Sikap Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Larva Aedes aegypti

3. Praktek Menguras Tempat Penampungan Air

Praktek menguras tempat penampungan air merupakan salah satu dari kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN. Dalam penelitian ini praktek menguras tempat penampungan air diukur dengan frekuensi pengurasan dalam satu minggu yang dilakukan oleh responden. Keadaan yang dikatakan baik adalah jika responden melakukan praktek menguras tempat penampungan air lebih dari satu kali dalam seminggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang melakukan praktek menguras tempat penampungan air dengan frekuensi 1 x seminggu dan ditemukan larva Aedes aegypti di rumahnya sebanyak 25 dari 35 71,4. Sedangkan responden yang melakukan praktek menguras tempat penampungan air dengan frekuensi ≥1 x seminggu sebanyak 19 dari 45 42,2. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh nilai p-value sebesar 0,013 p-value 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menguras tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu dengan adanya keberadaan larva Aedes aegypti pada rumah responden di Kelurahan Sawah Lama. Dari hasil uji statistik juga diperoleh nilai OR odd ratio sebesar 3,421, artinya responden yang melakukan praktek menguras tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu memiliki peluang 3,421 kali untuk adanya keberadaan larva Aedes aegypti di rumahnya dibandingkan dengan responden yang melakukan praktek menguras tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damyanti 2009, yang menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menguras tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan dengan p value sebesar 0,003. Selain itu, penelitian Adam 2008, menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menguras tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah dengue di Puskesmas Sukomoro Kabupaten Magetan tahun 2008. Penelitian Falah 2010 juga menunjukkan ada hubungan secara statistik antara praktek menguras tempat penampungan air dengan kejadian demam berdarah di Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang dengan dengan p value sebesar 0,015. Penelitian Mahardika 2009 juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menguras tempat penampungan air dengan kejadian DBD p value = 0,004 di wilayah kerja Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepirin Kabupaten Kendal tahun 2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memberantas tempat- tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti agar tidak berkembangbiak salah satunya yaitu dengan membersihkan tempat penampungan air dengan menguras, menyikat dindingnya dan mengganti airnya seminggu sekali Dinkes Jawa Tengah, 2006. Sebaiknya masyarakat tetap melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN di rumah dan lingkungannya. Salah satunya adalah dengan melakukan praktek menguras tempat penampungan air paling sedikit seminggu sekali. Praktek ini pun harus dilakukan dengan cara yang benar yaitu dengan cara menyikat dindingnya dan mengganti airnya, sehingga siklus kehidupan nyamuk dapat dihentikan. Pihak Puskesmas dapat memberikan program penyuluhan kepada masyarakat secara kontinu mengenai praktek menguras tempat penampungan air yang benar dan dapat memotivasi masyarakat agar dapat mempraktekkannya dengan frekuensi yang benar, yaitu ≥ 1 kali dalam 1 minggu.

4. Praktek Menyingkirkan Barang-Barang Bekas

Praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air juga merupakan salah satu dari praktek Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN. Dalam penelitian ini praktek menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air diukur dengan frekuensi dalam satu minggu yang dilakukan oleh responden. Keadaan yang dikatakan baik adalah jika responden melakukan praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air lebih dari satu kali dalam seminggu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang melakukan praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu dan ditemukan larva Aedes aegypti di rumahnya adalah sebesar 34 dari 53 responden 64,2. Sedangkan responden yang melakukan praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air sebanyak ≥1 x seminggu dan ditemukan larva Aedes aegypti dirumahnya adalah sebesar 10 dari 27 responden 37. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diperoleh bahwa nilai probabilitas p- value sebesar 0,032, artinya pada alpha 5 terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu dengan adanya keberadaan larva Aedes aegypti. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR Odd Ratio = 3,042, artinya responden yang melakukan praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air sebanyak 1 x seminggu memiliki peluang 3,042 kali untuk ditemukannya larva Aedes aegypti di rumahnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damyanti 2009, yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara praktek menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat penampungan air dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan dengan p value sebesar 0,007. Penelitian Falah 2010 juga menunjukkan ada hubungan secara statistik