Warisan Bersama Umat Manusia Principle of Common Heritage of

berfokus pada kepemilikan publik daripada kepemilikan privat seperti yang dikemukakan sebelumnya dalam hukum bangsa – bangsa. Konvensi – konvensi internasional saat ini juga turut menyumbangkan pemikirannya terhadap isu terkait kepemilikan harta karun, misalnya saja pada UNCLOS 1982 dan UCH Convention 2001. Kedua konvensi ini membahas tentang kepemilikan warisan budaya bawah air di wilayah dasar laut di luar yurisdiksi negara atau perairan internasional. Setelah menganalisa ketentuan terkait pada pasal – pasal dalam UNCLOS dan UCH Convention, terdapat tiga gagasan dalam menentukan kepemilikan atas penemuan harta karun di perairan internasional, yaitu Warisan Bersama Umat Manusia Principle of Common Heritage of Mandkind, Hak Istimewa Negara Asal Preferential Rights of State of Origin, dan Kekebalan Berdaulat Sovereign Immunity .

1. Warisan Bersama Umat Manusia Principle of Common Heritage of

Mankind Prinsip warisan bersama umat manusia pertama kali muncul dari pemimpin ILC International Law Commission, Georges Scelle, pada tahun 1950. Perwakilan Argentina, Aldo Armando Cocca, kemudian mengembangkan dan menerapkan gagasan ini pada tahun 1967 ketika mengajukan pernyataan berikut dalam Agreement Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies : “Eksplorasi dan penggunaan bulan haruslah menjadi bagian dari seuruh umat manusia dan harus dipergunakan untuk kebaikan dan kepentingan seluruh negara, tanpa memperhatikan tingkat ekonomi atau perkembangan teknologi mereka.” 115 Pada tahun yang sama, perwakilan Malta untuk PBB, Arvid Pardo, mngajukan bahwa dasar laut dan dasar samudera berada yang diluar yurisdiksi negara digunakan khusus untuk tujuan perdamaian dan sumber daya didalamnya dideklarasikan sebagai warisan bersama umat manusia. 116 Kemudian, gagasan yang sama juga diadopsi oleh UNGA melalui Declaration of Principles Governing the Sea-bed and the Ocean Floor, and the Subsoil thereof, Beyond the Limits of National Jurisdiction “Declaration of 1970” . 117 Kemudian konferensi PBB ketiga tentang Hukum Laut 118 Salah satu sumber hukum internasional yang harus dipertimbangkan ketika menentukan hak kepemilikan suatu pihak dalam kaitannya dengan kapal karam bersejarah yang berada di perairan internasional adalah UNCLOS. Terdapat 167 negara yang telah meratifikasi UNCLOS. mengadopsi prinsip warisan bersama umat manusia untuk melindungi warisan budaya bawah air. Hal ini dikodifikasikan dalam bagian XI, pasal 149, untuk menghormati Declaration of 1970 bahwa sumber daya di dasar laut harus diorganisir dalam mewakili umat manusia. 119 115 Agreement Governing the Activities of States on the Moon and Other Celestial Bodies, G.A. Res. 3468, U.N. Doc. ARES3468, Dec. 5, 1979, pasal 4 116 UNCLOS, op. cit., pasal 136 117 GA Res. 2749 XXV, U.N. Doc. ARES2749 January 1, 1970 118 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut United Nations Convention on the Law of the SeaUNCLOS 1982, juga disebut Konvensi Hukum Laut adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang ketiga UNCLOS III yang berlangsung dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1982, ditandatangani pada 10 Desember 1982 di Montego Bay - Jamaika. 119 Terdapat 167 negara yang menandatangani sampai tanggal 07 Januari 2015 dapat diakses pada http:www.un.orgDeptslosreference_fileschronological_lists_of_ratifications.htm diakses tanggal 03 Maret 2014 Bagaimanapun, UNCLOS telah diterima secara luas dan merupakan hukum kebiasaan serta telah menjadi rujukan dalam konstitusi komprehensif untuk hukum laut. 120 Begitu juga dengan UCH Convention yang menyatakan bahwa negara pihak konvensi dimana harta karun tersebut secara fisik berada padanya, harus memastikan kedudukannya untuk kepentigan umum, begitu juga untuk keperluan konservasi dan penelitian, untuk kepentingan koleksi, kemudahan akses oleh masyarakat untuk pendidikan. UNCLOS sendiri menjelaskan dan mendukung bahwa objek – objek historis dan arkeologis yang ditemukan di perairan internasional diperuntukkan bagi kepentingan umat manusia. 121 Rezim hukum yang terdapat di wilayah Kawasan seperti yang tertera pada bagian XI menyatakan bahwa wilayah Kawasan dan sumber dayanya merupakan warisan bersama umat manusia dan aktivitas di wilayah Kawasan harus digunakan untuk kepentingan umat manusia. 122 Namun, berdasarkan UNCLOS, sumber daya di wilayah Kawasan hanya terdiri dari sumber daya mineral 123 Sejarah konsep pendekatan umum warisan bersama umat manusia menunjukkan bahwa pada awalnya digunakan untuk melindungi sumber daya dan aktivitas di wilayah Kawasan hanya kegiatan yang berhubungan dengan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral. Maka dari itu, benda – benda yang memiliki nilai budaya yang ditemukan di dasar laut dalam tidak termasuk dalam warisan bersama umat manusia seperti yang dimaksud pada bagian XI. 120 Tommy T.B. Koh, A Constitution for the Oceans, dalam Myron H. Nordquist, Connvention on the Law of the Sea 1982: A Commentary Leiden, Netherlands:Martinus Nijhoff, 1985, hal. 11 121 UCH Convention, op. cit., pasal 18 122 UNCLOS, op. cit., pasal 140 123 Ibid., pasal 133a alam diluar yurisdiksi negara. Namun warisan budaya sedikit berbeda dari sumber daya alam. Maka dari itu, harus ada pendekatan khusus terhadap warisan budaya bawah air, yaitu hak istimewa terhadap negara asal, disamping pendekatan umum warisan bersama umat manusia di wilayah dasar laut sebagai pengecualian dalam keadaan tertentu.

2. Hak – Hak Istimewa Negara Asal Preferential Rights of State of