Aktivitas Antioksidan Ekstrak Enhalus acoroides dengan Metode DPPH

lamun menunjukkan hasil bahwa komponen bioaktif tanin hanya terdapat pada ekstrak kasar metanol. Tanin, polifenol dan flavonoid merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan karena ketiga senyawa tersebut adalah senyawa- senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus –OH yang terikat pada cincin aromatik. Senyawa-senyawa ini terstabilkan secara resonansi dan tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain Jati 2008. Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa molekul besar dan kegunaan yang luas Bogoriani et al. 2008. Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya pada epitel hidung, bronkus, ginjal dan sebagainya. Saponin bisa juga sebagai prekursor hormon steroid Sirait 2007. Saponin dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Hasil uji fitokimia komponen bioaktif saponin menunjukkan hasil bahwa saponin hanya terdeteksi pada ekstrak kasar metanol, sedangkan pada ekstrak etil asetat dan n-heksana saponin tidak terdeteksi.

4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Enhalus acoroides dengan Metode DPPH

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron elektron donor atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, sehingga kerusakan sel dapat dihambat Winarsi 2007. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah metode serapan radikal DPPH karena merupakan metode yang sederhana, mudah dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit dengan waktu yang singkat Hanani et al. 2005. Ekstrak kasar lamun dari hasil ekstraksi tunggal menggunakan pelarut metanol polar, etil asetat semipolar dan n-heksana nonpolar dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi yang berbeda. Pelarut metanol dan etil asetat dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 31,25; 62,5; 125; 250 dan 500 ppm. Pelarut n-heksana dilarutkan dalam etanol dengan konsentrasi 600, 700, 750, 800, 850 dan 900 ppm. Antioksidan sintetik BHT digunakan sebagai pembanding dan kontrol positif. BHT dibuat dengan cara dilarutkan dalam pelarut etanol dengan konsentrasi 0,24; 0,48; 0,97; 1,95; 3,90; 7,81 dan 15,625 ppm. Larutan DPPH yang akan digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal DPPH dalam pelarut etanol dengan konsentrasi 1 mM Lampiran 6. Aktivitas antioksidan dari ekstrak lamun Enhalus acoroides ini dinyatakan dalam persentase inhibisinya terhadap radikal DPPH. Persentase inhibisi ini didapatkan dari perbedaan serapan antara absorban DPPH dengan absorban sampel yang diukur dengan elisa reader. Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC 50 , yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50 radikal bebas DPPH Andayani et al. 2008. Semakin kecil nilai IC 50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi Molyneux 2004. Senyawa antioksidan akan bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning yang diukur pada panjang gelombang 517 nm Salazar-Aranda 2009. Perhitungan persen inhibisi dan IC 50 dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengujian antioksidan menunjukkan bahwa BHT memiliki nilai IC 50 sebesar 15,95 ppm. Semakin kecil nilai IC 50 maka aktivitas antioksidan akan semakin tinggi. BHT merupakan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik biasa dicampurkan dalam bahan pangan karena efektif menghambat aktivitas radikal bebas dan bersifat sinergis dengan antioksidan lainnya. Penggunaan antioksidan memiliki kadar batas maksimum yaitu 200 ppm, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan Ketaren 1986. Nilai IC 50 BHT ini berbeda dengan nilai yang diperoleh Hanani et al. 2005 dalam penelitiannya yaitu sebesar 3,81 ppm, namun tetap menunjukkan bahwa antioksidan BHT merupakan antioksidan dengan aktivitas yang sangat kuat 50 ppm menurut klasifikasi Molyneux 2004. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa ekstrak lamun Enhalus acoroides juga memiliki aktivitas antioksidan seperti BHT walaupun aktivitasnya lebih rendah. Ketiga ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides ini memiliki kekuatan penghambatan yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya. Pengujian aktivitas antioksidan dari masing-masing ekstrak kasar yang digunakan ini akan menghasilkan hubungan antara konsentrasi ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides dengan persen inhibisinya. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan persen inhibisi terendah untuk ekstrak metanol dan etil asetat adalah pada konsentrasi 31,25 ppm dengan persen inhibisi masing-masing 20,68 dan 23,02. Rata-rata kemampuan persen inhibisi terendah untuk ekstrak n-heksana adalah pada konsentrasi 650 ppm dengan persen inhibisi 6,08. Rata-rata kemampuan penghambatan radikal bebas tertinggi untuk ekstrak metanol terdapat pada konsentrasi 500 ppm dengan nilai persen inhibisi sebesar 80,36. Rata-rata kemampuan penghambatan radikal bebas untuk ekstrak etil asetat pada konsentrasi 500 ppm dengan nilai persen inhibisi sebesar 64,29. Rata-rata kemampuan persen inhibisi tertinggi untuk ekstrak n-heksana adalah pada konsentrasi 900 ppm yaitu sebesar 51,61. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andayani et al. 2008 yang menyatakan bahwa pengujian aktivitas antioksidan pada berbagai konsentrasi, ternyata pada konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi pula. Salah satu parameter yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengujian dengan DPPH adalah dengan nilai IC 50 inhibition concentration 50 value. Nilai IC 50 adalah konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan berkurangnya 50 aktivitas DPPH Molyneux 2004. Nilai IC 50 yang semakin rendah akan menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap radikal bebas yang semakin kuat. Nilai rata-rata IC 50 ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides dari ketiga pelarut dapat dilihat pada Gambar 7. Angka-angka pada diagram batang yang diikuti huruf a,b menunjukkan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata p0,05 terhadap kandungan aktivitas antioksidan Gambar 7 Nilai rata-rata IC 50 ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana Antioksidan alami banyak dihasilkan dari tumbuhan. Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –OR Andayani et al. 2008. Hal ini didukung oleh Trilaksani 2003 yang menyatakan bahwa antioksidan alami umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin dan tokoferol. Hasil analisis ragam terhadap aktivitas antioksidan lamun Enhalus acoroides berdasarkan jenis pelarut Lampiran 6a menunjukkan bahwa perbedaan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata p0,05 terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Uji Duncan Lampiran 6b menunjukkan bahwa metanol memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi, dimana 50 radikal bebas DPPH berhasil dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 115,79 ppm. Hasil ini juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol polar berbeda nyata dengan ekstrak n-heksana pada konsentrasi 937,61 ppm. Semakin rendah nilai IC 50 menunjukkan semakin tinggi aktivitas antioksidan yang dimilikinya. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC 50 kurang dari 0,05 mgml, kuat apabila nilai IC 50 antara 0,05-0,10 mgml, sedang apabila nilai IC 50 berkisar antara 0,10-0,15 mgml, dan lemah apabila nilai IC 50 berkisar antara 0,15-0,20 mgml Molyneux 2004. Berdasarkan nilai ini, ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC 50 berkisar antara 0,10-0,15 mgml yaitu sebesar 115,79 ppm. Ekstrak etil asetat memiliki aktivitas antioksidan lemah yaitu sebesar 153,39 ppm atau berkisar diantara 0,15-0,20 mgml. ekstrak n-heksana memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah karena memiliki nilai sebesar 937,61 ppm atau lebih dari 0,20 mgml. Nilai jauh berbeda dibandingkan dengan aktivitas antioksidan BHT yang sangat kuat karena memiliki nilai IC 50 kurang dari 0,50 mgml atau kurang dari 50 ppm. Ekstrak metanol memiliki aktivitas antioksidan lebih baik dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana. Hal ini sesuai dengan penelitian Maulida 2007 yang menyatakan bahwa aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol pada Caulerpa lentilifera memiliki nilai tertinggi sebesar 5090,39 ppm. Kadar total fenol dalam ekstrak metanol juga menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan dan kandungan total fenol berkorelasi positif. Nilai IC 50 antioksidan BHT jauh lebih kecil dari nilai IC 50 ketiga ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides. Hal ini terjadi diduga karena ekstrak lamun Enhalus acoroides yang digunakan dalam pengujian ini masih tergolong sebagai ekstrak kasar crude, meskipun begitu Enhalus acoroides memiliki potensial aktivitas antioksidan yang kuat Kannan 2010. Komponen bioaktif flavonoid yang terdapat pada ketiga ekstrak menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kemungkinan masih memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar ini masih mengandung senyawa lain yang bukan merupakan senyawa antioksidan. Senyawa lain tersebut ikut terekstrak dalam pelarut selama proses ekstraksi. Senyawa- senyawa ini dapat meningkatkan nilai rendemen ekstrak, tetapi tidak dapat meningkatkan aktivitas antioksidan ekstrak tersebut. Senyawa murni dari ekstrak kasar ini diduga memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan