7. Jenis Tempat Penampungan Air
Selama  ini  diketahui  bahwa  nyamuk  Aedes  aegypti  memiliki  kebiasaan berkembangbiak  pada  air-air  tergenang  yang  jernih  seperti  pada  tempat
penampungan air buatan manusia. Banyaknya tempat penampungan air maupun tempat  berair  lainnya  yang  dapat  menjadi  tempat  perindukan  nyamuk
merupakan kondisi yang sangat potensial untuk terjadinya kasus DBD, Troyo, 2008.
Berdasarkan  hasil  penelitian  diketahui  bahwa  responden  yang  memiliki tempat  penampungan  air  untuk  keperluan  sehari-hari  dan  ditemukan  larva
Aedes  aegypti  di  rumahnya  adalah  sebesar  29  dari  62  responden  46,8. Sedangkan  responden  yang  memiliki  tempat  penampungan  air  bukan  untuk
keperluan  sehari-hari  dan  ditemukan  larva  Aedes  aegypti  dirumahnya  adalah sebesar 15 dari 18 responden 83,3.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa nilai probabilitas p- value sebesar 0,007, artinya pada alpha 5 terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara jenis tempat penampungan air dengan adanya keberadaan larva  Aedes  aegypti.  Dari  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  OR  Odd  Ratio  =
0,176,  artinya  responden  yang  memiliki  tempat  penampungan  air  untuk keperluan  sehari-hari  memiliki  peluang  0,176  kali  untuk  ditemukannya  larva
Aedes aegypti di rumahnya. Penelitian  Ririh  2005,  juga  menunjukkan  hasil  ada  hubungan  yang
bermakna  secara  statistik  p  value  =  0,004  antara  jenis  tempat  penampungan
air  dengan  keberadaan  jentik  nyamuk  Aedes  aegypti  di  Kelurahan Wonokusumo.  Penelitian  Ririh  2005  menunjukkan  bahwa  adanya  hubungan
yang  bermakna  secara  statistik  p  value  =  0,004  antara  jenis  tempat penampungan  air  dengan  keberadaan  jentik  nyamuk  Aedes  aegypti  di  daerah
endemis DBD Surabaya. Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  jenis  tempat  penampungan  air
bukan untuk keperluan sehari-hari yang banyak ditemukan larva nyamuk Aedes aegypti  di  Kelurahan  Sawah  Lama,  yaitu  sebesar  15  dari  18  83,3.  Hal  ini
tidak  sejalan  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Yuwono  dalam Yotopranoto  1998  yang  menunjukkan  bahwa  dari  beberapa  survey  yang
dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan tempat perindukan yang paling  potensial  adalah  pada  tempat  penampungan  air  yang  digunakan  untuk
keperluan sehari-hari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, drum dan sejenisnya.
Perbedaan hasil penelitian antara penelitian ini dengan penelitian Yuwono dalam  Yotopranoto  1998  dapat  terjadi  karena  jumlah  sampel  yang  diperiksa
pada  penelitian  ini  terkait  jenis  tempat  penampungan  air  bukan  untuk keperluaan sehari-hari hanya berjumlah 18 sampel 22,5. Sedangkan tempat
penampungan  air  bukan  untuk  keperluaan  sehari-hari  yang  diperiksa  lebih banyak, yaitu sebesar 62 sampel 77,5.
102
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian  yang telah dilakukan, maka dapat  disimpulkan sebagai berikut:
1.  Dari  80  rumah  responden,  diketahui  bahwa  terdapat  55  rumah  responden yang ditemukan larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama.
2.  Responden  di  Kelurahan  Sawah  Lama  sebagian  besar  62,5  memiliki pengetahuan mengenai demam berdarah yang baik.
3.  Responden di Kelurahan Sawah Lama sebagian besar 51,2 memiliki sikap yang positif mengenai demam berdarah.
4.  Responden  di  Kelurahan  Sawah  Lama  sebagian  besar  56,2  melakukan praktek menguras tempat penampungan air sebanyak ≥1 x seminggu.
5.  Responden  di  Kelurahan  Sawah  Lama  sebagian  besar  66,2  melakukan praktek  menyingkirkan  barang-barang  bekas  yang  dapat  menjadi  tempat
penampungan air sebanyak 1 x seminggu. 6.  Responden  di  Kelurahan  Sawah  Lama  sebagian  besar  78,8  tidak
melakukan praktek menutup tempat penampungan air. 7.  Responden di Kelurahan Sawah Lama sebagian besar 71,2 tidak memiliki
tutup pada tempat penampungan air.
8.  Responden di Kelurahan Sawah Lama sebagian besar 77,5 memiliki jenis tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari.
9.  Ada hubungan antara pengetahuan dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama dengan p value sebesar 0,001.
10.  Ada  hubungan  antara  sikap  dengan  keberadaan  larva  Aedes  aegypti  di Kelurahan Sawah Lama dengan p value sebesar 0,004.
11.  Ada  hubungan  antara  praktek  menguras  tempat  penampungan  air  dengan keberadaan  larva  Aedes  aegypti  di  Kelurahan  Sawah  Lama  dengan  p  value
sebesar 0,013. 12.  Ada hubungan antara praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menjadi  tempat  penampungan  air  dengan  keberadaan  larva  Aedes  aegypti  di Kelurahan Sawah Lama dengan p value sebesar 0,032.
13.  Tidak  terdapat  hubungan  antara  praktek  menutup  tempat  penampungan  air dengan  keberadaan  larva  Aedes  aegypti  di  Kelurahan  Sawah  Lama  dengan  p
value sebesar 0,099. 14.  Tidak terdapat hubungan antara ketersediaan tutup pada tempat penampungan
air dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama dengan p value sebesar 0,621.
15.  Ada hubungan antara jenis tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama dengan p value sebesar 0,007.