Senyawa Fitokimia Ekstrak Enhalus acoroides

Hasil analisis ragam terhadap kandungan total fenol pada lamun Enhalus acoroides berdasarkan pelarut Lampiran 5a menunjukkan bahwa perbedaan jenis pelarut memberikan pengaruh berbeda nyata p0,05 terhadap kandungan total fenol yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan Lampiran 5b menunjukkan hasil bahwa ekstrak metanol polar memiliki kandungan total fenol paling tinggi yaitu sebesar 542,56 mg GAE1000 g sampel, diikuti oleh ekstrak etil asetat semipolar sebesar 66,95 mg GAE1000 g sampel dan ekstrak n-heksana nonpolar sebesar 2,90 mg GAE1000 g sampel. Nilai ini sesuai dengan penelitian Febrianti 2010 yang menunjukkan bahwa ekstrak buah pedada paling tinggi adalah ekstrak metanol polar sebesar 29,18 mg TAEg sampel diikuti oleh ekstrak etil asetat semipolar sebesar 14,89 mg TAEg sampel dan ekstrak kloroform nonpolar sebesar 5,87 mg TAEg sampel. Kandungan total fenol yang tinggi pada ekstrak metanol ini menunjukkan bahwa senyawa fenol cenderung larut dalam pelarut polar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harborne 1987 bahwa senyawa fenol cenderung larut dalam pelarut polar. Kandungan senyawa fenol pada bahan berperan menentukan adanya kandungan antioksidan pada bahan tersebut Susanti 2008. Kandungan senyawa fenol yang terdapat dalam lamun Enhalus acoroides meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon dan tanin. Hasil penelitian Dumay et al. 2004, konsentrasi senyawa fenol pada lamun jenis Posidonia oseanica akan berkurang seiring dengan umur daun. Senyawa fenol biasanya terkonsentrasi di bagian pertumbuhan lamun yang memiliki metabolisme tinggi Dumay et al. 2004.

4.5 Senyawa Fitokimia Ekstrak Enhalus acoroides

Ekstrak kasar hasil ekstraksi dari lamun Enhalus acoroides menggunakan pelarut metanol polar, etil asetat semipolar dan n-heksana nonpolar kemudian diuji komponen bioaktifnya dengan menggunakan uji fitokimia. Uji fitokimia adalah analisis yang mencangkup pada aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup, yaitu mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya Harborne 1987. Fitokimia mempunyai peran penting dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan Sirait 2007. Uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid, triterpenoid, tanin dan saponin. Hasil uji fitokimia ekstrak lamun dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides Uji Fitokimia Jenis pelarut Standar warna Metanol Etil asetat n-heksana Alkaloid a. Dragendorf - - - Endapan merah atau jingga b. Meyer - - - Endapan putih kekuningan c. Wagner - - - Endapan coklat Flavonoid +++ ++ ++ Lapisan amil alkohol berwarna merah kuning hijau Fenol hidrokuinon + ++ + Warna hijau hijau biru Steroid ++ +++ ++ Perubahan dari merah menjadi biru hijau Triterpenoid - ++ + Perubahan warna menjadi merah Tanin ++ - - Perubahan warna menjadi merah tua Saponin + - - Terdapat busa Keterangan : - = tidak ada + = lemah ++ = kuat +++ = sangat kuat Hasil uji fitokimia pada Tabel 3. menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki kandungan senyawa bioaktif yang lebih banyak dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana. Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak metanol meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid, tanin dan saponin. Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksana meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid dan triterpenoid. Alkaloid adalah senyawa kimia tanaman hasil metabolit sekunder yang terbentuk berdasarkan prinsip pembentukan campuran. Alkaloid memiliki fungsi dalam bidang farmakologis antara lain sebagai analgetik menghilangkan rasa sakit, mengubah kerja jantung, mempengaruhi peredaran darah dan pernafasan, antimalaria, stimulant uterus dan anaestetika lokal Sirait 2007. Sumber senyawa alkaloid potensial adalah tumbuhan yang tergolong dalam kelompok angiospermae dan jarang atau bahkan tidak ditemukan pada tumbuhan yang tergolong dalam kelompok gimnospermae seperti paku-pakuan, lumut dan tumbuhan tingkat rendah lain Harborne 1987. Alkaloid pada ekstrak kasar lamun Enhalus acoroides tidak terdapat pada ekstrak metanol, etil asetat maupun n-heksana. Bioaktif jenis alkaloid ini umunya larut pada pelarut organik nonpolar, akan tetapi ada beberapa kelompok seperti pseudoalkaloid dan protoalkaloid, kelompok ini larut pada pelarut polar seperti air. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa. Alkaloid biasanya dalam kadar kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari bagian tumbuhan Lenny 2006. Flavonoid umumnya terdapat dalam bahan-bahan alami seperti tumbuhan, buah dan sayuran Helgmeier dan Zidorn 2010. Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari dan akar Sirait 2007. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa polifenol, oleh karena itu larutan ekstrak yang mengandung komponen flavonoid akan berubah warna jika diberi larutan basa atau ammonia. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar 5-10 metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Setyawan dan Darusman 2008. Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil bahwa ketiga ekstrak lamun Enhalus acoroides mengandung komponen bioaktif flavonoid. Komponen bioaktif flavonoid yang paling banyak terkandung pada ekstrak metanol. Penelitian Helgmeier dan Zidorn 2010 juga menunjukkan bahwa pada lamun jenis Posidonia oceanica terdapat kandungan flavonoid pada bagian daun. Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Flavonoid merupakan golongan fenol yang terbesar yang ditemukan di alam Lenny 2006. Penelitian Bitam et al. 2010 juga menemukan terdapat kandungan flavonoid pada lamun Halophila stipulacea. Kuinon adalah senyawa bewarna dan mempunyai kromofor dasar, seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon untuk tujuan identifikasi dapat dipilah menjadi empat kelompok, yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Hasil uji fitokimia menunjukkan hasil bahwa ketiga ekstrak lamun Enhalus acoroides mengandung fenol hidrokuinon dengan jumlah terkuat pada ekstrak etil asetat. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi menjadi empat kelompok senyawa, yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung Harborne 1987. Steroid merupakan golongan triterpena yang tersusun atas sistem cincin cyclopetana perhydrophenanthrene. Steroid pada mulanya dipertimbangkan hanya sebagai komponen pada substansi hewan saja sebagai hormon seks, hormon adrenal, asam empedu, dan lain sebagainya, akan tetapi akhir-akhir ini steroid juga ditemukan pada substansi tumbuhan Harborne 1987. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa komponen triterpenoid terdeteksi ekstrak etil asetat semipolar dan ekstrak n-heksana nonpolar, sedangkan pada ekstrak metanol komponen bioaktif triterpenoid tidak terdeteksi. Hasil uji fitokimia pada komponen bioaktif steroid terdeteksi pada ketiga ekstrak. Hal ini diduga karena prekursor dari pembentukan triterpenoidsteroid adalah kolesterol yang bersifat nonpolar Harborne 1987, sehingga triterpenoidsteroid dapat larut pada pelarut organik nonpolar. Hal ini menunjukkan bahwa wajar apabila triterpenoid steroid terdeteksi pada ekstrak kasar lamun Enhalus acaroides pelarut nonpolar seperti n-heksana ataupun pada pelarut semipolar seperti etil asetat. Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua dikotil. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah Linggawati et al. 2002. Tanin diharapkan mampu mensubtitusi gugus fenol dan resin fenol formaldehid untuk mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan. Hasil uji fitokimia komponen bioaktif pada ketiga ekstrak lamun menunjukkan hasil bahwa komponen bioaktif tanin hanya terdapat pada ekstrak kasar metanol. Tanin, polifenol dan flavonoid merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan karena ketiga senyawa tersebut adalah senyawa- senyawa fenol, yaitu senyawa dengan gugus –OH yang terikat pada cincin aromatik. Senyawa-senyawa ini terstabilkan secara resonansi dan tidak reaktif dibandingkan dengan kebanyakan radikal bebas yang lain Jati 2008. Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa molekul besar dan kegunaan yang luas Bogoriani et al. 2008. Saponin menyebabkan stimulasi pada jaringan tertentu misalnya pada epitel hidung, bronkus, ginjal dan sebagainya. Saponin bisa juga sebagai prekursor hormon steroid Sirait 2007. Saponin dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan pangan nabati. Hasil uji fitokimia komponen bioaktif saponin menunjukkan hasil bahwa saponin hanya terdeteksi pada ekstrak kasar metanol, sedangkan pada ekstrak etil asetat dan n-heksana saponin tidak terdeteksi.

4.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Enhalus acoroides dengan Metode DPPH