Penyelesaian Kasus Klaim Kepemillikan Bangkai Kapal

dokumenter yang mendukung klaim kepemilikan. Columbus-America telah dinyatakan sebagai pemilik tunggal melalui penerapan law of finds. Klaim dari kapal penyelamat saingan ditolak karena kurangnya bukti. Namun di tingkat banding, 4th Circuit of Appeals membatalkan putusan tersebut. Pilihan yang ditentukan oleh pengadilan dalam kasus terhadap penerapan law of salvage daripada law of finds diadopsi oleh 4th Circuit dalam Columbus- America Discovery Group v. Atlantic Mutual Insurance Co. 199 1 pemilik secara tegas dan terbuka mengabaikan kepentingan mereka dan Pengadilan menyimpulkan law of salvage harus diterapkan, bahwa SS. Central America tidak diabaikan, dan bahwa Columbus-America hanya berhak atas penghargaan penyelamatan. Pengadilan menyatakan bahwa law of find dapat diterapkan dalam dua jenis kasus: 2 yang melibatkan bangkai kapal kuno di mana tidak ada pemilik yang muncul untuk mengklaim barang – barang yang dipulihkan dari kapal. Dengan demikian, setelah ditemukan bahwa tidak ada tindakan pengabaian, pengadilan menyatakan kasus tersebut menjadi penentuan penghargaan penyelamatan terhadap Columbus-America.

3. Penyelesaian Kasus Klaim Kepemillikan Bangkai Kapal

R.M.S. Titanic Titanic diluncurkan pada tahun 1912 sebagai kapal uap terbesar dan terbaik yang pernah ada sehingga tidak akan bisa tenggelam. Namun dalam pelayaran perdananya dari Southampton ke New York dengan membawa penumpang sebanyak 2340 orang, Titanic bertabrakan dengan gunung es di Samudera Atlantik Utara dan tenggelam dalam waktu kurang dari 3 jam kemudian pada 15 199 Todd B. Siegler, Finders Keepers Revised for the High Seas: Columbus-America Discovery Group v. Atlantic Mutual Insurance , 17 Tul. Mar. L.J. 353 1993, hal. 354 April 1912. Kapal terdekat kemudian menyelamatkan 745 orang dan beberapa kapal sekoci membawa mereka ke New York. Titanic merupakan sebuah kapal uap milik Inggris yang tenggelam di perairan internasional tepatnya di Samudera Atlantik. Kapal tersebut berada di dasar laut selama 73 tahun sebelum ditemukan oleh kapal ekpedisi gabungan Amerika-Perancis pada tahun 1985 sekitar 400 mil dari pesisir pantai Kanada di kedalaman 12.500 kaki. Bangkai R.M.S. Titanic, kapal mewah naas yang hilang setelah bertabrakan dengan gunung es di Samudera Atlantik pada tahun 1912, menjadi topik kontroversial di akhir tahun 1990-an ketika perusahaan eksplorasi kapal karam yang menemukan dan memulai eksplorasi tahap awal pada situs tersebut berupaya untuk melarang pihak lain untuk membawa wisatawan yang menggunakan kapal selam untuk melihat dan mengambil foto di situs bangkai kapal tersebut. 200 Setelah penemuan awal, serangkaian ekspedisi yang dilakukan diantaranya mengambil foto, sampel, dan mengumpulkan artefak. 201 Dalam kasus ini tidak ada satu pengadilan pun yang memiliki yurisdiksi terhadap bangkai kapal Titanic karena tidak berada di wilayah teritori negara manapun. Agar pengadilan dapat melaksankan yurisdiksinya atas Titanic maka harus ditemukan adanya kepemilikan secara fisikkonstruktif constructive Kapal penyelamat pertama yang mulai penggalian artefak adalah sebuah perusahaan Amerika, Titanic Ventures, Ltd yang kemudian mengalihkan saham mereka ke RMS Titanic, Inc .. 200 Robert D. Peltz, The Titanic’s Legacy: The History and Legal Developments Following the World’s Most Famous Maritime Disaster , 12 U.S.F. Mar. L.J. 45 2000, hal. 76 – 77; Brooke Wright, op. cit., hal. 292 201 R.M.S. Titanic, Inc. v. Haver, op. cit., hal. 952; Robert D. Peltz, op. cit., hal. 68 – 70 possession . Pada tahun 1993, RMS Titanic Inc. salvor memohon agar Eastern District of Virginia melaksankan constructive in rem jurisdiction terhadap Titanic. RMS Titanic Inc. membawa serta botol minuman anggur dan barang – barang dari bangkai kapal ke dalam wilayah Virginia untuk membantu pengadilan memperoleh yurisdiksi tersebut. Pada tahun 1994, pengadilan distrik Amerika Serikat, Eastern District of Virginia , melaksanakan yurisdiksi constructive in rem jurisdiction terhadap bangkai kapal dan lokasi bangkai kapal Titanic, memberikan hak penyelamatan eksklusif, begitu juga kepemilikan atas artefak yang sudah dipulihkan kepada RMS Titanic Inc . Dua tahun kemudian, pengadilan menolak gugatan atas hak eksklusif RMS Titanic Inc., 202 dan tak lama kemudian mengeluarkan perintah tertanggal 13 Agustus 1996 untuk melindungi hak penyelamatan RMS Titanic Inc. dari siapapun yang mengetahui perintah ini, melarang setiap pihak untuk melaksanakan pencarian, survei, upaya penyelamatan, mengambil gambar apapun, memulihkan barang – barang apapun, atau memasuki Samudera Atlantik disekitar lokasi bangkai kapal. 203 Pada tanggal 23 Juni 1998, pengadilan kembali menegaskan perintah yang dikeluarkan pada tahun 1966 terhadap pihak – pihak baru, termasuk diantaranya Christopher S. Haver, seorang penduduk Arizona, and Deep Ocean Expeditions, DOE, sebuah perusahaan Inggris di Virgin Islands, beserta salvors lainnya 204 Kemudian Haver mengajukan banding di 4th Circuit Appeals dengan alasan gugatan: 202 R.M.S. Titanic, Inc. v. The Wrecked and Abandoned Vessel, [Titanic I], 924 F. Supp. 714 E.D. Va. 1996 203 R.M.S. Titanic, Inc. v. Haver, op. cit., hal. 3 204 R.M.S. Titanic, Inc. v. The Wrecked and Abandoned Vessel, [Titanic II], 9 F. Supp.2d 624, E.D. Va. 1998, hal. 626 1 bahwa pengadilan distrik tidak memiliki yurisdiksi atas bangkai kapal dan lokasi bangkai kapal, 2 bahwa pengadilan distrik tidak memiliki yurisdiksi atas DOE, 3 bahwa ruang lingkup perintah yang dikeluarkan pengadilan distrik terlalu luas. Pada tanggal 24 Maret 1999, pengadilan banding mendengar permohonan banding yang diajukan oleh Haver, dan salvor lainnya atas putusan pengadilan distrik tahun 1998 yang memberikan hak fotografi. 205 Pengadilan banding setuju dengan pengadilan distrik dalam pemberian hak penyelamatan terhadap RMS Titanic Inc . atas bangkai kapal Titanic, mempertahankan bahwa hak ini termasuk hak eksklusif untuk memiliki bangkai kapal untuk kepentingan penegakan possessory right . 206 Namun, pengadilan membatasi ruang lingkup hak ini agar sesuai dengan prinsip tradisional penyelamatan. 207 Perluasan hak penyelamatan oleh pengadilan distrik untuk memberikan hak eksklusif untuk mengambil foto begitu juga merekam gambar bangkai kapal dengan tujuan untuk memberikan kompensasi kepada salvor atas usahanya RMS Titanic Inc. dapat mengiktsertakan pihak lain untuk menyelam ke lokasi bangkai kapal, dengan batasan bahwa penyelaman tersebut tidak akan mengganggu upaya penyelamatan RMS Titanic Inc . secara langsung. 4th Circuit Appeals kemudian memutuskan pada tanggal 28 April 1999 bahwa pengadilan distrik telah keliru menerapkan perluasan law of salvage untuk memberikan RMS Titanic Inc. hak eksklusif untuk mengunjungi, melihat, mengambil foto bangkai kapal, dan lokasi bangkai kapal di perairan internasional. 205 R.M.S. Titanic, Inc. v. Haver, op. cit., hal. 943. 206 Ibid., hal. 968 207 Ibid., hal. 970 menyelamatkan dan memulihkan kekayaan Titanic dapat dikatakan aneh. Pengadilan banding tidak setuju atas penggunaan law of salvage untuk memberikan salvor hak eksklusif pada harta yang belum dipulihkan. Selain itu, law of salvage tidak mengenyampingkan hak pihak lain untuk melihat atau mengambil gambar sebuah kapal karam di perairan internasional karena dapat merugikan kepentingan masyarakat internasional. Perintah pengadilan distrik yang melarang pihak asing untuk melakukan aktivitas disekitar Samudera Atlantik tidak dapat dibenarkan karena kebebasan yang ada pada jalur laut lepas. Singkatnya, pengadilan banding membatalkan perintah pengadilan distrik untuk melarang kunjungan, pencarian, kegiatan penelitian, pengambilan gambar bangkai kapal maupun lokasi bangkai kapal selama hal itu tidak menggangu hak penyelamatan RMS Titanic Inc. Kemudian RMS Titanic Inc. mengajukan keberatan dengan putusan pengadilan banding tersebut ke Mahkamah Agung. Pada Oktober 1999, Mahkamah Agung menolak untuk meninjau kembali kasus tersebut, sehingga RMS Titanic Inc . tetap tidak memiliki hak eksklusif yang disebutkan sebelumnya. 208 Proses litigasi dalam kasus RMS Titanic ini menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh histroic salvors dalam operasi mereka dan sejauh mana law of salvage akan dipertahankan untuk mengakomodir kekhawatiran dari historic salvage . Suatu pihak historic salvor tertentu harus menyeimbangkan kebutuhan untuk memperoleh keuntungan dari upaya penyelamatan dengan kebutuhan untuk 208 R.M.S. Titanic, Inc. v. Haver, 68 U.S.L.W. 3223 U.S. Oct. 4, 1999 No. 98-2058. melestarikan nilai arkeologi dari bangkai kapal dan muatannya. Bagi salvor bekerja dalam skala yang besar atau operasi yang sulit, mempertahankan keseimbangan ini mungkin sangat sulit. Terutama dalam situasi seperti RMS Titanic Inc. , dimana pihaknya telah menghabiskan biaya penyelamatan yang besar tetapi setuju untuk tidak mengksploitasi penemuan secara komersil. Namun law of salvage yang bersifat tradisional tidak cukup untuk menyelesaikan dilema yang dihadapi oleh historic salvage, sehingga pengadilan harus mencari solusi yang tepat. Pengadilan kemudian memberikan hak fotografi kepda RMS Titanic Inc. sebagai cara bagi salvor untuk melanjutkan upaya penyelamatannya, dan sebagai konsekuensinya memberikan insentif potensial bagi para salvor lainnya di kemudian hari untuk menemukan dan menyelamatkan apa yang sebelumnya merupakan bangkai kapal yang tidak menguntungkan.

2. Berdasarkan Perjanjian Kerjasama