9
IV. ASPEK PRODUKSI
A. BAHAN BAKU PRODUKSI
1. Bahan Baku Utama
a. Daging sapi
Daging  sapi  yang  digunakan  merupakan  daging  impor  yang  berasal  dari  Australia dan  New  Zealand  serta  daging  lokal  dari  Indonesia.  Daging  sapi  tersebut  diterima  dalam
keadaan  beku  dan  terbungkus  plastik  di  dalam  kotak  karton.  Petugas  QC  bertugas menerima  dan  mengecek  kualitas  serta  kuantitas  daging  impor  yang  datang  dari  suplier.
Petugas  harus  mengisi  form  yang  berisi  tanggal  dan  jam  penerimaan,  nama  suplier,  nama bahan  baku,  merek,  asal,  jumlah  yang  datang,  kode  produksi,  expired  date,  organoleptik
aroma  dan  warna,  suhu,  benda  asing,  pH,  ada  tidaknya  sertifikat  halal  dan  CoA Certificate  of  Analysis,  dan  keputusan  yang  diambil  terima  atau  tolak.  Daging  yang
digunakan  untuk  pembuatan  sosis  sebaiknya  daging  pre  rigor,  yaitu  daging  dengan  pH sekitar  6.2-6.8  karena  pH  tersebut  protein  daging  masih  belum  terlalu  banyak  yang
terdenaturasi sehingga daya mengikatnya airnya masih bagus Xiong dan Mikel 2001.
2. Bahan Baku Pembantu
a. Garam
Penambahan  garam  yang  cukup  bersifat  sebagai  pengawet,  pembentuk  tekstur produk,  menambah  cita  rasa  dan  flavour  yang  diinginkan  Soeparno  2005.  Selain  itu,
garam  berfungsi  sebagai  pembentuk  emulsi,  dimana  protein  daging  yang  berupa  miosin dilarutkan  dan  dikeluarkan  melalui  serat-serat  daging  sehingga  dapat  meningkatkan  daya
ikat  partikel  daging.  Larutan  garam  mempercepat  kelarutan  protein  otot  dan  memperbaiki daya mengikat airnya Wilson et al. 1981.  Menurut Kramlich 1971, tanpa penambahan
garam, tidak akan terbentuk emulsi sosis dan biasanya sosis mengandung garam 1-5 atau 3.
Garam  dapat  memperbaiki  sifat-sifat  fungsional  produk  daging  dengan  1 mengekstrak  protein  miofibril  dari  sel-sel  otot  selama  perlakuan  mekanis,  misalnya
penghancuran  daging,  2  berinteraksi  dengan  protein  otot  selama  pemanasan  sehingga protein membentuk matriks yang kuat, mampu menahan air dan menentukan derajat tekstur
daging, 3 memberi citarasa asin pada produk-produk yang mengalami penggaraman, dan 4  bekerjasama  dengan  senyawa  fosfat  untuk  meningkatkan  daya  mengikat  air  dan
meningkatkan kelarutan protein daging Trout dan Schmidt 1986. Menurut Winarno 1997, makanan yang mengandung garam kurang dari 0.3 akan
terasa  hambar  sehingga  kurang  disenangi.  Pemakaian  garam  dengan  konsentrasi  rendah 1-3  tidak  bersifat  membunuh  bakteri,  melainkan  hanya  memberikan  cita  rasa.  Garam
berfungsi  sebagai  pengawet  karena  garam  berperan  sebagai  penghambat  mikroorganisme tertentu. Selain itu, pemakaian garam juga dapat memengaruhi aktivitas air a
w
dari bahan, sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Garam dapat mengakibatkan
10 proses osmosis pada  sel-sel  mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis kadar air dalam
sel  bakteri  berkurang,  sehingga  lama  kelamaan  dapat  menyebabkan  bakteri  mati Moeljanto 1992.
b. Aires
Penambahan  air  atau  es  berfungsi  untuk:  1  meningkatkan  keempukan  dan  jus daging,  2  menggantikan  sebagian  air  yang  hilang  selama  prosesing  terutama  selama
prosesing panas, 3 melarutkan protein yang mudah larut dalam air, 4 membentuk larutan garam  yang  diperlukan  untuk  melarutkan  protein  yang  larut  dalam  larutan  garam,  5
melayani  fase  kontinu  dari  emulsi  daging,  6  menjaga  temperatur  produk,  dan mempermudah  penetrasi  ingredien  curing,  misalnya  ke  bagian  dalam  daging  asap
Kramlich  1971;  Forrest  et  al.  1975.  Selain  itu,  air  atau  es  berfungsi  untuk  melarutkan protein  miosin  yang  merupakan pembentuk emulsi sehingga dihasilkan emulsi  yang stabil
Lawrie  2003.  Menurut  Kramlich  et  al.  1973  protein  miosin  hanya  larut  pada  suhu 4-5  °C.  Kandungan  air  di  dalam  sosis  sekitar  45-55  dari  berat  total  sosis,  tergantung
jumlah cairan yang ditambahkan dan macam daging Soeparno 2005.
c. Bahan Pengikat dan Bahan Pengisi