Berdasarkan  penelitian  Nugrahaningsih  2010,  menunjukkan  bahwa terdapat  hubungan  antara  keberadaan  kontainer  dengan  keberadaan  larva
nyamuk  Aedes  aegypti.  Penelitian  Respati  2007,  terdapat  hubungan  yang bermakna  antara  keberadaan  larva  Aedes  aegypti  dengan  kejadian  penyakit
DBD. Penelitian  Setyobudi  2011,  juga  menunjukkan  keberadaan  TPA
breeding  place  memberikan  pengaruh  yang  cukup  signifikan  terhadap keberadaan  jentik  nyamuk  nyamuk  Aedes  aegypti.  Begitu  pula  dengan
penelitian  Widyanto  2007  dalam  Setyobudi  2011,  bahwa  DBD disebabkan oleh karena keberadaan breeding place positif jentik.
c. Ketersediaan Tutup Pada KontainerTempat Penampungan Air TPA
Penggunaan tutup pada kontainer dengan benar memiliki dampak yang signifikan  untuk  mengurangi  keberadaan  larva  dan  pupa  nyamuk  Aedes
aegypti  dibandingkan  dengan  kontainer  tanpa  penutup,  Tsuzuki,  et  al., 2009.
Penelitian  Arsin  2004  mengenai  faktor-faktor  yang  berpengaruh terhadap  kejadian  DBD  di  Kota  Makasar  menunjukkan  bahwa  keberadaan
tutup pada kontainer berhubungan dengan keberadaan vektor DBD. Dengan adanya tutup berarti tempat hidup bagi nyamuk Aedes aegypti tidak tersedia.
Sedangkan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Sandra  2010,  menunjukkan
bahwa  terdapat  hubungan  antara  ketersediaan  tutup  pada  TPA  p=0,009 dengan kejadian DBD di Kelurahan Pabuaran Kecamatan Cibinong.
d. Jenis Kontainer
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Ririh  2005  di  Kelurahan Wonokusumo  mengenai  keberadaan  larva  nyamuk  Aedes  aegypti
berdasarkan  jenis  kontainer,  hasilnya  menunjukkan  bahwa  tempat perindukan nyamuk yang paling potensial untuk perkembangbiakan nyamuk
adalah  TPA  yang  digunakan  untuk  keperluan  sehari-hari  seperti  drum,  bak mandiWC ember dan sejenisnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
ada  hubungan  yang  bermakna  antara  jenis  kontainer  dengan  keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo.
Penelitian  Medronho,  et  al.  2009  di  Brazil,  menunjukkan  bahwa kontainer  dengan  persentase  keberadaan  larva  dan  pupa  terbanyak
ditemukan  pada  kontainer  yang  digunakan  untuk  penyimpanan  air  bak mandi, drum, tanki air dan kontainer pada barang-barang tidak terpakai atau
sampah kaleng dan ban bekas. Pada  daerah  penelitian  Setyobudi  2011  menyatakan  bahwa
keberadaan  tempat  penampungan  air  TPA  paling  banyak  terinfeksi  jentik di daerah endemis dan non endemis DBD adalah bak mandi. Sejalan dengan
penelitian  Ririh  dan  Anny  2005  menunjukkan  bahwa  ada  hubungan  yang
bermakna  antara  jenis  kontainer  dengan  keberadaan  larva  nyamuk  Aedes aegypti.
F. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori diatas, diperoleh kerangka teori sebagai berikut:
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Modifikasi Achmadi 2011, Notoatmodjo 2007, WHO 2009, Nugrahaningsih 2010, Arsin 2004, Ririh 2005
Faktor Individu : 1.  Perilaku
a.  Pengetahuan b.  Sikap
c.  Praktek menguras tempat
penampungan air d.  Praktek menyingkirkan
barang - barang bekas e.  Praktek menutup tempat
penampungan air Keberadaan
Vektor Penular : Telur-Larva-Pupa-
Nyamuk Aedes aegypti
Faktor Lingkungan : 1.  Suhu
2.  Kelembaban 3.  Ketersediaan TPA
4.  Ketersediaan tutup TPA 5.  Jenis TPA