BHT Kandungan fenol, komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan lamun Enhalus acoroides

ln x = 2,7679 x =15,9248 ppm b. Contoh perhitungan ekstrak metanol c. Contoh perhitungan ekstrak etil asetat d. Contoh perhitungan n-heksana Gambar 9 Grafik hubungan konsentrasi BHT dengan persen inhibisinya Lampiran 7a. Analisis Ragam Aktivitas Antioksidan E. acoroides ANOVA IC 50 Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 861201,423 2 430600,711 107,724 0,002 Within Groups 11991,738 3 3997,246 Total 873193,161 5 Lampiran 7b. Uji Lanjut Duncan Aktivitas Antioksidan E. acoroides Duncan Pelarut N Subset for alpha = .05 1 2 Methanol 2 115,791803 etil asetat 2 153,398340 n-heksana 2 937,614609 Sig. 0,594 1,000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2,000 KANDUNGAN FENOL, KOMPONEN FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN LAMUN Enhalus acoroides RIA OCTAVIA RUMIANTIN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 RINGKASAN RIA OCTAVIA RUMIANTIN. C34070059. Kandungan Fenol, Komponen Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Lamun Enhalus acoroides. Dibimbing oleh JOKO SANTOSO dan PIPIH SUPTIJAH. Lamun Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis lamun di perairan Indonesia yang umumnya hidup di sedimen berpasir atau berlumpur dan daerah dengan bioturbasi tinggi. Produktivitas lamun di laut dapat melebihi produktivitas dari beberapa tanaman darat seperti gandum, jagung, beras dan gula. Produktivitas yang tinggi dari lamun ini, belum diimbangi dengan pemanfaatannya secara optimal. Penelitian tentang pemanfaatan lamun bagi manusia masih sangat sedikit dipelajari. Melihat hal ini, diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kegunaan lamun bagi manusia antara lain komponen bioaktif dan komposisi kimia pada lamun tropis jenis Enhalus acoroides. Pengkajian ini dilakukan sebagai salah satu langkah untuk mengetahui pemanfaatan lamun Enhalus acoroides dimasa mendatang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari komposisi proksimat air, abu, protein, lemak dan karbohidrat, abu tidak larut asam dan serat pangan lamun Enhalus acaroides. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap rendemen, total fenol, senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak lamun Enhalus acoroides. Lamun Enhalus acoroides pada penelitian ini berasal dari Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Lamun Enhalus acoroides mengandung air sebesar 84,38, protein sebesar 1,07, lemak sebesar 0,88, abu sebesar 2,10, abu tidak larut asam sebesar 0,10 dan karbohidrat sebesar 11,57. Kandungan serat pangan tak larut lamun Enhalus acoroides adalah 6,73 g100 g, serat pangan larut 7,93 g100 g dan total serat pangan sebesar 14,67 g100 g. Lamun Enhalus acoroides kemudian diekstrak menggunakan tiga jenis pelarut yaitu metanol polar, etil asetat semipolar dan n-heksana nonpolar. Ekstrak kasar yang dihasilkan dihitung rendemen, kandungan total fenol, fitokimia dan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Rendemen tertinggi dihasilkan ekstrak metanol sebesar 6,14 diikuti ekstrak etil asetat sebesar 0,41 dan ekstrak n-heksana sebesar 0,09. Kandungan total fenol tertinggi juga dihasilkan ekstrak metanol sebesar 542,56 mg1000 g sampel GAE, diikuti ekstrak etil asetat sebesar 66,49 mg1000 g sampel GAE dan ekstrak n-heksana sebesar 2,90 mg1000 g sampel GAE. Lamun Enhalus acoroides memiliki aktivitas antioksidan yang terlihat dari nilai IC 50 yang diperoleh. Nilai IC 50 rata-rata dari ekstrak metanol adalah 115,79 ppm, ekstrak etil asetat adalah 153,39 ppm dan ekstrak n-heksana sebesar 937,61 ppm. Ekstrak kasar metanol merupakan ekstrak terbaik karena memiliki rendemen, kandungan total fenol dan aktivitas antioksidan tertinggi. Selain itu, ekstrak metanol juga memiliki kandungan senyawa fitokimia terbanyak dibandingkan dua ekstrak kasar yang lain yang meliputi flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid, tanin dan saponin.

1.1 Latar Belakang

Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga angiospermae yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Lamun yang terdapat di Indonesia terdapat 12 jenis yaitu Cymodocea serrulata, C. rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, H. pinifolia, Halophila minor, H. ovalis, H. decipiens, H. spinulosa, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Thalassodendron ciliatun Dahuri 2003. Lamun dapat tumbuh dalam berbagai jenis sedimen Terrados 1999. Lamun memiliki fungsi yang sangat penting bagi ekologi laut terluar yang dekat garis pantai. Lamun juga berfungsi sebagai produsen utama, tempat tinggal dan penyedia makanan bagi kelompok ikan, penyu serta inverterbrata. Selain itu, lamun juga memiliki beberapa fungsi lain yaitu sebagai area pemijahan dan habitat epifit bagi ketiga hewan tersebut Helgmeier dan Zidorn 2010. Produktivitas lamun di laut dapat melebihi produktivitas dari beberapa tanaman darat misalnya gandum, jagung, beras dan tebu. Produktivitas yang tinggi dari lamun ini, belum diimbangi dengan pemanfaatannya secara optimal Montano et al. 1999. Penelitian tentang lamun dan ekosistem laut selama ini banyak difokuskan terhadap aktivitas eksplorasi, budidaya dan pariwisata, namun penelitian tentang pemanfaatan lamun bagi manusia terutama komponen bioaktifnya masih sangat sedikit dipelajari Lioret 2010. Lamun seperti organisme yang lain, memproduksi metabolit primer dan sekunder, sehingga berpotensi digunakan sebagai sumber obat-obatan dan sebagai makanan kesehatan Heilgmeier dan Zirdorn 2010. Heilgmeier dan Zirdorn 2010 telah meneliti adanya kandungan metabolit primer dan sekunder pada lamun dari kawasan Mediterania yaitu Posedonia oceanica. Hal ini menunjukkan bahwa lamun berpotensi memiliki kandungan bioaktif dan sumber antioksidan alami. Sureda et al. 2008 dan Kannan et al. 2010 juga telah meneliti adanya kandungan antioksidan pada lamun jenis Posidonia oceanica dan jenis Enhalus acoroides. Antioksidan alami banyak terdapat pada sayur, buah dan rempah-rempah. Antioksidan alami tidak hanya terdapat pada tanaman darat, tetapi juga tanaman laut termasuk lamun. Bahkan bagian buah dari lamun Enhalus acoroides ini sudah dikonsumsi oleh masyarakat di kawasan Pulau Pramuka. Antioksidan bekerja sebagai free radical scavengers, mencegah dan memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas sehingga kerusakan sel akan dihambat Winarsi 2007. Aktivitas antioksidan pada lamun Enhalus acoroides telah diuji Kannan et al. 2010 dengan menggunakan pelarut etanol polar, namun informasi mengenai aktivitas antioksidan pada lamun Enhalus acoroides dengan menggunakan berbagai jenis pelarut masih belum ada. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan tiga jenis pelarut berbeda yaitu metanol polar, etil asetat semipolar dan n-heksana nonpolar untuk lebih mengetahui perbedaan hasilnya. Ekstraksi dengan kepolaran berbeda biasanya menggunakan sampel yang telah dikeringkan Colegate dan Molyneux 2008. Pengeringan merupakan metode pengawetan yang penting untuk bahan baku tumbuhan karena dapat menghambat degradasi enzimatik dan limit pertumbuhan mikroba saat ekstraksi Harbourne et al. 2009. Beberapa penelitian pada tumbuhan mengenai aktivitas antioksidan dan kandungan fenol juga banyak menggunakan sampel kering misalnya pada daun gambir Susanti 2008, herba meniran Rivai et al. 2011, bunga rosela Usman 2010 dan anggur Muscadine pomace Vashiths et al. 2011. Harbourne et al. 2009 menyatakan bahwa suhu pengeringan antara 40-70 o C tidak akan mempengaruhi total fenol dalam teh honeybush.

1.2 Tujuan

Penelitian yang b erjudul “Kandungan Fenol, Komponen Bioaktif dan Aktivitas Antioksidan Lamun Enhalus acororoides ” ini bertujuan untuk 1. mempelajari komposisi proksimat yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat, abu tidak larut asam serta kandungan serat pangan lamun Enhalus acaroides; 2. mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap rendemen, total fenol, senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan ekstrak lamun Enhalus acoroides. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Enhalus acoroides