Uji Aktivitas Antioksidan Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun Enhalus acoroides

antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan dan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke dalam makanan sebagai bahan tambahan pangan Trilaksani 2003. Senyawa-senyawa yang umumnya terdapat dalam antioksidan alami adalah fenol, polifenol dan yang paling umum adalah flavonoid flavonol, isoflavon, flavon, katekin, flavonon, turunan asam sinamat, tokoferol serta asam organik polifungsi. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi utama antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan disingkat AH yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida R ● , ROO ● atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan A ● tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal bebas. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal bebas ke bentuk yang lebih stabil Gordon 1990.

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan

Badarinath et al. 2010 mengelompokkan metode pengujian aktivitas antioksidan kedalam tiga golongan. Golongan pertama adalah Hydrogen Atom Transfer methods HAT misalnya Oxygen Radical Absorbance Capacity ORAC method dan Lipid Peroxidation Inhibition Capacity LPIC assay. Golongan kedua adalah Electron Transfer methods ET misalnya ferric reducing antioxidant power dan diphenylpicrylhydrazil DPPH free radical scavenging assay. Golongan ketiga adalah metode lain misalnya Total Oxidant Scavenging Capacity TOSC dan chemiluminescence. Metode yang umum digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan suatu bahan yaitu dengan menggunakan radikal bebas stabil diphenilpycrylhydrazil DPPH. Metode DPPH banyak dipilih karena mudah, cepat, peka dan hanya membutuhkan sedikit ekstrak sampel Hanani et al. 2005. Senyawa DPPH adalah radikal bebas yang bersifat stabil dan beraktivitas dengan cara mendelokalisasi elektron bebas pada suatu molekul sehingga molekul tersebut tidak reaktif sebagaimana radikal bebas yang lain. Proses delokalisasi ini ditunjukkan dengan adanya warna ungu violet pekat yang dapat dikarakterisasi pada pita absorbansi dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 520 nm Molyneux 2004. Pada metode ini, larutan DPPH yang berperan sebagai radikal bebas akan bereaksi dengan senyawa antioksidan sehingga DPPH akan berubah menjadi diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-radikal sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Struktur Diphenylpycrilhydrazil dan Diphenylpycrilhydrazine Parameter untuk menginterpretasikan hasil pengujian dari metode DPPH umumnya dibuat dalam bentuk Inhibitor Concentration 50 IC 50 , yang didefinisikan sebagai konsentrasi larutan substrat atau sampel yang akan mereduksi aktivitas DPPH sebesar 50. Semakin besar nilai IC 50 maka nilai aktivitas antioksidan akan semakin kecil Molyneux 2004. Suatu senyawa antioksidan dinyatakan baik jika nilai IC 50 -nya semakin kecil. Senyawa antioksidan dikatakan sangat kuat apabila memiliki nilai IC5 kurang dari 0,05 mgml, kuat untuk IC 50 antara 0,05-0,10 mgml, sedang untuk IC 50 antara 0,10-0,15 mgml dan lemah jika IC 50 bernilai antara 0,150-0,20 mgml Molyneux 2004.

2.6 Fitokimia