Praktek Menutup Tempat Penampungan Air
Demikian pula dengan penelitian Sandra 2010, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan kejadian DBD di
Kelurahan Pabuaran Kecamatan Cibinong. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
ketersediaan tutup pada tempat penampungan air dengan keberadaan larva nyamuk Aedes aegypti. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena data
penelitian yang bersifat homogen, dimana sebesar 71,2 responden tidak memiliki tutup pada tempat penampungan airnya, sehingga hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara ketersediaan tutup pada tempat penampungan air dengan keberadaan larva nyamuk Aedes aegypti di
Kelurahan Sawah Lama tahun 2013. Adanya tutup pada tempat penampungan air berarti tidak menyediakan
tempat untuk siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Namun, hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara ketersediaan tutup pada tempat
penampungan air dengan keberadaan larva nyamuk Aedes aegypti. Hal ini kemungkinan terjadi karena praktek menguras tempat penampungan air yang
lebih berperan penting terhadap keberadaan larva nyamuk Aedes aegypti pada tempat penampungan air. Dengan melakukan praktek menguras tempat
penampungan air dengan frekuensi yang benar ≥ 1 kali seminggu dapat meminimalisir perkembangan larva di tempat penampungan air. Hal ini karena
larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari Herms, 2006.