba, jumlah domba milik sendiri, kematian ternak, persentase domba majir, persentase domba betina dan frekuensi mengikuti kegiatan dalam kelompok. c. Curahan waktu kerja keluarga untuk usaha domba dipengaruhi oleh faktor jumlah kredit domba, produksi domba, curahan kerja keluarga untuk usaha lain, pendapatan usaha domba dan jumlah angkatan kerja keluarga. 2. Kemampuan petani untuk mengembalikan kredit domba dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi ternak domba, waktu pengembalian kredit dan frekuensi mengikuti kegiatan dalam kelompok sebagai sarana bertukar informasi. Waktu pengembalian kredit cukup memberatkan sehingga spesifikasi pengembalian kredit tidak sesuai dengan ketentuan. Bagi petani yang menggantungkan pendapatannya dari usaha domba memiliki