3.4 Rancangan percobaan dan Analisis Data
Perlakuan pada penelitian ini adalah penggunaan jenis pelarut yaitu polar metanol, semipolar etil asetat dan nonpolar n-heksana. Semua perlakuan
dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Hipotesis rancangan acak lengkap RAL terhadap rendemen, total fenol dan aktivitas antioksidan ekstrak adalah sebagai
berikut: H0 : jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen, total fenol
dan aktivitas antioksidan αi = 0 H1 : jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen, total fenol dan
aktivitas antioksidan α ≠ 0 Model rancangan yang digunakan untuk menganalisis data rendemen hasil
ekstrak, total fenol dan aktivitas antioksidan adalah rancangan acak lengkap RAL dengan model sebagai berikut :
Y
ij
= μ + α
i
+ ε
ij
Keterangan : Y
ij
= hasil pengamatan rendemen ekstrak, uji total fenol, aktivitas antioksidan dan jenis pelarut i pada ulangan ke-j
µ = rataan umum
α
i
= pengaruh jenis pelarut ε
ij
= sisaan akibat jenis pelarut taraf ke-i pada ulangan ke-j Analisis ragam digunakan untuk menganalisis data. Uji lanjut Duncan
digunakan jika analisis ragam menunjukkan hasil berbeda nyata.
Keterangan : Sy
= Significant range KTS = kuadran tengah sisa
r = ulangan
qa’ = significant studentized range
Rp = wilayah nyata terkecil dari nilai rata-rata
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Proksimat dan Abu Tak Larut Asam E. acoroides
Lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, mineral dan karbohidrat. Kandungan nutrisi awal lamun Enhalus acoroides dilakukan dengan
analisis proksimat. Analisis proksimat merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnya
kandungan air, lemak, protein, abu, abu tidak larut asam dan karbohidrat. Kadar karbohidrat lamun Enhalus acoroides diketahui dengan perhitungan secara
by difference. Perhitungan analisis proksimat lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis komposisi proksimat dan abu tak larut
asam dari lamun Enhalus acoroides dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil uji proksimat dan abu tak larut asam lamun Enhalus acoroides
Komponen Nilai
Kadar air 84,38 ± 0,06
Kadar abu 2,10 ± 0,84
Kadar lemak 0,88 ± 0,97
Kadar protein 1,09 ± 0,23
Karbohidrat by difference 11,57 ± 1,77
Kadar abu tidak larut asam 0,10 ± 0,14
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan dan merupakan karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan yang dapat mempercepat pembusukan Winarno 2008. Air tipe III atau biasa disebut air bebas merupakan air yang hanya terikat
secara fisik dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain sebagainya. Air ini dapat dimanfaatkan unutk pertumbuhan mikorba dan media
bagi reaksi-reaksi kimiawi Winarno 2008. Hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung kadar air yang cukup
besar yaitu sebesar 84,38. Kadar air yang cukup tinggi ini menyebabkan lamun Enhalus acoroides mudah sekali mengalami kerusakan highly perishable apabila
tidak ditangani secara benar. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat dalam suatu bahan pangan. Analisis kadar abu berfungsi untuk mengetahui kandungan mineral dalam suatu bahan. Bahan pangan terdiri dari 96
bahan organik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagi zat organik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-
bahan organik akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu Winarno 2008.
Hasil pengujian kadar abu lamun Enhalus acoroides mengandung kadar abu sebesar 2,10 atau sebesar 13,45 apabila dikonversi dalam bobot kering. Nilai
kadar abu ini jauh lebih rendah dibandingkan kadar abu pada Enhalus acoroides yang diteliti oleh Setyati et al. 2005 sebesar 68,14 yang dihitung dalam bobot
kering. Perbedaan nilai kadar abu dapat disebabkan oleh perbedaan hábitat dan lingkungan hidup serta perbedaan kemampuan dalam meregulasi dan
mengabsorbsi mineral dari masing-masing spesies lamun. Lemak pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-
pelarut organik seperti etil eter, karbon tetraklorida, benzen dan proteleum eter Muchtadi 1989. Menurut Poedjiadi 1994, lemak yang berasal dari tumbuhan
berupa zat cair. Fungsi utama lemak dalam tubuh adalah sebagai sumber energi. Lemak dapat dikatakan sebagai sumber energi yang lebih efektif dibandingkan
dengan karbohidrat dan protein. Hal ini dikarenakan 1 g lemak dapat menghasilkan 9 kkal, dimana nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
energi yang dihasilkan oleh 1 g protein dan karbohidrat, yaitu 4 kkal. Lemak juga dapat digunakan sebagai sumber asam lemak esensial dan vitamin A, D, E dan K
Winarno 2008. Hasil pengujian menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides
mengandung lemak sebesar 0,88 atau sekitar 5,63 dalam bobot kering. Hasil análisis proksimat untuk kadar lemak ini tidak berbeda jauh dibandingkan dengan
kadar lemak Enhalus acroides yang diteliti oleh Setyati et al. 2005 yaitu sebesar 6,13 dalam bobot kering.
Kandungan lemak Enhalus acoroides ini lebih rendah
dibandingkan kandungan lemak pada lamun dari spesies Cymodocea serrulata yaitu sebesar 7,81 dan sedikit lebih tinggi dibandingkan kandungan lemak
lamun dari spesies Syrngodium isoetifolium sebesar 4,71 Setyati et al. 2005. Kadar lemak yang cukup rendah ini dapat disebabkan oleh kandungan air lamun
Enhalus acoroides sangat tinggi, yaitu mencapai 84 sehingga persentase kadar lemak akan turun secara drastis. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
menyatakan bahwa kadar air umumnya berhubungan terbalik dengan kadar lemak
Yunizal et al. 1998 dalam Apriandi 2010.
Protein berfungsi sebagai zat pembangun tubuh, sebagai zat pengatur dalam tubuh, mengganti bagian tubuh yang rusak, serta mempertahanakan tubuh dari
serangan mikroba penyebab penyakit. Selain itu, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi kalori bagi tubuh apabila energi yang berasal dari
karbohidrat dan lemak tidak mencukupi Muchtadi 1989. Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam-asam amino yang berikatan peptida.
Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak ataupun karbohidrat. Molekul protein juga
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga Winarno 2008. Hasil pengujian kadar protein menunjukkan bahwa Enhalus acoroides
memiliki protein sebesar 1,07 bb atau sebesar 6,97 bk. Nilai ini sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar protein pada Enhalus acoroides
yang diteliti oleh Setyati et al. 2005 yaitu sebesar 7,65 bk. Nilai ini juga lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar protein pada lamun dari spesies
Cymodocea serrulata yaitu sebesar 9,39 bk dan lebih tinggi dari lamun spesies Sryngodium isoetifolium sebesar 5,52 bk.
Karbohidrat dalam bahan pangan dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat yang dapat dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Karbohidrat yang dapat dicerna mempunyai fungsi sebagai sumber energi bagi tubuh, sedangkan karbohidrat yang tidak dapat dicerna memiliki fungsi mencegah
berbagai penyakit Muchtadi 1989. Karbohidrat juga mempunyai peran penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa, warna, tekstur dan
lain-lain Winarno 2008.
Hasil perhitungan kadar karbohidrat dengan metode by difference menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung karbohidrat sebesar
11,57 bb atau sebesar 74,05 bk. Hasil perhitungan karbohidrat dengan metode by difference ini merupakan metode penentuan kadar karbohidrat dalam
bahan pangan secara kasar, dimana serat kasar juga terhitung sebagai karbohidrat Winarno 2008.
Abu tidak larut asam adalah garam-garam klorida yang tidak larut asam, yang sebagian merupakan garam-garam logam berat dan silika. Kadar abu tidak
larut asam yang tinggi menunjukkan adanya kontaminasi residu mineral atau logam yang tidak dapat larut asam pada suatu produk. Kadar abu tidak larut asam
juga dapat digunakan sebagai kriteria dalam menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan suatu produk Basmal et al. 2003.
Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa lamun Enhalus acoroides mengandung residu abu tidak larut asam sebesar 0,10. Nilai
kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini masih di bawah 1, seperti yang disyaratkan oleh Food Chemical Codex 1991 dalam Basmal et al. 2003. Kadar
abu tak larut asam diduga berasal dari material-material yang terdapat dari perairan tempat lamun Enhalus acoroides hidup, seperti pasir, lumpur, silika dan
batu-batuan yang masih menempel pada sampel saat preparasi.
4.2 Kandungan Serat Pangan Lamun Enhalus acoroides