Alat-alat yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi timbangan digital, pisau, sudip, cawan porselen, aluminium foil, gegep, desikator, oven,
kompor listrik, tanur pengabuan, kertas saring whatman 42 bebas abu dan bebas lemak, kapas bebas lemak, labu lemak, kondensator, tabung soxhlet, penangas air,
labu kjeldahl, destilator, labu erlenmeyer, buret, pipet volumetrik. Alat-alat yang digunakan untuk ekstraksi meliputi pipet tetes, corong kaca, botol vial,
labu erlenmeyer, kertas saring whatman 42, gelas ukur, gelas piala, magnetic stirrer dan rotary vacuum evaporator. Alat-alat yang digunakan untuk uji total
fenol antara lain timbangan digital, spektrofotometer UV-VIS, tabung reaksi dan vortex. Alat-alat yang digunakan untuk uji fitokimia meliputi tabung reaksi, pipet
dan plate tetes. Alat-alat yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan meliputi timbangan digital, tabung reaksi, sudip, pipet mikro, mikrowell plate dan elisa
reader.
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, antara lain tahap pengambilan dan preparasi sampel, analisis proksimat kadar air, kadar lemak, kadar protein,
kadar karbohidrat dan kadar abu dan kadar abu tak larut asam, tahap pembuatan ekstrak, tahap perhitungan rendemen ekstrak, uji serat pangan dietary fibre,
uji total fenol, uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan uji fitokimia. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
3.3.1 Pengambilan dan preparasi sampel
Pengambilan sampel lamun Enhalus acoroides dilakukan di Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel dilakukan
dengan mengambil lamun jenis Enhalus acoroides dari habitatnya. Lamun jenis Enhalus acoroides tersebut kemudian dimasukan dalam wadah berisi air laut
perairan tempat hidupnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup lamun selama proses transportasi ke laboratorium Karakteristik Bahan Baku,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lamun kemudian dibersihkan dari pasir dan kotoran-
kotoran yang menempel dengan menggunakan air laut. Setelah bersih, buah lamun dicuci kembali menggunakan air tawar untuk menghilangkan garam-garam yang
masih menempel pada lamun. Lamun yang sudah dibersihkan kemudian dikeringkan dengan sinar matahari selama tiga hari untuk diuji total fenol,
aktivitas antioksidan dan fitokimianya.
Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian
3.3.2. Analisis proksimat AOAC 2005
Evaporasi
Rendemen Uji total fenol
Senyawa fitokimia Uji aktivitas antioksidan
Pengeringan matahari selama 3 hari
Ekstrak metanol Ekstrak etil asetat
Ekstrak n-heksana Lamun Segar
Analisis proksimat dan abu tak larut asam Serat pangan dietary fibre
Lamun kering Lamun Enhalus acoroides
Sampel + metanol Sampel + etil asetat
Sampel + n-heksana
Maserasi selama 48 jam Penyaringan
Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk di dalamnya analisis kadar
air, abu, lemak, protein dan abu tak larut asam.
1 Analisis kadar air SNI 2006
Analisis kadar air dilakukan mengacu pada SNI 01-2356-2006. Cawan porselen dikeringkan dalam oven selama 30 menit, lalu didinginkan dalam
desikator selama 15 menit. Selanjutnya sampel ditimbang sebanyak 5 g dalam cawan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 100
o
C dalam tekanan tidak lebih dari 10 mmHg selama 5 jam atau sampai beratnya konstan. Cawan beserta isinya
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar air dapat dilihat sebagai berikut :
Keterangan : A = berat cawan kosong g
B = berat cawan + sampel awal g C = berat cawan + sampel kering g
2 Analisis kadar abu AOAC 2005
Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama satu jam pada suhu 105
o
C, kemudian didinginkan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Sampel yang telah ditimbang sebanyak 5 g
dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur pengabuan
dengan suhu 600
o
C selama 1 jam, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan. Kadar abu ditentukan dengan rumus:
Keterangan : A = Berat cawan porselen kosong g
B = Berat cawan dengan sampel g C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan g
3 Analisis kadar protein AOAC 1980
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikrokjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml, lalu ditambahkan 0,25 g selenium dan 3 ml H
2
SO
4
pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410
o
C selama kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke dalam labu kjeldahl
ditambahkan 50 ml akuades dan 20 ml NaOH 40, kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100
o
C. Hasil destilasi ditampung dalam labu Erlenmeyer 125 ml yang berisi campuran 10 ml asam borat H
3
BO
3
2 dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda.
Setelah volume destilat mencapai 40 ml dan berwarna hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Lalu destilat dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.
Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung.
Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Faktor konversi alat = 2,5
Keterangan : Faktor konversi = 6,25
4 Analisis kadar lemak AOAC 2005
Contoh seberat 5 g W
1
dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya W
2
dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor
tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak benzena, kemudian dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga
semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam
labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan W
3
. Perhitungan kadar lemak :
Keterangan : W
1
= Berat sampel g W
2
= Berat labu lemak kosong g W
3
= Berat labu lemak dengan lemak g
5 Analisis Abu kadar abu tidak larut asam menurut SNI-01-3836-2000 BSN 2000
Abu bekas pengukuran kadar abu total dilarutkan dengan penambahan 25 ml HCl 10. Larutan tersebut kemudian dipanaskan selama 5 menit dan
larutan disaring dengan kertas saring bebas abu. Larutan yang sudah disaring tersebut kemudian dicuci dengan air suling sampai bebas klorida. Kertas saring
lalu dikeringkan dengan oven dan setelah kering, kertas saring dimasukkan di dalam cawan porselen yang sudah diketahui berat tetapnya. Cawan porselen yang
berisi kertas saring tersebut kemudian dibakar dan diabukan dalam tanur listrik pada suhu 600
⁰C. Setelah dilakukan pengabuan sampel didinginkan di dalam desikator dan kemudian ditimbang beratnya. Kadar abu tidak larut asam dengan
rumus:
3.3.3 Analisis Serat Pangan dietary fibre Asp et al. 1983