Pengendalian secara Kimia Pengendalian Vektor DBD

pengaruh negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran. Kelemahan cara ini harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih harus disediakan oleh pemerintah melalui sektor kesehatan. Karena endotoksin berada di dalam spora bakteri, bilamana spora telah berkecambah maka agent tersebut tidak efektif lagi.

5. Kepadatan Vektor

Menurut WHO-South East Region 2010, kepadatan vektor DBD dapat diketahui dengan melakukan surveilans nyamuk Aedes aegypti. Kegiatan ini dapat memperoleh distribusi, kepadatan vektor, habitat utama vektor serta faktor resiko lainnya seperti tempat dan waktu yang berhubungan dengan transmisi virus dengue dan level insektisida yang rentan atau resisten untuk menentukan wilayah dan musim yang menjadi prioritas kegiatan pengendalian vektor. Suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi dan memonitoring populasi larva nyamuk yaitu dengan melakukan metode survey larva atau jentik. Metode ini paling sering digunakan dibandingkan dengan metode survei telur maupun nyamuk dewasa karena lebih praktis dibandingkan metode lainnya. Tempat pengambilan sampelnya adalah rumah atau tempat yang dilakukan penyelidikan tempat penampungan air atau kontainer vektor WHO-South East Region, 2010. Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2005 pemeriksaan jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada semua TPA atau kontainer di rumah tangga yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pemeriksaan dilakukan dengan mata telanjang. b. Pemeriksaan pada TPA yang berukuran besar bak mandi, drum dan lain- lain, jika pada pandangan pertama tidak menemukan jentik maka tunggu kira-kira ½ - 1 menit untuk memastikan bahwa jentik benar-benar tidak ada. c. Pemeriksaan pada TPA berukuran kecil vas bunga, air tampungan kulkas, tempat minum burung dan lain-lain, airnya harus dipindahkan dahulu ke tempat lain. d. Pemeriksaan pada tempat yang agak gelap atau airnya keruh dapat menggunakan senter. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2005, menyebutkan bahwa terdapat 2 metode yang digunakan pada survei jentik, yaitu: a. Single larva, dimana dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual, cukup dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.